"Sudah, kamu terlalu banyak minum,,," Vano mengambil botol kedua yang ada di tangan Sisil. Vodka di dalam botol itu hanya tersisa setengahnya. Itu artinya Celina sudah menghabiskan 1 setelah botol vodka. Tidak heran kalau saat ini dia kesulitan menjaga keseimbangan. Badannya seperti terombang ambing, ke kiri, ke kanan bahkan ke depan. Vano yang harus membenarkan posisi Celina berulang kali.
"Balikin,,, aku masih mau minum,,," Tangan Celina berusaha merebut botol di tangan Vano. Rasa kesal terhadap Marvin membuat Celina merasa belum puas jika belum menenggak semua vodka itu.
"Kamu udah nggak sadar kayak gini masih mau minum.?!" Ujar Vano sinis.
"Duduk aja nggak bisa tegap.!" Lanjutnya lagi. Vano bahkan sampai mendorong bahu Celina dengan telunjuknya, dan tubuh Celina langsung terhuyung ke sofa. Vano hanya bisa menelan saliva melihat tubuh Celina yang terlentang di sofa dengan kaki yang menjuntai.
"Heh.!! Dasar Marvin sialan.! Berikan padaku.!" Racau Celina. Dia mengira Vano adalah Marvin, dan hal itu membuatnya semakin kesal terlebih vodka miliknya sudah di rebut.
Dengan susah payah Celina bangun, tangannya berpegangan pada lengan dan pundak Vano. Dia terus berusaha mengambil vodka di tangan Vano.
"Kamu sudah mengusirku.! Sekarang malah menyusulku dan mengambil minumanku.!" Celina terus memukul lengan dan dada Vano karna tak kunjung mendapatkan vodka yang dia inginkan.
"Dasar gila,,," Gumam Vano. Dia tersenyum geli mendengar racauan Celina.
"lihat ini.!" Vano mengarahkan botol vodka ke mulutnya sendri kemudian menenggaknya perlahan hingga tandas.
"Heiii.!! Baj*ngan, jangan minum minumanku.!" Celina berteriak sembari menangis.
"Awas saja kau, jangan harap aku mau kembali lagi padamu.! Aku yakin istrimu tidak akan bisa memuaskanmu.!" Celina bangun dan duduk di pangkuan Vano, hal itu membuat Vano kaget. Namun yang membuatnya semakin kaget, Celina langsung meraih tengkuknya dan mencium bibirnya dengan rakus dan penuh *****.
Vano tidak bisa berkutik, dia ingin menghentikan aksi Celina namun sudah terlanjur menikmati ciumannya.
Sudah lama Vano tidak pernah merasakan ci*man seperti ini dengan rasa yang berbeda. Sudah lama dia tidak bisa merasakan ciuman seperti ini dari wanita manapun kecuali matan istrinya, Jasmin.
"Kamu bilang istrimu jauh lebih baik,,?!" Ujar Celina setelah melepaskan ciumannya.
"Biar aku tunjukan sehebat apa diriku.!" Celina hendak mencium Vano lagi, namun dia langsung tersadar kalau laki - laki itu bukan Marvin.
"Sial,,," Gumamnya. Kemudian turun perlahan dari pangkuan Vano.
"Sorry,," Ucapnya dan menyenderkan tubuhnya di sofa.
"Tidak segampang itu setelah kamu menci*mku.!" Bisikan Vano. Dia meraih tengkuk Celina dan menci*m bib*rnya tanpa henti. Celina yang awalnya memberontak, kini hanya diam dan bahkan membalas ci*man Vano.
"Mau main.??" Tanya Vano setelah melepaskan ci*mannya. Dia semakin tidak bisa mengontrol dirinya. Celina sangat menggoda hingga berhasil membuatnya on tanpa perlu bert*lanj*ng dan melakukan gerakan ero tis di depannya, seperti yang biasa di lakukan oleh wanita bayarannya.
Mendapat tawaran seperti ini, mata Celina langsung mengarah pada benda sensitif Vano.
"Kenapa.? Standar ukuranmu tinggi.?" Tanya Vano. Dia seolah paham dengan apa yang ada di dalam otak Celina.
Celina tersenyum geli, tapi kemudian menganggukan kepalanya.
"Jangan khawatir, aku bahkan akan membuatmu tidak bisa berjalan setelah ini.!" Ucap Vano yakin. Dia langsung menarik tangan Celina dan membawanya ke lantai atas untuk memesan kamar.
Sampainya di kamar, Vano sangat tergesa - gesa menggiring Celina ke ranjang. Dia bahkan berjalan sambil terus menci*m bib*r Celina dan mulai melucuti kain yang menempel di tubuh Celina. Vano melepaskan tas di pundak Celina, kemudian meletakannya begitu saja di lantai.
"Ganas sekali,,," Ujar Celina dengan seringai menggoda. Dia juga mendorong dada Vano yang saat itu sedang mengabsen setiap inci leher jenjangnya. Vano terlihat kecewa saat Celina menghentikan aksinya.
Celina mendorong perlahan dada Vano dan menggiringnya mendekati rajang.
"Aku yang akan memuaskan kamu,,," Bisik Celina dengan suara seksi yang mampu membuat Vano semakin terbakar gairah.
"Arhggg,,,," Vano hanya bisa mengeram dengan mata yang terpejam.
"Kamu nggak sabaran,,," Gumam Celina dengan suara khas orang yang mabuk. Kesadarannya belum juga kembali karna terlalu banyak minum.
"Kamu yang mulai, jangan salahkan aku kalau aku membuatmu terkapar dan mengeram nikmat.!" Ujar Vano. Tanpa basa - basi lagi, dia sudah melakukan penya tuan. Tubuh Celina seketika tersentak. Vano terlalu kuat mendorongnya masuk.
"Aaghhh,,, ****.! Sakit gila.!!" Cibir Celina. Dia memberikan pukulan pada dada bidang Vano.
Vano hanya menyeringai puas.
"Bersiap untuk melenguh, teriak saja sekeras yang kamu bisa,,," Bisik Vano menggoda. Dia mer* mas dan menghi s*p kedua as*t Celina secara bersamaan.
Suasana malam itu menjadi panas. Permainan itu tak kunjung usai dengan rasa yang saling menggebu. Tidak ada ikatan di antara mereka berdua, bahkan mereka belum saling mengenal. Dan tidak ada kesepakatan jual beli ataupun yang lainnya, keduanya melakukannya atas dasar suka sama suka untuk memberikan kepuasan satu sama lain.
Nafas Vano memburu. Badannya ambruk di atas tubuh Celina yang sudah terkapar lemas dan mulai tidak sadarkan diri akibat kelelahan.
Sudah ke tiga kalinya dia merengkuh kenikmatan dengan Celina, namun sampai detik ini rasanya belum puas bahkan ingin terus mengulangnya lagi dan lagi.
Vano merebahkan diri di samping Celina. Dia menatap wajah cantik itu yang saat ini sudah memejamkan mata.
Kalau saja tidak kasihan padanya, mungkin saat ini Vano akan mengulangnya lagi untuk ke 4 kalinya.
Vano memilih untuk memejamkan mata. Dia dia harus pulang sebelum 6 pagi, atau nanti Naura akan mencarinya.
Suara dering ponsel membangunkan Vano yang baru saja memejamkan mata. Dia meraih ponsel di atas meja. Ada panggilan masuk dari nomor rumahnya.
"Halo Tuan,,, Non Naura demam, dia bangun dan mencari Tuan,,," Suara pekerja rumahnya terdengar panik.
"Kamu sudah memberinya obat.? Saya akan pulang sekarang,,,"
"Sudah Tuan, tapi hanya turun sedikit."
"Bilang pada Naura, saya akan segara kembali,,,"
Vano mematikan sambungan telfonnya. Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian memakai kembali pakaiannya.
Di lihatnya Celina yang masih terlelap dalam keadaan tanpa sehelai kain yang melekat di badannya.
Vano terlihat ragu untuk meninggalkan Celina seorang diri. Seseorang bisa saja masuk kedalam kamar nantinya.
Vano mengusap kasar wajahnya, dia memutuskan untuk membawa Celina kerumahnya karna tidak ada pilihan lain. Kalaupun bisa melihat alamat rumah Celina, Vano tidak mau mengambil resiko di hajar oleh orang tua Celina karna mengantar anaknya pulang dalam keadaan mabuk parah seperti itu.
Berulang kali Vano menelan kasar ludahnya. Ternyata memakaikan baju di tubuh Celina sangat menyiksa dirinya.
Begitu selesai, Vano menggendong Celina keluar dari kamar. Dan sampai detik ini Celina sama sekali tidak membuka matanya.
Bisa dipastikan wanita itu akan terkejut saat membuka matanya nanti.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
istri king kurkan
cengar cengir bca percakpan intim Celine sma vano, sama" suhu nih😎
2025-01-18
0
Nuryati Yati
pa gk gempor ya smpe berkali kali
2024-01-25
1
lucyana
apa ngak lecet
2023-11-29
1