Sejak tadi Celina terus menggigit bibir bawahnya. Gugup bukan kepalang karna berduaan di dalam mobil bersama Vano. Bagaimana tidak, begitu Celina selesai sarapan, Vano langsung mengajaknya untuk melihat apartemen yang akan dia jadikan sebagai imbalan kencan mereka.
Vano bahkan sampai membujuk Naura agar tetap tinggal di rumah, padahal gadis kecil itu sudah sangat lengket dengan Celina sampai tidak mengijinkannya pulang. Bisa dibayangkan sekeras apa usaha Vano untuk membujuk Naura agar dia dan Celina bisa pergi berdua.
Sepertinya Vano terlalu baik sampai ingin cepat - cepat memberikan apartemen mewah itu pada Celina. Atau mungkin ada niat terselubung yang akhirnya membuat Vano langsung mengajak Celina untuk melihat apartemen.
Dan itu yang saat ini sedang di pikirkan oleh Celina sampai membuatnya gugup sepanjang perjalanan.
Kalau memang ada niat terselubung di balik semua ini, pasti niat Vano tak jauh dari urusan ranjang.
Memang sudah hal yang biasa bagi Celina, berhadapan dengan laki - laki yang membutuhkan kepuasan darinya. Tapi tidak dengan kali ini. Vano memancarkan aura yang beda sampai membuatnya gugup. Terlebih setelah beberapa kali bercint*, Celina bisa merasakan sendiri bagaimana ganasnya Vano saat merengkuh kenikm*tan dengannya.
"Apa suhunya kurang dingin.?" Suara khas Vano yang tegas dan serak, semakin membuat Celina bercucuran keringat.
Celina melirik Vano yang fokus menyetir, dari samping terlihat kalau Vano sedang mengulas senyum. Senyum smirk yang meledek.
"Bukan suhunya yang kurang dingin, tapi isi di dalam mobil ini terlalu panas." Celina melengos setelah menyindir Vano. Dia mengalihkan pandangan ke luar jendela, berharap bisa menghilangkan kegugupannya di samping Vano.
Vano semakin mengembangkan senyum. Remaja liar yang duduk di sampingnya memang bukan wanita lugu ataupun polos seperti Intan. Celina bisa membalas sindirannya. Dan yang lebih parah, Celina berani bermain - main dengannya. Tidak ragu saat meminta apartemen sebagai bayaran.
"Bukankah kamu suka yang panas.?" Tantang Vano. Dia melirik Celina dari kaca spion dan semakin mengembangkan senyum saat Celina melotot kesakitan padanya. Seru juga pikirnya, terkait dengan remaja yang bisa di jadikan hiburan dan bisa dia ejek sesuka hati.
"Ya, tapi hanya yang panas." Sahut Celina tegas.
"Bukan yang TERLALU PANAS.!" Kalimat itu sengaja di tekankan oleh Celina. Vano jelas sangat paham maksud Celina. Dia langsung terkekeh geli, namun sialnya tawa itu justru membuat wajah Vano terlihat semakin tampan dan manis.
Celina memegangi dadanya. Jantungnya tidak baik - baik saja setelah melihat senyum Vano yang mempesona dan berkharisma. Duda yang satu ini memang beda dari yang lain. Lebih menggoda dari pada suami orang.
Celina langsung bernafas lega setelah tau bahwa Vano tidak lagi memiliki istri. Namun hati lembut Celina sempat merasa teriris karna di usia Naura yang masih sangat kecil, sudah harus di tinggal sang ibu untuk selama - lamanya.
Tidak heran kalau Naura langsung menempel padanya. Celina tentu saja sangat paham kalau Naura membutuhkan kasih sayang dari sosok perempuan.
...****...
"Turun." Titah Vano begitu membukakan pintu untuk Celina. Wajah Celina yang terlihat sangat tegang, hampir saja membuat Vano tertawa.
Baru kali ini dia melihat perempuan liar yang gugup saat berhadapan dengannya.
Celina menarik nafas. Mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
"Hanya liat saja kan.? aku nggak punya banyak waktu, 30 menit lagi harus ke kampus." Ujar Celina setelah keluar dari mobil mewah Vano.
Memang suatu keberuntungan bagi Celina. Bisa berkencan dengan duda tampan kaya raya, ya walaupun sudah memiliki satu anak. Tapi sepertinya Celina sedikit menyesali ucapannya. Menyesal karna dia benar - benar harus berkencan dengan Vano. Alasannya tetap sama, karna Vano sangat ganas ketika bermain. Sindiran terlalu panas memang cocok untuk duda tampan yang satu itu.
"Tergantung." Sahut Vano acuh. Dia menutup pintu mobil dan menguncinya.
"Tergantung apa.?" Dahi Celina mengkerut. Dia mulai melangkahkan kakinya untuk mengikuti Vano.
"Tergantung situasi dan kondisi.!" Tegasnya. Celina berdecak kesal. Paham betul apa yang ada di dalam otak mesum Vano.
Malas menanggapi ucapan Vano, Celina memilih diam. Berjalan santai mengikuti Vano di belakang.
Vano benar - benar menepati ucapannya. Dia memberikan salah satu apartemen mewah miliknya untuk Celina.
"Kuncinya.!" Kata Vano tegas. Bersamaan dengan menarik tangan Celina dan meletakan akses card di tangan Celina.
"Buka dan lihat sendiri. Kalau tidak sesuai, kita lihat lagi apartemen yang lain."
Celina hanya bengong. Dia salah karna sudah bermain - main dengan Vano. Kalau Vano memberikan apartemen mewah ini dengan mudah, pasti Vano akan meminta imbalan yang tidak biasa.
"Baru aku beli 1 bulan yang lalu. Hanya beberapa kali di tempati." Suara Vano terdengar jelas di telinga Celina. Laki - laki itu langsung berdiri di samping Celina begitu pintu terbuka.
"Cek dan lihat sendiri saja kondisinya." Vano masuk mendahului Celina. Dia duduk di sofa ruang tamu, bersender di sana dengan kedua tangan yang menyilang.
"Om yakin.?" Tanya Celina. Dia meragukan keseriusan Vano yang akan memberikan apartemen mewah ini untuknya. Apartemen yang sudah pasti harganya sangat fantastis.
"Kamu meragukanku.?" Vano tersenyum smirk. Puas rasanya membuat Celina tidak bisa berkutik.
"Aku bahkan bisa memberikan 1 apartemen lagi untukmu. Asal,,,"
Vano sengaja menggantungkan ucapannya agar membuat Celina penasaran.
"Asal apa.?! Asal kencannya bisa diperpanjang.?" Tebak Celina cepat. Tidak ada keraguan sedikitpun untuk menebaknya. Celina seperti bisa membaca arti tatapan Vano dan ekspresi wajahnya.
Vano langsung terkekeh. Tidak perlu susah - susah berbicara karna Celina bisa menebak pikirannya.
"Kamu setuju.?" Tanya Vano. Celina menggeleng cepat tanpa ragu. Baru semalam saja sudah dibuat kewalahan oleh Vano, entah apa jadinya kalau setiap hari bermain dengan Vano tanpa jeda semalam lebih dari 2 minggu ke dapan.
"Makasih. Sebaiknya kita cepat selesaikan kencan gila ini.!" Ketus Celina.
"Ayo antar aku pulang, aku harus berangkat kuliah." Celina memberikan akses card itu pada Vano.
"Aku setuju dengan apartemen ini, jadi nggak perlu melihat isi di dalamnya."
Selain ingin kuliah, Celina juga sengaja menghindari sesuatu yang tidak di inginkan saat ini. Badannya sudah sangat lelah, rasa tidak sanggup kalau harus kembali bercint* dengan Vano.
"Pulang.?" Vano berdiri, senyum smirknya membuat Celina menelan saliva.
"Tidak semudah itu,," Celina mundur satu langkah saat Vano mendekat. Kegugupan Celina justru semakin membuat Vano ingin cepat - cepat menerkamnya. Bayangan bercint* dengan Celina tidak bisa hilang dari ingatan. Hanya beberapa kali sudah membuatnya candu.
"Jangan sekarang om, nanti malam aja." Celina menahan dada bidang Vano dengan kedua tangannya.
"Aku harus kuliah, setelah itu istirahat."
"Om pikir aku nggak cape.?!" Keluhnya. Bibirnya mencebik kesal. Bisa - bisanya Vano ingin melakukannya lagi padahal baru beberapa jam yang lalu dia menghajar Celina di kamar mandi.
"Kamu hanya perlu merebahkan diri di ranjang, aku yang akan bekerja." Vano tersenyum mesum. Tampa aba - aba langsung menggendong tubuh Celina.
"Astaga.!! Om sudah gila ya.?!!"
"Lepasin Om.!!" Celina memukul dada Vano berulang kali. Vano membuatnya tidak habis pikir. Tenaganya seakan tidak pernah habis meski sejak semalam terus menggempurnya.
"Berhenti memanggilku om.! Aku geli mendengarnya." Protes Vano.
"Om, om, om, om,!!" Celina justru meledek Vano.
"Dasar liar.!" Ketus Vano geram. Dia langsung melempar tubuh Celina ke ranjang.
"Aawww.!!"
"Sakit sialan.!" Celina cemberut.
"Buka.! Atau aku akan merobeknya."
"Tidak ada baju ganti disini,," Vano tersenyum licik. Ancamannya langsung membuat Celina tidak bisa berkutik. Dia terpaksa melepaskan kain yang melekat di tubuhnya satu persatu.
"Jangan kasar - kasar mainnya Om, aku cape.!" Celina memberikan peringatan lebih dulu. Tatapan Vano membuatnya tidak yakin kalau duda tampan itu bisa bermain lembut.
"Aku tidak jamin,," Vano langsung menyerang Celina yang sudah polos tanpa sehelai benang di badannya.
Menurut permintaan Vano membuatnya harus bolos kuliah hari ini. Bermain dengan Vano selalu menyita banyak waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
istri king kurkan
apanya yang terlalu panas? masih polos nggak paham 😁
2025-02-06
0
Hesti Pramuni
mm..
2022-07-29
1
Hesti Pramuni
gk jadi kuliah, Cel?
2022-07-29
0