"Permisi Tuan, Nona,," Intan pamit undur diri. Suasana di meja makan memang terlihat sedang memanas dengan tatapan Vano yang tajam. Terus memperhatikan gerak gerik Celina yang sedang menyantap makan siang tanpa di tawari oleh tuan rumah.
"Mau kemana kak.? Nggak makan siang.?" Tanya Celina ramah. Dia sampai menghentikan makan dan menatap Intan.
"Naura sudah tidur kok, aman,," Jelasnya. Celina berfikir saat ini Intan memiliki waktu luang karna Naura sedang tidur dan Intan bisa makan siang sekarang.
"Makasih,,,"
"Saya makan di belakang saja." Intan membungkukan badan pada Vano dan Celina. Setelah itu benar - benar pergi dari ruang makan.
Mana mungkin Intan berani makan 1 meja dengan Vano. Selama 1 tahun bekerja dengannya, tidak pernah hal itu terjadi. Sekalipun 1 meja dengan Vano, itu karna Intan sedang menyuapi Naura.
Celina menatap Vano, dia langsung tersenyum kikuk melihat tatapan Vano yang terlihat kesal padanya.
"Sudah merasa rumah sendiri.?" Sindir Vano kecut.
Dia geram melihat Celina yang tiba - tiba bergabung di meja makannya. Menyantap makan siang tanpa merasa canggung sedikitpun meski belum di tawari olehnya. Bertindak seolah - olah sedang berada di rumah sendiri.
"Aku sedang Menghindari kelaparan." Sahut Celina cuek. Dia kembali menyantap makanannya.
"Kalau nggak seperti ini, mana mungkin ada yang menawariku makan." Lanjutnya. Celina tidak akan mengulang kejadian tadi pagi yang membuatnya sampai kelaparan karna Vano tidak menawarinya sarapan. Daripada dia harus meminta seperti tadi pagi, lebih baik mengambil sendiri. Karna hal itu tidak ada bedanya, sama - sama memalukan.
"Habiskan setelah itu pulang." Usir Vano terang - terangan. Celina melotot.
"Enak saja.!" Pekik Celina geram. Setelah apa yang dia lakukan pada Naura sampai membuatnya terlelap, Vano dengan mudahnya mengusir Celina.
"Apa yang aku lakukan nggak gratis.!" Tegasnya..
"Setelah menyuapi Naura, menemaninya bermain, bahkan membuatnya tidur, seenaknya saja menyuruhku pergi tanpa memberikan imbalan."
Tidak peduli bagaimana reaksi Vano. Lagipula Vano memang menganggapnya wanita bayaran, jadi sekalian saja menyelam. Menjadikan hal sekecil apapun sebagai peluang untuk keuntungan diri sendiri.
"Lalu apa maumu.?" Tanya Vano. Dia sangat paham maksud Celina.
"Antar aku ke club. Mobilku masih ada di sana." Pintar Celina.
"Dan jangan lupa suruh seseorang untuk memindahkan barang - barangku ke apartemen itu. Aku nggak bisa melalukan itu seorang diri." Tuturnya cepat. Vano menyimak dengan pandangan yang tajam.
"Atur saja.!" Jawab Vano singkat. Tidak ada penolakan, dia menyetujui permintaan Celina. Lagipula permintaan Celina masih dalam batas wajar, tidak ada yang memberatkannya.
Vano dan Celina melanjutkan makan siang. Tidak ada siapapun di sana selain mereka berdua. Suasana cukup hening, sesekali terdengar suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Ini pertama kalinya Vano makan berdua dengan wanita lain di dalam rumah, kecuali dengan putrinya atau dengan Jasmine.
Celina terlihat cuek. Makan dengan santai seolah sedang berada di rumahnya sendiri. Tidak peduli dengan Vano yang terlihat kesal. Bahkan sesekali melirik Celina jengah sembari menggelengkan kepala. Tidak bisa di pungkiri jika sikap Celina sangat berbeda dengan kebanyakan wanita yang dia temui.
Celina terlampau cuek, terkesan tidak memliki ketertarikan pada kehidupan Vano. Berbanding terbalik dengan wanita - wanita bayaran diluar sana yang selalu ingin masuk kedalam hidupnya. Bersikap manis untuk menarik perhatiannya.
Tapi lihat bagaimana sikap Celina.?
Sangat jauh dari kata manis. Celina terlampau cuek dan bar - bar.
Celina mengendarai mobilnya menuju apartemen baru. Vano baru saja mengantarnya mengambil mobil yang tadi masih terparkir di club. Meski sikap Vano menyebalkan, tapi Vano masih mau mengantarnya mengambil mobil. Sebelum ke club, mereka bahkan pergi ke apartemen Celina lebih dulu untuk mengambil koper Celina yang akan di angkut oleh pekerja di rumah Vano.
Barang - barang Celina mungkin sudah di tata rapi di apartemen itu. Untuk 12 hari ke dapan, Celina harus menjalani hari - harinya bersama Vano. Si duda beranak satu yang selalu menggila di atas ranjang.
...****...
"Naura masih tidur.?" Vano setengah berbisik. Intan tersentak kaget dan reflek menengok ke belakang.
Intan sedang menutup pintu karna baru saja keluar dari kamar Naura saat Vano datang.
"Masih tuan,," Jawab Intan sambil menganggukan kepalanya.
"Buatkan oren jus. Antar ke ruang kerja saya." Vano berlalu. Dia tidak jadi melihat Naura karna putrinya masih terlelap.
Hari ini waktu terasa begitu lamban. Banyak kejadian yang menjengkelkan membuat Vano sedikit kesal. Pekerjaannya juga harus terbengkalai karna drama yang dibuat oleh Naura dan Celina.
"Masuk." Seru Vano. Pintu ruang kerjanya terbuka. Intan membawa nampan berisi oren jus dan beberapa potong buah yang tersaji di piring.
"Permisi,,," Ucap Intan canggung. Dia meletakan nampan itu di meja kerja Vano.
"Makasih." Vano langsung menyambar oren jus dan meneguknya.
"Kamu jadi kuliah.?" Vano menghentikan langkah Intan yang akan beranjak. Gadis itu menoleh, mengangguk pelan dengan tatapan datar.
"4 bulan lagi sudah mulai kuliah,," Tutur Intan.
"Lalu bagaimana dengan Naura.?" Vano terlihat keberatan karna Intan akan berhenti bekerja sebagai baby sitter Naura. Gadis itu akan fokus dengan kuliahnya setelah 1 tahun bekerja untuk biaya kuliah. Intan sudah memutuskan untuk berhenti dan memilih kerja paruh waktu sembari kuliah.
"Saya akan mencarikan orang untuk menggantikan saya,," Intan terlihat ragu. Pasalnya Naura tidak mudah menerima orang baru. Intan termasuk baby sitter tercepat yang bisa diterima oleh Naura. Sebelum Intan menjadi baby sitter Naura, sudah ada beberapa baby sitter yang tidak mau di terima oleh Naura.
"Tidak semudah itu Intan." Tukas Vano cepat.
"Kamu bisa kuliah di rumah sambil menjaga Naura. Aku akan mengaturnya kalau kamu mau." Tawar Vano.
"Maaf, keputusan saya sudah bulat." Intan membungkuk sopan.
"Saya permisi."
Vano menghela nafas melihat kepergian Intan. Sekarang dia dibuat pusing dengan keputusan Intan yang memilih keluar dari pekerjaannya.
Setelah ini Vano akan kelimpungan mencari sosok pengganti Intan untuk Naura.
Vano baru mandi pukul 9 malam. Pekerjaannya baru selesai setelah beberapa kali di ganggu oleh Naura. Sekarang putri kecilnya itu sudah terlelap. Kelelahan karna sejak sore terus membuat ulah.
Vano mengambil ponsel. Menghubungi satu - satunya orang yang bisa dia andalkan dalam keadaan penat seperti ini.
"Aku akan ke sana. Jangan coba - coba pergi atau pura - pura tidur." Vano langsung memutuskan sambungan telfonnya. Dia tidak memberikan orang itu kesempatan untuk berbicara.
Setelah memakai jaket, Vano menyambar dompet dan kunci mobilnya. Dia bergegas keluar dari kamar.
Langkahnya terhenti di tengah - tengah tangga saat berpapasan dengan Intan.
"Saya tidak pulang malam ini, pastikan Naura tidak mencariku." Tutur Vano. Raut wajah Intan seketika berubah. Dia sudah paham. kebiasaan majikannya. Mungkin hal itu juga yang membuat Intan ingin cepat - cepat berhenti dari pekerjaannya. Dia tidak terbiasa dengan dunia luar yang terlalu bebas seperti Vano.
"Baik tuan." Jawabnya singkat.
Vano kembali melangkahkan kaki, terlihat buru - buru menuruni tangga.
Dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Mobil sport itu membelah jalanan ibu kota yang masih padat.
Apartemen adalah tujuan Vano saat ini. Dia ingin menghilangkan rasa pusing yang bersarang di kepala karna rutinitasnya seharian penuh.
Pintu apartemen bisa adia buka dengan mudah karna akses card cadangan yang dia punya. Langkah Vano langsung menuju dapur karna mendengar suara dari sana.
"Si gila itu benar - benar menyebalkan.!" Gerutuan Celina terdengar jelas. Vano hanya menatap jengah dari jarak beberapa meter.
"Sedang apa kau.!"
"Ya ampun.!" Celina terperanjat. Dia hampir saja menjatuhkan gelas di tangannya.
"Kenapa datang tiba - tiba.?! Sudah seperti hantu saja." Geramnya kesal.
Celina berjalan menuju meja makan, duduk disana dan mengambil pil yang tadi dia letakan.
"Kamu sakit.?" Tanya Vano.
"Tidak."
"Lalu untuk apa pil itu.?"
"Aku tidak akan minum ini kalau kamu setuju aku mengandung anakmu." Sahut Celina enteng. Dia langsung menelan pil itu dan meneguk air minum.
Vano hanya mengulas senyum smirk.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Artati Sukreni
kayaknya Intan suka deh sm majikannya...
2022-12-12
2
Hesti Pramuni
mm..
2022-07-29
0
Bryan Azhary
seru
2022-05-11
0