Semua siswa kelas akhir dikumpulkan di auditorium sekolah, kali ini mereka mendapatkan kabar jika mereka akan melaksanakan ramah tamah yang di mana kegiatan itu adalah kegiatan wajib yang dilakukan oleh kelas akhir.
Ramah tamah kali ini mereka akan kemah. Evelyn sudah tidak sangat sabar. Diana yang berada di sampingnya tersenyum melihat seberapa antusiasnya Evelyn.
“Sepertinya kau sangat menantikan ini?.” Diana membuka suaranya.
Evelyn menoleh, dia tersenyum manis pada Diana.
“Ya, mungkin karena aku tidak pernah berkemah.”
Diana terkekeh kecil. Dia memaklumi Evelyn, apalagi dia tahu kalau Evelyn selalu diawasi oleh bodyguard karena Daddy wanita itu.
Kemudian salah satu guru menaiki podium, memperbaiki letak mikrofon lalu mulai menggunakan suaranya. Kali ini guru itu mengumumkan waktu acara ramah tamah mereka yang akan diselenggarakan beberapa hari lagi serta mengumumkan kelompok saat mereka berada di lokasi kemah.
Dan sayangnya Evelyn tidak sekelompok dengan Diana. Setelah guru mengumumkan waktu ramah tamah dan pembagian kelompok, kini guru itu memanggil pemilik vila yang dekat dengan lokasi kemah mereka dan katanya guru-guru akan menginap di vila itu sementara para siswa membangun tenda.
Ketika pemilik vila yang dimaksud menaiki podium, semua orang diam tanpa mengeluarkan suara. Beberapa mata ada yang mengarah pada Evelyn. Di depan sana, ada Elvan yang dengan gagahnya berdiri di atas podium yang tengah memperbaiki jas mahalnya.
Pria itu berdeham, mendekatkan bibirnya dengan mikrofon dan mulai menyapa.
“Selamat pagi.”
Semua membalas sapaannya. Elvan tersenyum, senyum manis yang mampu membuat semua wanita yang ada di auditorium terpesona melihat senyum yang sangat jarang mereka lihat. Tapi... Ada satu orang yang sadar, senyum itu bukan untuk semua orang yang ada di auditorium tapi untuk Evelyn dan orang itu adalah Diana.
Diana menoleh pada Evelyn yang kini menampilkan wajah kesalnya.
“Sepertinya aku bermimpi,” ucap Evelyn.
“Tidak, Evelyn, ini nyata,” timpal Diana.
“Ah, Diana, bagaimana ini?.”
“Terima saja kenyataannya.”
“HAI, MANA MUNGKIN AKU MENERIMA KENYATAANNYA!” teriak Evelyn yang membuat semuanya pasang mata tertuju padanya.
Elvan bahkan menghentikan pidatonya, dia tersenyum mengejek.
“Tuhan, apa seperti ini kelakuan tunanganku?,” tanya Elvan dan tentu saja pria itu berbicara di mikrofon yang didengar oleh semua orang.
Evelyn menelan ludahnya susah payah, wajahnya memerah akibat malu. Evelyn gelagapan ketika melihat semua mata tertuju padanya dan ditambah lagi dengan Elvan yang bertanya seperti itu yang di mana membuat dirinya malu.
God, please help me. Teriak Evelyn dalam hati.
🌹🌹🌹
Elvan melirik Ken yang berdiri di sampingnya, sementara itu, Evelyn sejak tadi terus menggerutu. Elvan tidak memedulikan gerutu Evelyn, dia malah melingkarkan tangannya di pinggang Evelyn, membuat wanita itu berdecak kesal.
“Kau lepaskan tanganmu atau kuinjak kakimu,” ancam Evelyn membuat Elvan dengan terpaksa melepaskan tangannya.
Entah kenapa, Elvan akhir-akhir ini ingin selalu dekat dengan Evelyn bahkan pria itu meninggalkan rapat penting di perusahaan hanya demi bertemu dengan Evelyn.
Ah, Elvan, sepertinya kau sudah gila, gila karena Evelyn.
“Dan, untuk apa kau kemari?,” Imbuh Evelyn.
Elvan memutar bola matanya malas. “Bukannya tadi sudah kau lihat aku sedang apa?.”
Bukannya menjawab pertanyaan Evelyn, Elvan malah bertanya balik pada wanita remaja itu. Tidak peduli dengan pertanyaan itu, Evelyn memasuki kelasnya.
Tuhan, Evelyn membenci orang-orang yang menjadikannya pusat perhatian dan ini semua karena Elvan. Apa Elvan tidak bisa menemuinya nanti setelah dia pulang sekolah?.
Setelah Evelyn masuk ke dalam kelasnya, Elvan mengajak Ken untuk kembali ke perusahaan. Di pikirannya tiba-tiba ada rencana yang akan dilakukan ketika wanita itu ramah tamah, dan yang pastinya rencana itu akan membuat Evelyn jadi menurut dan akan menyukainya.
Sesampainya di dalam mobil, Elvan berdeham hingga Ken yang duduk di kursi depan pun menoleh. Ken sangat tahu, jika Elvan berdeham, berarti pria itu ingin berbicara serius.
“Kau tahu apa yang sedang kupikirkan?,” tanya Elvan
Ken menelan ludah susah payah. Poor you, Ken. Matilah kau, Ken.
Ken dengan pelan menggelengkan kepalanya, pria itu siap mendengar amarah Elvan yang akan meledak. Ken melihat Elvan yang menatapnya tajam, dia memejamkan matanya, mulai menghitung satu hingga tiga.
Namun, baru hitungan ke satu, suara Elvan sudah terdengar.
“Kenapa kau bodoh sekali?.”
Benarkan apa yang Ken pikirkan?.
“Cari informasi teman-teman kelompok Evelyn saat kemah nanti, cari tahu tentang rahasia yang mereka tutupi atau rahasia orang tua mereka.” Elvan menjeda perkataannya.
“Suruh mereka untuk ikuti perintahku dan ancam mereka jika menolak. Untuk perintahku nanti kumpulkan mereka semua di Penthouseku, akan aku jelaskan di sana, dan tugasmu ini harus selesai sebelum mereka kemah,” imbuh Elvan membuat Ken bergidik karena takut.
Siapa pun harus tahu siapa Elvan itu?.
🌹🌹🌹
Joshua sejak tadi terus menggelengkan kepalanya, sementara Evelyn terus bergelayut manja di lengannya seraya merengek untuk diizinkan ikut kemah ramah tamah bagi kelas akhir. Namun, Daddy-nya sama sekali tidak mengizinkan.
“Ayolah, Dad,” bujuk Evelyn lagi.
“Tidak, Nak. Kau tidak ingin terjadi apa-apa denganmu,” tolak Joshua dengan berbagai macam alasan.
Tadi alasan Joshua karena nanti Evelyn sakit, terus sekarang bilang tidak ingin terjadi apa-apa dengan Evelyn. Daddy-nya ini memang plin-plan.
Evelyn memasang wajah cemberutnya. Dia merajuk sampai tidak peduli dengan panggilan Daddy-nya, Evelyn terus melangkah menuju pintu keluar.
“”Evelyn, mengertilah, Daddy sangat menyayangimu makanya Daddy tidak mengizinkanmu pergi. Di sana juga pasti dingin apalagi kau yang tidak kuat dengan dingin, kau bisa sakit.”
“Aku selalu mengerti Daddy,” kata Evelyn menghentikan langkahnya, dia berbalik badan seratus delapan puluh derajat.
“Aku selalu menuruti apa mau Daddy. Tidak melakukan ini, tidak melakukan itu, semuanya aku turuti, tapi kenapa hanya minta izin untuk kemah saja Daddy tidak mengizinkan?.”
Joshua menghela napasnya. Dia tahu ini salah, Joshua terlalu mengekang anaknya, dia tidak membiarkan anaknya bergerak dengan bebas hingga Evelyn sama sekali tidak memiliki teman.
Tapi... Joshua melakukan itu semua karena Evelyn adalah anak satu-satunya, mereka menanti Evelyn selama sembilan tahun maka dari itu dia sangat menjaga Evelyn. Evelyn penyemangat Joshua dan Yolanda.
“Evelyn, Daddy menyayangimu.”
“Daddy menyayangiku? Kalau begitu izinkan aku untuk kemah.”
Joshua menggeleng cepat. “Tidak.”
“Berarti Daddy tidak benar-benar menyayangiku.”
Setelahnya, Evelyn membuka pintu, ingin melangkah keluar tapi terhenti ketika ada seorang pria di depannya. Karena suasana hatinya yang buruk, Evelyn menatap tajam pria itu.
“Apa? Kau mengusikku atas perintah Tuanmu?.”
Pria yang tak lain adalah Ken itu menelan ludahnya susah payah. Ah, kenapa juga tatapan mata Evelyn sangat mirip dengan tatapan mata Elvan?. Mereka memang pasangan yang serasi.
Kenapa mereka tidak berjodoh saja?.
“Maafkan saya, Nona. Saya kemari ingin membantu Nona agar diizinkan untuk kemah oleh Tuan Joshua.”
“Tidak perlu. Dan katakan pada Tuanmu ucapan terima kasihku,” tolak Evelyn seraya melangkah meninggalkan rumah.
“Tapi Tuan ingin Anda ikut dalam kemah itu,” ujar Ken kemudian pria itu langsung menutup mulutnya seolah-olah dia telah membongkar rahasia besar.
Evelyn menoleh, memicingkan matanya. Ken jadi merinding melihat itu.
“Apa lagi yang direncanakan oleh Tuanmu?”
Hebat!. Evelyn tahu kalau Elvan sedang merencanakan sesuatu, sepertinya Jerry memiliki saingan berat.
***
**Halo teman-teman pembaca.....
Gimana nih sama part ini?
Ibarat kata ini hanya sekedar basa-basi (apa sih thor? Gak jelas 😐)
Jangan lupa like, komen, vote dan share yah. Tambahkan juga ke favorit.
Follow ig @huzaifahsshafia
Bye bye**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments