Merasa kalau malam telah berganti menjadi pagi, Evelyn mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke dalam matanya kemudian memejamkan matanya lagi. Wanita itu yang memang menghadap jendela pun membalikkan badannya, memeluk guling erat.
“Morning, Honey.”
Mendengar suara yang sudah sangat familiar di telinganya, Evelyn pun membuka matanya. Matanya yang tadi masih mengantuk seketika melebar. Di depannya saat ini ada Elvan dengan menggunakan kaos hitam dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana jeans-nya. Penampilan pria itu berbeda dari hari-hari biasanya.
“Elvan.”
Evelyn langsung bangkit dari tidurnya, kemudian memegang kepalanya yang pusing akibat bangun secara mendadak dari tidurnya.
Guratan khawatir terlihat jelas di wajah Elvan, pria itu langsung menghampiri Evelyn, duduk di sisi kiri Evelyn seraya mengusap lembut kepala Evelyn.
“Are you okay, Honey?,” tanya Elvan sambil membaringkan Evelyn lagi.
Evelyn tidak menjawab, melainkan membalikkan badannya hingga tengkurap. Ah, pusing sekali, rasanya dia tidak bisa bangun. Ini semua karena Elvan, kalau saja Elvan tidak ada kepalanya tidak akan pusing.
“Elvan....” Evelyn menggeram kesal.
“Ya, Honey?,” tanya Elvan seakan tidak tahu apa-apa dan mengecup kepala Evelyn.
“Keluar kau dari kamarku!.”
Evelyn mendorong kuat tubuh Elvan hingga pria itu terjatuh dari ranjangnya. Menyebalkan. Bagaimana bisa pria menyebalkan itu muncul di mimpinya saat dia koma?.
Merasa jika pusing di kepalanya telah hilang, Evelyn bangkit dari tidurnya, berdiri tepat di samping Elvan yang masih pada tempatnya saat pria itu dia dorong. Sejurus kemudian, wanita itu menginjak kaki Elvan yang kebetulan tidak memakai sepatu ataupun sendal. Berkali-kali hingga Elvan terus meringis.
“Stop it!”
Sungguh Elvan tidak kuat dengan kakinya yang diinjak Evelyn. Kekuatan wanita bagaikan kekuatan seorang superhero. Elvan pertama kalinya bertemu dengan wanita seperti Evelyn yang berani menghajarnya bahkan tidak terpesona dengannya.
Eh, apa pesonanya sudah luntur hingga Evelyn sama sekali tidak tertarik dengannya?.
“Siapa yang menyuruhmu masuk? Hah?,” tanya Evelyn. Kaki wanita itu masih terus menginjak kaki Elvan. Sementara Elvan meringis akibat kesakitan.
“Hei, Evelyn hentikan, aku bisa-bisa meninggal sebelum waktunya.”
“Oh, bagus itu, jadi tidak ada lagi orang yang menyebalkan di dunia ini,” tutur Evelyn membuat Elvan menggeram kesal.
Dengan gerakan cepat, Elvan memajukan sedikit tubuhnya kemudian menarik tangan Evelyn hingga wanita itu terjerembap di atas tubuhnya. Sesaat keduanya saling bertatapan, lalu Elvan melingkarkan tangannya di pinggang Evelyn dan memajukan wajahnya, setelahnya mengecup singkat bibir tipis Evelyn.
Evelyn diam mematung ketika bibir Elvan mengecupnya, hanya mengecup tidak ada gerakan lain, namun pria itu tidak melepaskan bibirnya di bibir Evelyn.
Elvan melepaskan ciumannya, menjauhkan wajahnya dari wajah Evelyn seraya tersenyum mengejek pada wanita yang ada di atasnya ini. Wanita yang baru saja kehilangan ciuman pertamanya itu langsung tersadar, sedetik kemudian Evelyn membenturkan kepalanya dengan Elvan.
Elvan yang memang ada di bawah terbentur juga pada lantai marmer. Doubel sudah sakit yang dia rasakan. Elvan langsung mendorong pelan Evelyn ke sampingnya, setelahnya dia bangkit sambil memegang kepalanya di bagian belakang.
“Apa yang kau lakukan?,” tanya Elvan dengan nada suara yang terdengar marah.
“Membalas perbuatanmu yang tiba-tiba mencuri ciuman pertamaku,” kata Evelyn sambil bangkit dari tempatnya.
Mendengar kata ciuman pertama dari perkataan Evelyn, entah kenapa mendengar perkataan Evelyn, Elvan sangat bahagia.
Elvan mengelus dagunya seolah-olah berpikir. “Oh, itu ciuman pertamamu? Pantas saja bibirmu rasanya manis.”
Evelyn mendengkus sebal. “Kembalikan ciuman pertamaku!.”
Elvan tertawa. Mengembalikan ciuman pertama wanita itu? Bagaimana caranya? Apa dengan cara menciumnya kembali?.
“Kau ingin kucium lagi supaya ciuman pertamamu kembali?.”
“Mati saja kau sana!”
Evelyn bangkit, melangkah menuju pintu kamar untuk keluar dari kamarnya. Kedatangan Elvan membuat kamar Evelyn tidak nyaman seperti biasanya.
🌹🌹🌹
“Kenapa kau masih di sini?,” tanya Evelyn. Wanita itu sudah terlihat segar dan mengganti piamanya dengan dress sehari-harinya.
Pertanyaan itu selalu diberikan Evelyn jika Elvan ada di rumahnya dan sudah pasti selalu mendapatkan teguran dari Mommy-nya.
“Evelyn tidak boleh seperti itu.”
Benarkan apa yang diduga Evelyn, dia mendapatkan teguran dari Mommy-nya. Sementara itu, pria yang dibela oleh Yolanda tersenyum manis.
“Ya, kau memang tidak seharusnya bersikap seperti itu padaku, aku itu calon suamimu.”
“Benar apa katanya, Nak?” Joshua tiba-tiba muncul dan langsung mendudukkan dirinya di tempatnya biasa duduk.
“Lagi pula Elvan kemarin itu dengan tujuan mengawasimu agar tidak melakukan hal yang Daddy khawatirkan,” imbuh Joshua.
Huh, Evelyn rasanya ingin mengatakan pada Daddy-nya kalau sebenarnya Elvan tidak benar-benar mengawalnya dan mengawasinya, bahkan pria itu pergi begitu saja setelah mengantarnya ke sekolah.
“Makanlah Elvan!”
“Dengan senang hati, Dad.”
Evelyn melotot pada Elvan yang memanggil Daddy-nya dengan panggilan Dad. What?! Apa-apaan ini?.
“Sejak kapan Daddyku jadi Daddymu?,” tanya Evelyn.
Elvan meraih gelas yang berisi air dan mulai meminumnya. “Sejak kau jadi tunanganku,” jawab Elvan santai.
Jawaban Elvan sukses membuat Evelyn menggeram kesal. Rasanya Evelyn ingin menusuk Elvan dengan garpu yang tengah dipegangnya saat ini, bahkan Evelyn tidak menganggap kalau Elvan itu adalah tunangannya.
🌹🌹🌹
Selepas semuanya sarapan, Evelyn langsung menarik tangan Elvan ke taman belakang rumah. Wanita itu ingin menginjak kaki Elvan habis-habisan supaya pria itu segera sadar.
“Kenapa kau menarikku ke sini?,” tanya Elvan masih terus mengikuti Evelyn.
Pertanyaan Elvan tak dijawab oleh Evelyn, wanita itu terus menariknya padahal keduanya sudah di taman belakang rumah. Tak lama kemudian, Evelyn menghentikan langkahnya di dekat kolam ikan, lalu menjalankan aksinya untuk menghajar Elvan.
“Evelyn, sialan kau!”
“Sakit?”
“Tentu saja, kau kira tidak sakit.”
Evelyn yang kebetulan memakai wedges pun langsung menginjak kaki Elvan bagian jari pria itu, memutar-mutar ujung wedges-nya di jari kaki Elvan.
“Arrrghhh... Evelyn, apa kau ingin membunuhku?.”
“Itu memang tujuanku, biar tidak ada lagi orang menyebalkan sepertimu.”
“Berarti kau akan menjadi perawan tua,” ucap Elvan membuat Evelyn mendelik tajam.
“Apa maksudmu?”
Elvan mengangkat bahunya pertanda kalau dia juga tidak mengerti apa maksud perkataannya, tapi dua detik kemudian dia tiba-tiba terpikir akan sesuatu yang tentunya akan semakin membuat Evelyn kesal.
“Karena tidak ada yang bisa memilikimu selain aku.”
Perkataan Elvan tentunya membuat Evelyn semakin kesal, wanita itu kembali melancarkan aksinya yang sempat tertunda sekitar lima menit yang lalu.
“Kau kira aku mau denganmu?. Dengar ya, Tuan Elvan yang terhormat, sekalipun di dunia ini dikuasai oleh kucing dan hanya kau satu-satunya pria yang tertinggal, aku lebih memilih kucing daripada kau.”
Ah, kurang ajar sekalian Evelyn ini, masa dia disamakan dengan kucing yang jelas-jelas ada hewan yang paling dia benci. Dia kalah saingan dengan kucing.
***
**Aku tahu kalian semua pasti nungguin update cerita ini.
Akhir-akhir ini aku sibuk banget, sibuk sama kuliah online di pagi hari terus sibuk sama tugas online malam hari.
Sumpah yah, sampai aku tuh gak ada waktu buat ngetik cerita. Tugas aku menumpuk kayak pakaian yang belum dilipat.
Hehe... Aku jadi curhat
Jadi, gimana kesan kalian baca part ini?
Cuslah langsung jawab di kolom komentar.
Jangan lupa like, vote, dan sharenya. Tambahkan cerita ini ke favorit biar kalian dapat info updatenya.
Follow ig @huzaifahshafia kalau mau dapat spoiler dari cerita ini
Bye bye**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Neng Yee
benci jdi cints
2020-03-25
1
Enny Enn
setiap membuka episode baru selalu berharap sudah mulai ke adegan romance...tapi ttp masih musuhan
2020-03-25
2
Safin Algasiah
Semangat Thor
2020-03-23
1