Pintu ruangannya diketuk dari luar, Elvan yakin di luar sana adalah Ken, orang yang sudah dia tunggu-tunggu sejak tadi, orang yang akan memberikan kabar baik padanya. Elvan berdeham, memutar kursi putar-nya lalu menyuruh orang di luar sana untuk masuk.
Benar saja, yang masuk adalah orang yang dia tunggu-tunggu. Elvan mengangkat kepalanya, meminta informasi baik dari Ken.
“Kuharap kau memberikan kabar gembira padaku,” tutur Elvan.
“Seperti yang Anda harapkan, Tuan.”
Elvan tertawa kecil, dia meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu melipatnya. Dia akan mendengarkan penjelasan Ken.
“Tuan Jerry ingin menghentikan mereka mengawas Nona Evelyn, tapi sebelum itu, Tuan Jerry ingin bertemu dengan Anda.”
Elvan sudah menduga itu. Pria itu bangkit dari duduknya, merapikan jasnya yang kusut, berjalan keluar dari ruangannya. Tanpa perlu bertanya pada Ken di mana keberadaan Daddy-nya, Elvan sudah tahu di mana Daddy-nya.
Pria itu kemudian keluar dari kantor, menaiki mobilnya dan keluar dari area perusahaannya. Dia akan mendatangi Daddy-nya di mansion Daddy-nya. Elvan tahu, Daddy-nya menunggu di sana.
Tak butuh waktu lama, dia telah sampai di mansion Daddy-nya. Tanpa pikir panjang lagi, Elvan memasuki mansion dan disambut puluhan pelayan di mansion ini.
Di ruang tamu, Elvan dapat melihat Daddy-nya yang tengah sibuk dengan iPad di pangkuannya. Pria itu menghampiri Jerry kemudian duduk di samping Daddy-nya bahkan di mengangkat salah satu kakinya di atas meja.
“Daddy tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap kurang ajar seperti itu, Elvan.”
Elvan terkekeh sinis, dia sengaja mengangkat kakinya ke atas meja supaya perhatian Daddy-nya beralih padanya. Daddy-nya itu susah untuk mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan maka hanya cara yang tadi Elvan lakukan, satu-satunya cara supaya Daddy-nya bisa mengalihkan perhatiannya.
“Ada apa kau kemari?,” tanya Jerry.
Elvan berdecak. “Bukankah Daddy yang ingin bertemu denganku? Dengan senang hati aku bertemu dengan Daddy.”
“Apa yang tengah kau rencanakan?,” tanya Jerry.
Pria paruh baya itu sangat tahu tabiat anaknya yang sangat mirip dengannya.
“Tidak ada, aku sama sekali tidak memiliki rencana apa-apa.”
“Lalu, apa tujuanmu?”
“Aku hanya ingin melindungi calon istriku secara langsung,” ujarnya yang tentu berbohong.
Jerry menghela napasnya panjang, dia menoleh, menatap tajam anaknya yang hanya santai-santai saja tanpa merasa takut.
“Daddy tidak tahu apa yang sedang kau rencanakan, tapi jika kau menyakiti Evelyn, maka Daddy akan turun tangan langsung untuk menghabisimu,” tutur Jerry membuat Elvan memutar bola matanya jengah.
“Jadi Daddy setuju dengan permintaanku atau tidak?.”
“Daddy setuju. Ingat kata-kata Daddy tadi, Elvan.”
“Ya, tapi aku tidak berjanji.”
🌹🌹🌹
Evelyn melebarkan matanya tak percaya ketika mendengar perkataan Daddy-nya. Demi apa pun, Evelyn merasa dia seperti mendapatkan berlian termahal di dunia atau bahkan lebih dari itu semua.
“serious?,” tanya Evelyn. Mata wanita itu berbinar mendengar perkataan Daddy-nya.
“Tentu, Nak, bodyguard itu sudah tidak akan mengawalmu lagi.”
Joshua yang tadinya duduk kini berdiri, merapikan anak rambut anaknya yang ada di pipi serta kening anaknya. Pria paruh baya itu mengecup singkat hidung anaknya lalu berpindah mengecup kening Evelyn.
“Berarti mereka sudah tidak mengikutiku lagi?,” tanya Evelyn memastikan. Dia seakan tidak percaya dengan perkataan Daddy-nya.
“Benar, Nak,” sahut Joshua yang mampu membuat Evelyn berjingkrak akibat senang.
Wanita itu langsung meloncat ke gendongan Daddy-nya, melingkarkan kedua kakinya di pinggang Joshua.
“Daddy, I love you so much.” Evelyn berkali-kali mengecup pipi Daddy-nya.
“Daddy juga mencintaimu, Nak.”
“Itu berarti, aku sudah tidak akan dikawal lagi?”
Joshua menurunkan Evelyn dari gendongannya, dia mengernyitkan dahinya heran karena perkataan anak semata wayangnya. Sepertinya ada yang salah dengan perkataan anaknya itu.
“Apa? Kau tidak akan dikawal lagi?!”
Evelyn tersenyum lebar, menganggukkan kepalanya semangat. Kemudian kening wanita itu ikut mengernyit ketika melihat Daddy-nya mengernyitkan dahinya.
“Siapa bilang kau tidak akan dikawal?”
“Hah?!”
“Elvan yang akan menggantikan mereka, katanya akan lebih aman jika dia yang menjagamu langsung. Dia tidak percaya dengan bodyguard-bodyguard itu,” tutur Joshua.
Evelyn memundurkan badannya, menatap wajah Daddy-nya dengan tatapan bertanya. Oh, ayolah, Daddy-nya sedang tidak bercanda kan?.
“Are you kidding, Daddy?”
“No, Nak.”
“Tapi, Dad, kenapa?”
“Bukankah sudah Daddy katakan padamu? Elvan ingin melindungimu langsung, dia khawatir padamu.”
Tuhan, jika ini mimpi maka tolong bangunkan Evelyn. Mimpi? Benarkah ini hanya mimpi?. Tidak, ini bukan mimpi. Evelyn yakin ini nyata bukan mimpi seperti dulu saat dia koma.
“Elvan sialan,” gumam Evelyn pelan.
🌹🌹🌹
Elvan tertawa terbahak-bahak ketika mendengar cerita dari Ken. Cerita yang Ken dapat dari Joshua kemudian dia ceritakan pada Tuannya. Cerita tentang Evelyn yang merasa kesal karena dia akan dikawal oleh Elvan langsung.
Elvan mengamati gambar Evelyn.
“Benarkah?,” tanya Elvan memastikan kebenaran dari cerita Ken.
“Ya, Tuan, bahkan Tuan Joshua bilang Nona Evelyn terus menggerutu tidak jelas.”
Elvan lagi tertawa. Rasanya bahagia ketika tertawa di atas penderitaan orang lain. Tidak-tidak, bahagia Elvan hanya tertawa di atas penderitaan Evelyn.
“Terus, apakah masih ada lagi?”
Ken benar-benar tidak percaya ketika melihat tawa Tuannya yang begitu lepas. Oh my God, ini pertama kalinya Ken melihat Elvan tertawa seperti itu bahkan yang membuat Tuannya itu tertawa karena telah membuat calon istrinya kesal.
Wait, calon istri? Elvan bahkan tidak mengakui wanita itu sebagai calon istrinya, dia malah mengakui kalau Evelyn adalah bonekanya. Hah, boneka? Ya, tentu saja, Evelyn adalah bonekanya dan tidak tahu kapan dia bosan bermain dengan bonekanya. Kalau dia sudah bosan dan tujuannya benar-benar sudah tercapai, maka dia akan melepaskan boneka itu.
“Sudah tidak ada lagi, Tuan, hanya itu saja yang diceritakan Tuan Joshua padaku.”
“Ah, sayang sekali, padahal aku sangat menantikan cerita seperti ini.”
Ken tersenyum kikuk mendengar perkataan Elvan.
“Seharusnya aku ada di sana, merekam wajah jelek wanita itu jika sedang kesal.”
Ken mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa jelek? Siapa yang Elvan maksud jelek? Apakah itu Evelyn?. Yang benar saja, Ken bahkan rela dijodohkan jika dia dijodohkan dengan wanita cantik seperti Evelyn, tapi Tuannya yang tampan ini sangat menolak perjodohan ini.
“Maaf Tuan, saya rasa Nona Evelyn tidak jelek, Nona Evelyn bahkan lebih cantik daripada wanita-wanita yang biasa Tuan kencani.”
Elvan mendelik tajam, dia menatap tidak suka. Perkataan Ken tadi membuat moodnya tiba-tiba jelek sejelek wajah Evelyn menurutnya.
“Dia jelek, Ken.”
“Nona Evelyn cantik, Tuan.”
“Kau membantahku?” tanya Elvan marah. Ken tahu, kalau sudah seperti ini, maka Elvan akan meledak.
“Tidak, Tuan, saya hanya membetulkan perkataan Anda yang salah.”
“Heh, apa, perkataanku yang salah? Bagian mananya?.”
Ken jadi gelagapan mendengar pertanyaan Elvan. Kalau sudah seperti ini, itu tandanya kalau Elvan tidak bisa dibantah.
“Ah, itu... Maafkan saya, Tuan, karena sudah lancang dengan Anda.”
“Ya, kau memang pantas meminta maaf padaku.”
Ken mengangguk. Kemudian Elvan berkata, “Aku ingin kau mencari tahu jadwal sehari-hari Evelyn dan malam ini sudah ada di Penthouseku.”
Ah, apa lagi yang akan direncanakan Tuannya ini?.
***
**Haloha.....
Masih adakah yang nungguin cerita ini?
Gimana part-part awalnya? Seru gak?
Seperti biasa, author gak minta banyak kok Cuma like, komen, vote, dan share cerita ini ke semua teman kalian biar banyak yang baca.
Bye bye sampai jumpa di part selanjutnya**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Qiyamullail Alhusna
up..... again
2020-03-13
1