“Bagaimana, kau terima? Tidak mungkin kau tolak kalau tidak ingin jabatanmu Daddy tarik kembali.”
Elvan diam, belum menjawab pertanyaan Daddy-nya, dia lebih memilih menambah suhu air conditioner ruangannya. Tiba-tiba saja ruangannya ini panas ketika Daddy-nya memberikannya pertanyaan.
Elvan lalu menghampiri Daddy-nya yang duduk di sofa. Dia masih belum menjawab, tapi malah mendudukkan tubuhnya tepat di depan Jerry—Daddy Elvan.
“Ya, sepertinya aku menerimanya.”
Jerry mengernyit heran mendengar ucapan Elvan. Sepertinya?, Berarti pria itu ragu.
“Jangan mempermainkan Daddymu, Elvan,” hardik Jerry membuat Elvan berdecak.
Elvan menarik napasnya, kemudian menghembuskan napasnya kasar. Dia harus pandai bersandiwara di hadapan Daddy-nya, berpura-pura kalau dia memang menerima perjodohan yang Daddy-nya lakukan. Ingat, Elvan, demi membalaskan Evelyn.
“Aku sama sekali tidak mempermainkanmu, Dad. Aku serius.” Ujar Elvan membuat Jerry menghembuskan napas leganya.
Jerry bangkit dari duduknya, menghampiri Elvan, lalu menepuk pundak Elvan sekali dan berkata, “Daddy harap kau tidak main-main dan akan serius, ini demi kebaikanmu bukan kebaikan Daddy.”
“Daddy hanya perlu memegang kata-kataku, percayalah kalau aku serius menerima perjodohan itu.”
Jerry mengangguk. “Jangan lupa nanti malam untuk datang ke acara makan malam, kita akan membahas perjodohan itu bersama keluarganya.”
Ketika Jerry sudah keluar dari ruangannya, Elvan tertawa terbahak-bahak. Apa? Dia serius kalau dia menerima perjodohan gila itu?. Mustahil. Mana mau Elvan menerima perjodohan itu, ditambah lagi dengan wanita yang akan dijodohkan dengannya adalah anak sekolahan. Bagaimana jadinya nanti Elvan kalau menikah dengannya?.
“Ya, Dad, aku serius, serius ingin balas menginjak kaki wanita itu,” cicit Elvan.
🌹🌹🌹
Evelyn menatap dirinya sendiri di pantul cermin tepat di hadapannya. Wajahnya sudah di make up, rambutnya digerai tanpa adanya aksesoris menghiasi rambutnya. Dress hitam tanpa lengan membuat penampilannya sangat menarik.
Namun ekspresinya malam ini membuat penampilannya yang menarik dan anggun itu tertutupi. Wajahnya ditekuk, bibirnya maju beberapa senti sebagai tanda kalau dia itu kesal.
Malam ini dia akan bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya, bahkan malam ini mereka juga akan bertunangan. Demi apa pun, Evelyn sangat tidak rela bertunangan dengan pria yang sama sekali tidak dia kenal bahkan wajahnya saja tidak pernah dia lihat.
Tangannya bergerak mengacak-acak rambutnya frustrasi, bahkan Evelyn tidak peduli dengan rambutnya yang acak-acakan. Biarkan saja, supaya pria itu menolak perjodohan ini. Tidak ada orang yang ingin dijodohkan apalagi sama orang yang tidak dikenal.
Pintu kamarnya dibuka, dari cermin itu, Evelyn dapat melihat Yolanda menatapnya tajam. Di pintu sana, Yolanda berkacak pinggang, memperhatikan rambut Evelyn yang acak-acakan padahal dia sudah susah payah membantu anaknya itu untuk merapikan rambutnya.
“Evelyn, kau tidak tahu bagaimana usaha Mommy merapikan rambutmu?,” Tanya Yolanda yang mampu membuat Evelyn kesulitan meneguk ludahnya sendiri.
Dengan gelagapan, Evelyn meraih sisir di meja riasnya, kemudian merapikan rambutnya yang acak-acakan itu.
Yolanda menghampirinya, menarik pelan sisir yang Evelyn pakai untuk menyisir rambutnya, lalu merapikan rambut anaknya.
“Kita sudah mau berangkat tapi kau malah membuat kacau penampilanmu.” Yolanda masih setia merapikan rambut Evelyn, kali ini dia memasangkan jepit rambut di rambut Evelyn.
“Daddymu akan marah kalau kau masih belum siap-siap,” oceh Yolanda yang masih setia memasangkan jepit rambut terakhir di rambut Evelyn.
“Kenapa Daddy ingin menjodohkan aku, Mom?” pertanyaan Evelyn membuat Yolanda tersenyum.
“Karena Daddy ingin yang terbaik untuk anaknya,” jawab Yolanda kemudian menuntun Evelyn keluar dari kamarnya, menghampiri Joshua yang sudah menunggu mereka di bawah.
Ketiganya lalu keluar dari rumah, menuju mobil yang diparkir di pekarangan rumah. Mobil pun keluar dari pekarangan rumah, menuju tempat pertemuan mereka. Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di parkiran restoran.
Joshua turun diikuti dengan istri dan anaknya, ketiganya masuk ke dalam restoran itu dan disambut oleh pelayan restoran yang sepertinya sudah mengenal Daddy-nya.
“Selamat malam Tuan Joshua”
Joshua tersenyum sebagai jawaban sapaan pelayan itu. “Apa mereka sudah di dalam?.”
Pelayan itu menunduk, lalu menjawab, “Sudah, Tuan. Mari ikuti saya.”
Pelayan itu membawa mereka di salah satu ruang VIP. Di dalam ruangan itu sudah ada seorang wanita paruh baya dan pria paruh baya yang tengah bercengkrama. Tubuh Evelyn menegang melihat pria paruh baya itu yang tengah tersenyum ke arah mereka.
Itu... Jerry, salah satu orang yang ada di dalam mimpinya selama dia koma. Tidak, astaga apalagi ini? Benarkah dia hanya mimpi saat itu?.
Sementara itu, wanita paruh baya yang bersama Jerry menatap Evelyn tidak suka. Benarkah yang akan dijodohkan dengan anaknya wanita seperti ini?.
“Sudah lama?,” tanya Joshua ketika mereka sudah sampai di meja.
“Cih, tidak perlu berbasa-basi, kau memang selalu terlambat jika ingin bertemu denganku, Joshua.”
Joshua terkekeh, kemudian menarik kursi untuk Yolanda juga menarik kursi untuk Evelyn.
“Kau memang tahu aku bagaimana,” ujar Joshua seraya mendudukkan dirinya di kursi yang baru saja dia tarik.
Setelahnya, Joshua mengenalkan istri dan anaknya pada Jerry dan Bella—istri Jerry.
“Mana anakmu?”
“Katanya pergi ke toilet.”
“Aku tidak menyangka kita benar-benar akan menjadi besan.”
Jerry tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan dari sahabatnya. “Aku hanya ingin mengabulkan keinginan sahabat baikku,” ujarnya membuat Joshua lagi-lagi terkekeh. Ya, ini memang keinginannya, karena dia hanya percaya pada anak sahabatnya.
🌹🌹🌹
Elvan terpaksa berbohong pada Daddy-nya dengan mengatakan kalau dia pergi ke toilet, padahal sebenarnya di ruang VIP itu sudah ada toiletnya sendiri. Daddy-nya seperti tidak menyadari kalau dia berbohong.
Alasannya berbohong sebenarnya karena dia ingin datang setelah Evelyn datang dan masuk ke dalam ruangan.
Dan boom...
Dia ingin membuat wanita itu kaget karena orang yang akan dijodohkan dengannya adalah Elvan.
Pria itu memilih duduk di salah satu meja dekat dengan pintu masuk supaya dia mudah melihat kedatangan Evelyn. Sejak tadi senyum miring terus tercetak jelas di bibir Elvan apalagi ketika matanya tak sengaja melihat Evelyn masuk ke dalam restoran bersama kedua orang tuanya.
Elvan bangkit dari duduknya, berjalan dengan angkuhnya menuju ruang pertemuan mereka, dia merapikan jasnya yang sedikit berantakan, mengancing jasnya pada bagian tengah.
Lalu pria itu berdeham, menghilangkan rasa gatal di tenggorokannya.
“Well, kita lihat bagaimana reaksinya,” kata Elvan sebelum dia memasuki ruang VIP itu.
Elvan menghampiri mereka semua dan berkata, “Maaf aku terlambat.”
Suara Elvan itu membuat semuanya menoleh, terutama Evelyn yang mengenal suara itu pun langsung menoleh. Matanya melebar, dia tidak percaya kalau yang akan dijodohkan dengannya itu Elvan.
Tidak, tidak mungkin Elvan yang akan dijodohkan dengannya, bisa jadi Elvan hanya salah satu anak dari Jerry dan Bella.
“Nah, ini dia!”
Seruan Jerry membuat kepala Evelyn langsung pening seketika. Bagaimana bisa dia akan dijodohkan dengan Elvan?. Elvan yang lebih menyebalkan dibandingkan dengan Elvan yang ada di mimpinya. Bagaimana hidupnya nanti?.
“Perkenalkan Evelyn, itu Elvan anaknya Uncle. Anak satu-satunya Uncle yang akan bertunangan denganmu malam ini,” tutur Jerry.
“Halo, Calon Istri,” sapa Elvan dengan senyum mengejeknya, untuk yang lainnya sama sekali tidak menyadari senyum mengejek dari Elvan tapi Evelyn menyadari senyum itu. Oh, hidupnya akan sengsara mulai malam ini.
Bagaimana nanti kehidupannya ke depannya, apakah akan sama seperti di dalam mimpi atau bahkan lebih?. Tidak ada yang tahu. Dan Evelyn harus mempersiapkan dirinya.
***
**Masih adakah yang nungguin cerita ini update?
Udah siap dibuat baper karena Elvan dan Evelyn?
Yuk like, komen, vote, share. Ajak teman-teman kalian baca cerita ini.
Bye bye**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Desi Arisumanti
up dong
2020-03-09
1