Sembilan

Evelyn menggeram kesal ketika Elvan tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan pria itu, ditambah lagi dengan pria itu yang langsung mengecup keningnya lama. Evelyn melebarkan matanya, mereka di tempat umum, dan sekarang mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang.

Hei, apa-apaan ini?. Kelakuan Elvan itu bukan hal yang lumrah. Pasti orang-orang di sekitar mereka bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang pria yang sudah dewasa memeluk dan mengecup kening gadis remaja dengan mesra di depan umum?.

“Elvan, kurang ajar!” Umpat Evelyn sambil mendorong Elvan agar melepaskan pelukannya.

Elvan bukannya melepaskan pelukannya malah mengeratkan pelukannya, bahkan pria itu tidak memedulikan tatapan orang-orang di sana. Kalau mereka orang-orang bisnis, mereka pasti mengenal Elvan atau mungkin sebagian dari mereka ada yang mengenal Elvan.

“Lepaskan tanganmu dari pinggangku, Sialan!,” Ucap Evelyn penuh emosi. Wanita itu memberontak di pelukan Elvan, berusaha melepaskan diri dari pelukan Elvan.

“Hei, tidak usah seperti itu, Honey,” kata Elvan dengan senyum mengejeknya. Pria itu bahkan memperlihatkan senyum manisnya kepada orang-orang yang melewati mereka.

“Apa kau tidak merindukanku?,” sambung pria itu.

Evelyn mendengkus kesal. “Huh, merindukanmu?,” tanya Evelyn seolah-olah mengejek Elvan. Ralat, bukan seolah-olah tapi memang mengejek Elvan.

“Bilang saja kalau yang rindu itu kau, tidak perlu menuduhku.”

Perkataan Evelyn itu sukses membuat Elvan tertawa terbahak-bahak hingga menimbulkan perhatian banyak orang. Ah, harusnya Evelyn membawa pria itu ke tempat yang sepi bukan malah membiarkan pria itu berada di pintu gerbang sekolahnya yang masih sangat ramai dengan siswa-siswi yang berlalu lalang.

Tunggu, pemikiran apa itu? Membawa Elvan ke tempat sepi?. Huh, jika Evelyn membawa Elvan ke tempat sepi maka dia akan membunuh Elvan di sana biar tidak ada lagi orang yang menyebalkan.

Tuhan, selamatkan Evelyn dari pria ini.

“Kenapa kau begitu pintar, Honey?,” Kata Elvan mengelus lembut pipi Evelyn yang masih berada di pelukannya.

Lagi, Evelyn memberontak berusaha melepaskan pelukan Elvan. Kesal karena Elvan tidak melepaskan dirinya, Evelyn menginjak kaki Elvan hingga pelukan itu terlepas.

Elvan meringis kesakitan karena kakinya yang lagi-lagi diinjak, walau dia memakai sepatu pantofel tapi injakan Evelyn benar-benar kuat hingga membuat kakinya nyeri. Kekuatan wanita itu sangat besar padahal tubuh Evelyn tidak besar, ukuran tubuh wanita seperti anak-anak sekolah menengah atas sebagaimana mestinya.

“Kenapa kau menginjakku lagi?.”

Pertanyaan bodoh Elvan membuat Evelyn tertawa senang, mungkin di mimpinya dia tidak bisa melawan Elvan karena misi yang diberikan Joshua tapi kalau dia dunia nyata dia bisa membalas Elvan sesukanya jika pria itu menindasnya.

“Anda memang sepantasnya mendapatkan itu, Tuan,” ujar Evelyn membuat Elvan meliriknya sinis.

Beberapa detik kemudian, Elvan tertawa, tawa yang tentunya mengejek Evelyn.

“Aku akan memikirkan hukuman yang cocok untukmu,” ucap Elvan.

“Harusnya Anda sadar, Tuan, aku menginjak kakimu karena kau yang lebih dulu membuat aku kesal.”

Elvan masih meringis. “Masuk ke mobilku sekarang!” perintahnya yang sama sekali tidak di dengar Evelyn.

“Tidak mau.”

Elvan menggeram, lalu berkata, “Evelyn Grandpaku ingin bertemu denganmu.”

“Tidak mau,” tolak Evelyn lagi dan kali ini lebih tegas.

“Masuk ke mobilku, Evelyn.”

“Tidak mau.”

Kesal karena Evelyn tidak mendengarkan perkataannya, Elvan melirik Ken yang setia berdiri di sampingnya, memberikan isyarat pada Ken. Ken yang melihat lirikan Elvan pun langsung mengerti, dia berjalan ke mobil dan membuka pintu mobil itu.

Dalam hitungan detik, tubuh Evelyn melayang, Elvan memanggulnya. Evelyn memberontak, memukul-mukul pundak Elvan yang sama sekali tidak didengar oleh Elvan hingga mereka sampai di mobil.

Tubuh Evelyn dibawa masuk oleh Elvan ke dalam mobil, mendudukkan Evelyn di sisi kanannya tak lupa dia menyuruh sopir mengunci pintunya supaya Evelyn tidak bisa kabur.

“Aku tidak mau bertemu dengan kakekmu,” kata Evelyn.

Tangan Elvan yang sejak tadi masih berada di pinggang Evelyn pun menarik Evelyn hingga semakin dekat dengannya, matanya menatap mata Evelyn dalam, semakin dalam dan lama-kelamaan tatapan mata pria itu turun di bibir tipis Evelyn.

Errr... Elvan ingin merasakan bibir itu, tapi... Oh tidak, Elvan tahan dirimu. Elvan mendekatkan wajahnya ke wajah Evelyn, perlahan-lahan hingga hidung keduanya bersentuhan, tubuh Evelyn membeku karena tingkah Elvan kemudian terdengar suara; klik membuat kesadaran Evelyn kembali.

Dia mendorong kuat Elvan membuat kepala pria itu terantuk di jendela mobil. Evelyn menurunkan pandangannya, melihat kalau seat belt sudah terpasang di tubuhnya.

“Grandpa ingin bertemu dengan calon cucu menantunya,” ucap Elvan.

“Apa kau bilang, calon cucu menantu? Tidak sudi aku menjadi cucu menantunya.”

Elvan terkekeh geli mendengar perkataan, dia menyuruh sang sopir untuk mengendarai mobilnya ke mansion milik orang tuanya, menghiraukan protes demi protes dari Evelyn. Hingga mobil Elvan berhenti di pelataran mansion milik orang tua Elvan, Evelyn sama sekali tidak berhenti protes.

“Kau tidak ingin turun?.”

Evelyn menghentikan protesnya ketika sadar mereka sudah sampai di mansion kedua orang tua Elvan, dia memberengut kesal tapi tetap diam di tempatnya tanpa ikut keluar.

“Kalau kau tidak ingin keluar terserah.” Elvan menjeda perkataannya beberapa detik, seolah memikirkan sesuatu yang masuk akal.

“Aku akan menutup pintu mobil kesayanganku dan menguncinya karena ada barang-barang mahal di dalamnya, takutnya kau nanti malah kabur dan membawa barang-barangku,” imbuh Elvan.

“Pergi dan kunci pintunya, aku juga tidak peduli.”

Evelyn mengeluarkan ponselnya dari dalam tas beserta earphone, mencolok earphone itu ke lubang penghubung di ponselnya dan mulai memasangkan di telinganya. Volume musik Evelyn tambah supaya tidak mendengarkan suara menyebalkan Elvan lagi. Seharusnya ini dilakukan Evelyn sejak tadi pagi jika bersama Elvan.

Elvan benar-benar pergi, mengunci pintu mobilnya. Pria itu melangkahkan kakinya menuju pintu mansion rumah yang sudah terbuka, tapi ketika berada di teras mansion dia menghentikan langkahnya, menggeram kesal akibat meninggalkan Evelyn di mobil dan mengunci pintu mobilnya.

Hei, Elvan, ada apa dengan dirimu sendiri?.

Pria itu mengumpat, kemudian berlari sekuat tenaga hingga tak perlu satu menit dia sudah sampai di mobil, membuka pintu mobil dan menarik Evelyn ke dalam pelukannya, memeluk wanita itu erat bahkan pria itu menghirup wangi rambut Evelyn yang dihasilkan oleh shampoo.

“Apa yang kau pakai sampai aku tidak bisa meninggalkanmu?,” tanya Elvan membuat Evelyn melongo.

🌹🌹🌹

Memperhatikan interior mansion orang tua Elvan, terlihat begitu elegan. Evelyn melirik Elvan di sampingnya, lalu pandangan mata Evelyn turun ke tangannya yang digenggam oleh Elvan dengan erat.

Para pelayan di mansion itu berbaris, menyambut kedatangan mereka. Lalu Evelyn mendengar suara serak khas suara seorang lanjut usia memanggil Elvan.

“Elvan.”

Evelyn mengalihkan wajahnya ke depan, melihat seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih semua. Evelyn yakin, pria itu adalah kakek Elvan yang ingin bertemu dengannya, terbukti dengan pria tua itu yang tersenyum lebar dan langsung menghampiri mereka.

“Apa dia cucu menantuku?,” tanya pria tua itu ketika sudah berada di hadapan keduanya.

Evelyn jengah mendengar perkataan itu. Dia tersenyum, senyum sopan yang dipaksakan atau dibuat-buat.

“Grandpa, kami belum menikah, dia masih calonku.” Begitupun dengan Elvan, dia tidak suka mendengar perkataan kakeknya.

Cucu menantu? Itu tidak akan pernah terjadi, Elvan tidak akan pernah menikahi Evelyn sampai kapan pun. Evelyn bukan tipenya.

“Ya dan kuharap itu benar-benar terjadi,” kata Kevin—Grandpa Elvan.

“Oh, Grandpa, kau terlihat masih sangat muda,” timpal Evelyn mengalihkan pembicaraan mengenai pernikahan.

Mata Kevin berbinar-binar mendengar perkataan Evelyn, dia menarik tangan Evelyn ke sofa di ruang tamu, menyuruh wanita itu duduk.

“Benarkah, Cantik?,” tanya Kevin memastikan.

Evelyn jadi gugup ditanya kebenaran oleh Kevin, padahal yang sebenarnya Kevin sudah tidak muda wajahnya sudah keriput termakan usia, rambutnya pun sudah memutih. Aduh, Evelyn mati kutu, tidak tahu apa yang harus dia jawab. Apakah dia harus berbohong lagi?.

“Ah, sudahlah, aku tahu kau tadi berbohong,” ucap Kevin dengan wajah muramnya.

“Maafkan aku,” kata Evelyn penuh penyesalan. Evelyn tahu, membohongi Kevin itu tidak sopan.

“Kau dimaafkan, Cantik, jika kau mau menemaniku makan malam.”

Pada akhirnya, Evelyn menerima ajakan Kevin.

***

**Yuhuuu....

Nih yang nungguin update Elvan sama Evelyn.

Selamat membaca yah

Spam next yuk di kolom komentar!

Jangan lupa, like, vote, dan sharenya. Tambahkan cerita ini ke favorit biar dapat notifikasi updatenya.

Follow ig @huzaifahsshafia

Bye bye**

Terpopuler

Comments

Safin Algasiah

Safin Algasiah

Next

2020-03-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!