Elvan tertawa pelan ketika melihat Evelyn memberengut kesal. Karena gemas dengan Evelyn, Elvan langsung mencubit pipi Evelyn lalu memanggul Evelyn di pundaknya. Sementara Evelyn, kesal akibat Elvan yang berlaku seenaknya itu pun menggigit pundak Elvan hingga pria itu meringis namun tidak menurunkan Evelyn.
“Turunkan aku, Elvan!.”
Elvan tidak mendengarkan Evelyn, pria itu membawa masuk Evelyn ke dalam rumah wanita itu.
Sesampainya di ruang tamu, Elvan menurunkan Evelyn lalu mengacak rambut Evelyn. Ah, entah kenapa Elvan selalu senang jika melihat wajah kesal Evelyn.
“Kenapa kau tambah berat?” pertanyaan Elvan membuat Evelyn mendelik tajam.
“Jadi maksudmu aku itu gendut?,” todong Evelyn membuat Elvan tertawa.
“Mungkin saja.”
“Kalau begitu berhenti menggendongku, aku tidak pernah memintanya.”
Elvan mengangkat bahunya, acuh. Pria itu langsung duduk di sofa kemudian langsung menarik tangan Evelyn hingga wanita itu terjatuh tepat di pangkuannya. Tangan Elvan melingkari pinggang Evelyn, sementara wajahnya ditenggelamkan di punggung Evelyn. Hari ini Elvan merasa kelelahan akibat bekerja di kantor dan baru memiliki waktu malam ini.
Sebenarnya Elvan ingin langsung ke Penthousenya, tapi dia teringat dengan Evelyn yang hanya sendirinya di rumahnya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Evelyn?. Biar bagaimanapun juga, Evelyn tidak boleh kenapa-kenapa, kalau Evelyn kenapa-kenapa rencananya akan gagal.
Jangan mengira kalau Elvan khawatir dengan Evelyn. Tidak sama sekali. Siapa yang khawatir dengan wanita seperti Evelyn?.
“Hei, lepaskan tanganmu!”
Evelyn memukul-mukul tangan Elvan yang melingkar di pinggangnya, karena tangan Elvan yang tidak lepas dari pinggangnya, Evelyn mencubit kecil lengan Elvan ingin berwarna biru keunguan. Kulit Elvan terkelupas akibat cubitan Evelyn bahkan juga mengeluarkan darah.
“Apa yang kau lakukan?”
“Membalas perbuatanmu yang seenaknya,” jawab Evelyn sengit.
Wanita itu langsung bangkit dari pangkuan Elvan, tapi Elvan menariknya lagi ketika dia baru saja berdiri.
“Daddymu ada perjalanan bisnis selama satu minggu.”
Evelyn kaget mendengar perkataan Elvan, pasalnya dia sama sekali tidak tahu. Pantas saja tadi pagi Cris tadi ke sana kemari, dari rumah kemudian ke perusahaan.
“Bagus, kalau begitu berhenti berpura-pura selama satu minggu.”
Elvan tertawa terbahak-bahak hingga membuat dua pelayan yang tengah membersihkan jendela terlonjak kaget akibat tawa Elvan.
“Kenapa kau bisa tahu?,” tanya Elvan seolah membenarkan kalau dia memang berpura-pura.
Evelyn memutar bola matanya malas, apa dia harus bilang pada Elvan kalau dulu selama dia koma dia memimpikan pria itu?. Ternyata sifat Elvan di mimpi dan di dunia nyata tidak ada bedanya, hanya saja sifat menyebalkan lebih menyebalkan dibandingkan di mimpi.
“Kau kira aku tidak tahu kalau kau tengah berpura-pura?. Aku bukan perempuan bodoh.”
Setelahnya, Evelyn langsung menginjak kaki Elvan hingga membuat Elvan melepaskan tangannya dari pinggang Evelyn, kemudian bangkit lagi dari pangkuan Elvan. Kali ini Evelyn tidak ingin ditarik Elvan lagi maka dari itu, dia langsung duduk di samping Elvan.
“Ya, aku mengakui tunanganku ini adalah perempuan pintar.”
Evelyn mencibir. “Sekarang apa lagi rencana Anda, ?.”
Elvan merentangkan tangannya di sandaran sofa, menata langit-langit rumah seraya tersenyum lebar. “Hmmm... Mungkin aku akan membuatmu jatuh cinta padaku.”
“Dasar pedofil!” umpat Evelyn.
“Hei, aku bahkan sama sekali tidak mencintai anak kecil sepertimu.”
“Dan kau juga, aku sama sekali tidak tertarik untuk mencintaimu.”
“Oh ya?.”
Pertanyaan Elvan seolah-olah meragukannya.
“Anda terlalu percaya diri. Aku sama sekali tidak tertarik denganmu.”
Cih, pesona Elvan sepertinya tak berpengaruh dengan Evelyn, wanita itu bahkan terang-terangan menolaknya.
🌹🌹🌹
Seorang wanita dengan umur kepala empat memasuki perusahaan besar milik keluarga Robian, dress mahal yang dia gunakan mengundang banyak perhatian dari para karyawan di perusahaan.
Bibirnya yang merah merona karena lipstik membuat penampilannya semakin menegaskan kalau dia adalah kaum sosialita. Tangan wanita itu diletakkan di meja resepsionis.
“Ada yang bisa dibantu, Nyonya?.”
“Aku ingin bertemu dengan Jerry,” kata wanita itu.
“Maaf, Nyonya, posisi Tuan Jerry di sini sudah digantikan dengan Tuan Elvan,” tutur resepsionis itu.
Wanita itu tersenyum bangga ketika mendengar penuturan resepsionis itu.
“Di mana sekarang pria sialan itu?”
Resepsionis yang tadi sedang menulis terkejut mendengar pertanyaan wanita yang ada di depannya. Ini pertama kalinya dia mendengar orang yang berani mengumpat Tuannya.
“Tuan Jerry berada di perusahaannya yang satu lagi, Nyonya.”
Paula—wanita yang bertanya pada resepsionis—mengernyit heran. Jerry memiliki perusahaan lain?. Dia baru tahu.
“Kalau begitu berikan aku alamat perusahaannya.”
Resepsionis itu tersenyum sopan, dia tidak tahu bagaimana bersikap pada wanita sosialita di hadapannya ini.
“Sekali lagi mohon maaf, Nyonya, saya tidak bisa sembarangan memberi alamat perusahaan Tuan Jerry yang baru.”
Paula berdecak sebal. Kenapa hanya ingin bertemu dengan Jerry sesulit ini?. Wanita itu menatap tajam resepsionis yang menatapnya takut.
“Berikan padaku atau kau akan menyesal,” gertak Paula.
“Ba-baik, Nyonya.”
Karena takut dengan tatapan dan ancaman Paula, resepsionis itu memberikan alamat perusahaan pada Paula. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Paula langsung melenggang pergi dari hadapan resepsionis.
🌹🌹🌹
“Mana anakku?,” tanya Paula pada Jerry.
Setelah mendapat alamat perusahaan baru milik Jerry, Paula langsung ke perusahaan pria itu dan beruntungnya dia ketika baru masuk di perusahaan Jerry, dia sudah mendapatkan Jerry yang keluar dari lift.
“Kau kira aku mau mempertemukanmu dengan anakku.”
“Jerry, kau jangan egois!”
“Siapa yang lebih egois? Hah?.”
Pertanyaan Jerry membuat Paula menggeram kesal, tapi sejurus kemudian, Paula tersenyum sinis.
“Hmmm... Kau bertanya seperti itu padaku karena kau sakiti hati kan?.”
Jerry langsung menoleh, menatap tajam pada mantan istrinya itu.
“Kau sebenarnya belum bisa melupakanku kan?,” todong Paula.
Jerry hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Paula, semua pertanyaan itu tidak ada pertanyaan atau bahkan tuduhan itu tidak ada benarnya. Untuk sakit hati, Jerry memang pernah sakit hati akibat wanita itu, tapi itu dulu sekitar sembilan belas tahun yang lalu.
“Aku lupa memberitahu padamu, Paula, kalau aku sangat mencintai istriku. Istriku lebih setia daripada kau, lebih tulus daripada kau bahkan dia menumpahkan semua kasih sayangnya pada Elvan,” tutur Jerry seraya tersenyum mengejek pada Paula.
“Sekarang mana Elvan?. Aku ingin bertemu dengan anakku.”
“Aku akan mempertemukan kalian kalau kau memberikan anakku yang satu padaku.”
“Cih, kau kira Ana mau bertemu denganmu?.”
“Aku yakin kalau kau mencuci otak anakku,” tuduh Jerry.
“Hei, aku yang mengandung dan melahirkannya, tidak mungkin aku mencuci otak anakku sendiri, hanya saja... Aku mengatakan padanya kalau Daddy kandungnya tidak menerimanya.”
Jerry muak dengan wanita ular di depannya ini, pria itu mengepalkan kedua tangannya. Kemudian dengan langkah yang angkuh, meninggalkan Paula yang tersenyum sinis padanya.
Namun, baru beberapa langkah, Jerry menghentikan langkahnya dan berbalik badan seratus delapan puluh derajat lalu berkata, “Asal kau tahu, Paula, Elvan bahkan tidak mengenal wajah ibu kandungnya, yang dia tahu Bella adalah ibunya.”
Kurang ajar!. Paula akan membalas perbuatan Jerry.
***
**Gimana nih sama part ini?
Hehehe...
Buat teman-teman pembaca selamat membaca....
Jaga kesehatan kalian biar gak gampang sakit, sering-sering cuci tangan kalau perlu cuci tangan pakai sabun dan di air yang mengalir yah...
Dan juga di rumah aja dulu, gak usah keluar kalau gak penting-penting amat
Terakhir jangan lupa like, komen, vote, dan share cerita ini. Tambahkan juga cerita ini ke favorit biar kalian dapat notifikasi updatenya.
Follow ig @huzaifahsshafia kalau mau dapat info tentang spoiler cerita ini
Bye bye**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Desi Arisumanti
up Thor
2020-03-27
1
dewipurnama
ko jd jdi bgtu..
2020-03-27
1