Karena Evelyn menyuruhnya untuk berhenti berpura-pura, maka Elvan menuruti kemauan wanita itu. Tapi... Ada tapinya, Elvan uring-uringan sendiri karena menuruti kemauan Evelyn, bahkan penampilan pria itu acak-acakan.
Kejadian ini sudah terjadi tiga hari dan itu benar-benar membuat Elvan kacau. Errr... Elvan sebenarnya kenapa?.
Kesal karena memikirkan Evelyn, Elvan bangkit dari duduknya, meraih vas bunga yang ada di atas mejanya, melemparnya ke pintu ruangannya hingga vas bunga itu jatuh dan pecah. Sejurus kemudian, pintu ruangannya terbuka, memunculkan Kevin yang mengernyitkan dahi.
“Hei, ada apa dengan cucuku ini?,” tanya Kevin menatap pada vas bunga yang pecah tepat di bawah kakinya.
Elvan tidak menjawab, melainkan menghembuskan napasnya jengah. Pria itu duduk di kursi kebesarannya, memijat pelipisnya. Kepalanya terasa begitu pening jika memikirkan Evelyn yang sendiri di rumahnya.
Walau di rumah wanita itu ada banyak pelayan, tapi Elvan tetap memikirkan wanita itu. Oh, Evelyn, apa yang sebenarnya kau gunakan hingga Elvan selalu mengingatmu?.
Kevin menyingkirkan pecahan vas bunga itu, menghampiri cucunya yang terlihat begitu kacau. Kevin duduk tepat di hadapan Elvan hanya ada meja sebagai pemisah.
“Kenapa kau begitu kacau?,” tanya Kevin lagi.
Elvan menghela napasnya. “Bukan urusan Grandpa.”
Kevin tertawa mendengar perkataan Elvan. “Baru kali ini aku melihat cucuku sekacau ini, bahkan masalah perusahaan yang berat sama sekali tidak membuatmu kacau seperti ini.”
Elvan menatap tajam Grandpa-nya. Kalau Grandpa-nya tahu dia seperti ini karena Evelyn, dia akan ditertawakan lagi. Ah, itu pasti memalukan atau dia akan dipermalukan oleh Kevin.
Ponsel Elvan berdering nyaring, tanda panggilan masuk. Dengan gerakan cepat, Elvan langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat id caller. Ponselnya di letakkan di telinga kirinya.
“Katakan!”
“Nona Evelyn sama sekali tidak keluar hari ini dari rumahnya, Tuan.”
Perkataan orang suruhannya itu membuat Elvan marah besar. Tanpa mematikan sambungan teleponnya, Elvan melempar ponselnya ke dinding. Sedangkan Kevin, pria tua itu sudah biasa jika melihat cucunya melempar barang bahkan kadang Elvan melempar laptopnya yang di dalam ada file-file penting.
Elvan bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu, meninggalkan Kevin.
“Mau ke mana kau?,” tanya Kevin dengan suara tegas.
Elvan tahu, kalau nada suara Kevin tegas, maka pertanyaan itu wajib untuk dijawab. Elvan menekan kenop pintu, kemudian berkata, “Aku membutuhkan calon cucu menantumu biar aku tidak sekacau ini.”
Setelahnya, Elvan sudah pergi, meninggalkan Kevin yang masih berpikir namun dua detik kemudian, dia jadi paham penyebab Elvan yang begitu kacau saat dia ke ruangan cucunya.
“Akhirnya cucuku mencintai Evelyn,” kata Kevin sambil tertawa terbahak-bahak.
🌹🌹🌹
Elvan membuka pintu mobilnya dengan kasar, tidak memedulikan sopir mobilnya yang ada di belakangnya. Siang ini Elvan ingin membawa mobil sendiri tanpa ada sopirnya, kalau dia menggunakan sopir pasti akan sangat lama ke rumah Evelyn.
Pria itu sudah gelisah sejak tadi.
“Tuan, Anda mau ke mana?.” Ken tiba-tiba datang, membuat Elvan mengurungkan niatnya masuk mobil.
Elvan menoleh, menatap tajam pengganggu yang menahannya ke rumah Evelyn. Sementara Ken, pria itu menelan ludahnya susah payah akibat tatapan mematikan dari Tuannya. Ini Tuannya kenapa?. Sudah tiga hari ini Tuannya terlihat begitu kacau.
“Urus semua urusan di perusahaan, aku harus menemui Evelyn.”
Setelahnya, Elvan memasuki mobilnya, membawa mobilnya menuju kediaman Evelyn. Pria itu mencengkeram erat setir mobil kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan ibukota.
“Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu padamu, Honey,” gumam Elvan.
Tak butuh waktu lama bagi Elvan, dengan kecepatan tinggi, dia telah sampai di pintu gerbang rumah Evelyn. Elvan memencet klakson mobil hingga seorang penjaga rumah keluar dan membukakan pintu gerbang untuk Elvan. Semua orang yang ada di dalam rumah Evelyn tahu pemilik mobil Lamborghini berwarna putih itu adalah Elvan.
Setelah pintu gerbang dibuka, Elvan langsung memasukkan mobilnya ke pekarangan rumah, memarkirkan mobilnya sembarangan, keluar dari mobil tanpa mematikan dan menutup pintu mobil.
Elvan langsung disambut oleh kepala pelayan. Tanpa menjawab sapaan dari kepala pelayan itu, Elvan pun menerobos masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju lantai dua—letak kamar Evelyn berada.
Pria itu berusaha membuka pintu kamar Evelyn, tetapi pintu kamar wanita itu dikunci, tanpa berpikir panjang lagi, Elvan mendobrak pintu kamar Evelyn. Saat pintu sudah terbuka, Elvan dapatkan Evelyn tertidur di ranjang king size-nya, dengan tubuh yang menggigil di dalam selimut.
Wajah wanita itu yang biasanya terlihat begitu cerah kini sangat pucat. Elvan mengumpat dalam hati melihat keadaan Evelyn.
Apa sebenarnya pekerjaan para pelayan itu? Kenapa mereka sama sekali tidak tahu kalau Nona mereka sedang sakit?.
Elvan menghampiri Evelyn, menyentuh kening Evelyn yang terasa panas. Tuhan, bisakah Elvan menggantikan posisi Evelyn saat ini?.
🌹🌹🌹
Evelyn mengerjapkan matanya ketika merasakan kalau tubuhnya saat ini melayang, ah bukan melayang, melainkan sedang digendong bridal style. Matanya terbuka lebar ketika melihat wajah Elvan yang begitu dekat dengan wajahnya.
Kepalanya yang begitu pening membuatnya tidak bisa bergerak, takut rasa pening di kepalanya semakin menjadi. Evelyn menarik napasnya panjang.
“Elvan.”
Suara serak Evelyn membuat Elvan yang tadi masih setia menggendongnya untuk menuruni tangga pun menghentikan langkahnya, pria itu menunduk menatap wajah pucat Evelyn, kemudian mencium lama kening Evelyn.
“Ada apa, Honey?,” Tanya Elvan setelah melepaskan ciumannya di kening Evelyn.
“Turunkan aku,” kata Evelyn yang terdengar lemah.
“Tidak. Kau sedang sakit.”
“Aku baik-baik saja,” ujar Evelyn seraya memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di dada Elvan.
Elvan menggelengkan kepalanya. “Aku tidak ingin menurunkanmu yang terlihat begitu lemah.”
Evelyn langsung mendongak ketika mendengar perkataan Elvan, dia menghela napasnya. Rasanya Evelyn ingin memberontak dalam gendongan Elvan, tapi tidak bisa, dia begitu lemah.
Elvan melanjutkan langkahnya menuruni tangga hingga sampai di lantai satu. Kepala pelayan yang tadi tengah mengawasi pelayan membersihkan ruang tamu pun menoleh, dia terkejut saat melihat Evelyn yang pucat dalam gendongan Elvan.
“Nona.” Ron—kepala pelayan—menghampiri Elvan dan Evelyn.
“Elvan, turunkan aku!”
“Tidak, kita akan ke rumah sakit,” kata Elvan menolak Evelyn yang meminta diturunkan.
“Aku baik-baik saja, ini hanya demam biasa.”
Errr... Elvan ingin mengumpat Evelyn saat ini, tapi dia tahan karena ingat Evelyn itu sedang sakit. Pada akhirnya, Elvan menurunkan Evelyn dari gendongannya dan membiarkan Evelyn.
Wanita memegang pundak Elvan, menopang tubuhnya yang akan jatuh. Sebelah tangannya memijat keningnya, lalu dia melepaskan tangannya dari pundak Elvan, berjalan dengan tertatih menuju sofa ruang tamu.
Namun, baru beberapa langkah, Evelyn terhuyung. Sedangkan Elvan semakin menggeram kesal ketika melihat Evelyn. Dengan perasaan kesal, Elvan langsung menghampiri Evelyn, menggendong wanita itu keluar dari rumah dan membawanya ke mobil menuju rumah sakit.
Elvan tidak bisa melihat wanita itu sakit. Ah, perasaan apa ini? Kenapa Elvan merasakan sakit di ulu hatinya ketika melihat Evelyn seperti ini?.
Sesampainya di rumah sakit, Evelyn langsung dibawa ke UGD untuk diperiksa oleh dokter. Setelah beberapa waktu lamanya Evelyn diperiksa, dokter pun keluar sambil tersenyum pada pemilik rumah sakit yang terlihat begitu mencemaskan wanita cantik di dalam.
“Bagaimana?.”
“Pasien kelelahan dan banyak pikiran hingga lupa untuk makan makanya pasien sakit. Selain itu—“
Elvan tidak memedulikan penjelasan dokter yang masih terus berlanjut.
“Pindahkan dia di ruangan khusus keluarga.”
Dokter itu tersenyum, mengerti dengan perasaan Elvan. “Baik, Tuan.”
Setelah Evelyn dipindahkan ke ruangan lain, Elvan langsung menghampiri Evelyn yang tengah bersandar di kepala ranjang dan memeluk Evelyn erat.
“Kumohon, jangan menyuruhku berhenti berpura-pura. Aku kacau.”
Hah?. Evelyn tidak salah dengar kan?.
***
**Haloooo ....
Aku update lagi
Yang nungguin scene romantis Elvan sama Evelyn sabar yah, aku masih mau buat mereka musuhan, tapi musuhannya bikin kalian baper kan? (Apa sih, thor? Siapa juga yang baper?)
Buat kalian semua, teman-teman pembaca, selamat membaca
Spam next yuk di kolom komentar
Jangan lupa like, vote, dan sharenya yah...
Tambahkan cerita ini di favorit biar kalian dapat notifikasi update terbaru dari cerita ini
Pantengin terus ig @huzaifahsshafia kalau mau tahu spoiler cerita ini
Bye bye**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
felixia anime
next
2020-11-15
1
Kekey Quenn
mkin seru
2020-04-02
1
Levy Van DoLy
buat elvan jd bucinnya evelin thor😂😂
2020-03-30
0