Leher Feng Kun disayat oleh pisau yang tumpul itu, luka yang disebabkan juga tidak dalam, senjata seperti ini jelas tidak ditujukan untuk membunuh tapi untuk menyiksa lawannya terlebih dulu. Hanya bisa pasrah menunggu ajalnya datang Feng Kun berusaha tidak mengeluarkan suara apapun, dia tidak mau anaknya menjadi lebih khawatir.
Feng Li melakukan tugasnya tanpa kesalahan, dia terus menonton ayahnya digorok dan menahan rasa sakit. Bagi anak kecil sepertinya ini seperti tugas yang mustahil, tapi nyatanya dia mampu melakukan kemustahilan ini tanpa ada perubahan pada wajahnya.
Tak sedikitpun tangis atau air mata keluar dari matanya, matanya saat ini dipenuhi kekosongan dan kehampaan. Kesedihan dan penyesalannya sudah menyayat hatinya, luka di hati Feng Li sama seperti luka di leher Feng Kun, bahkan lebih buruk lagi. Andai dia masih hidup besok dia tak lebih dari tubuh tanpa jiwa, tak memiliki tujuan, tak memiliki harapan, tak memiliki keinginan, tak bernafsu, tak bisa dikatakan hidup tapi juga tak bisa dikatakan mati, hanya sebuah tubuh tanpa jiwa.
Pandangannya tak sedikitpun beralih dari sebuah horor ini. Semakin lama dia melihatnya semakin kosong pula matanya, jiwanya semakin kehilangan cahayanya, seperti obor yang kehabisan minyak. Bedanya, obor ini adalah sekali pakai.
Sepuluh menit berlalu sangat lama dalam keheningan ini, hanya ada rintihan kecil dari Feng Kun yang ia tahan. Mata Feng Kun semakin redup dan mulai menutup, tangan yang mengepal mulai kehilangan tenaganya. Dengan tertutup kedua matanya dia menghembuskan napas terakhir.
Feng Li tetap tak bersuara, tak ada tangisan, tak ada air mata, tak ada dendam, tak ada rasa empati atau kehilangan, seolah seluruh emosinya sudah diambil sepenuhnya meninggalkan sebuah cangkang kosong, meninggalkan dirinya yang semakin lemah dan tersiksa atas penyesalan ini.
"Bagus, bagus, kau tak mengecewakanku, ini adalah apa yang kuharapkan darimu, tuanku pasti puas sekali." Feng Li tetap tak bersuara atau bergerak sedikitpun, kondisi seperti ini memang lebih buruk daripada kematian, menyelamatkan orang lain atas rasa keadilan dan keadilan itu mengambil nyawa kedua orang tuanya sebagai bayarannya, terlihat tak adil akal tapi apakah masih ada keadilan didunia ini? Orang yang diselamatkannya mungkin sedang bersama dengan keluarganya tanpa memedulikan Feng Li sama sekali. Memperlakukan kejadian sebelumnya sebagai angin lalu.
Sosok itu pergi kedalam bayangan dan meninggalkan Feng Li bersama tubuh kedua orang tuanya. Hening menghinggapi tempat ini lama sekali sampai terdengar rintik hujan dari luar.
Bangkit, Feng Li berjalan menuju luar rumah, dia tak bisa tinggal dirumah ini lagi. Rumah ini hanya akan memperparah luka yang dialaminya, dalam hujan yang deras Feng Li berjalan lemah sekali, tak tahu kemana dia menuju Feng Li hanya bergerak kedepan. Lama sekali dia berjalan, dibawah hujan deras ini langkahnya tidak terpengaruh sama sekali, raut mukanya tidak menunjukan apapun, dan setiap hari dia melakukan perjalanan ini sambil meminta makanan. Saat dia tanpa sengaja melalui rumah lamanya, hatinya seperti ditusuk ribuan belati, tak terbayang seberapa menyakitkan kenangan yang tertinggal didalamnya.
Selama tiga tahun Feng Li terus membawa gunung rasa bersalah dan samudra penyesalan dalam hatinya, berbagai pikiran muncul dalam benaknya, bahkan bunuh diri pernah hingga juga. Namun, ketika dia mengingat pesan terakhir dari ayahnya, dia menghilangkan pikiran itu, tapi hanya itu saja. Dia tidak akan pernah mampu untuk melaksanakannya, jangankan berlatih, hidup saja dia sudah sangat kesusahan.
***
Feng Li yang sangat tidak percaya dengan orang lain akhirnya memberanikan diri. Setelah berkeliling Kota Yan berkali-kali dia sudah sangat hapal jalan di kota ini. Ia menuju rumah Yan Shen dan dengan ragu di hati, melangkahkan kakinya.
Semakin jauh dia melangkah semakin dia merasa bahwa dirinua semakin "ringan", seolah gunung yang ada dipundaknya mulai runtuh sedikit demi sedikit, seolah samudra yang ada didalam hatinya mulai menguap. Dan saat dia sudah sampai di teras rumah Yan Shen, Feng Li merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya, dan perubahan ini adalah sesuatu yang baik.
Mendengar suara langkah kaki dari luar, Yan Shen membuka pintu dan melihat Feng Li didepan rumahnya. "Kau memang pantas jadi muridku, masuklah dulu, aku sudah menyiapkan makanan dan pakaian yang layak untukmu." Yan Shen tersenyum hangat melihat Feng Li yang datang kerumahnya atas kemauan sendiri. Jika dia membawa paksa Feng Li dari jalanan Feng Li tidak akan pernah sembuh dari traumanya, jiwa Feng Li yang sudah padam hanya bisa dinyalakan olehnya sendiri, Yan Shen hanya bisa merawat dan menumbuhkan nyala tersebut. Sampai menjadi sebuah nyala besar yang sanggup membakar dunia ini.
Tanpa jawaban, Feng Li melangkah masuk kedalam rumah, rumah Yan Shen sederhana tanpa furnitur atau hiasan mahal. Feng Li melihat makanan yang masih berasap tersaji diatas meja, dia menatapnya dengan khidmat tapi tak berani mengambilnya, "Makanlah bersamaku, kebetulan aku juga sedang lapar." Yan Shen melihat Feng Li yang diam namun dia tahu apa yang diinginkan Feng Li. Yan Shen hanya berkata agar Feng Li merasa baikan, dia adalah ahli surgawi, tak perlu lagi makanan masuk kedalam tubuhnya.
Feng Li duduk di meja makan dan tetap tidak mau menyentuh makanan itu sebelum Yan Shen lebih dulu. "Hahaha, jangan malu-malu, kita adalah keluarga mulai sekarang."
Degg!
Feng Li merasa nostalgia saat mendengar kata "keluarga", sudah sangat lama saat seseorang mengucapkan kata itu untuknya. Dan kata itu sudah lama hilang karena dirinya sendiri. Hilang dan tak pernah kembali lagi.
Yan Shen sudah mulai makan dan Feng Li mengikutinya, makanan hangat bukanlah hal yang baru bagi Feng Li namun saat dia memakan makanan yang sama saat ini dia merasa ada sesuatu yang telah kembali dalam hidupnya, seolah sumur yang sudah sejak lama mengharapkan hujan yang tak kunjung datang.
Saat kedua kalinya dia melahap makanan itu air mata telah keluar tanpa peringatan, "A...apa ini?" Feng Li mengusap pipinya tanpa ada perubahan apapun dalam wajahnya, namun wajah Yan Shen sangat dipenuhi kegembiraan saat ini. Nyala itu sudah kembali!
Feng Li terus makan dan lebih banyak air mata yang keluar, saat makanan hampir habis dia tak mampu lagi membendung tangisnya, raut muka yang selalu sama selama 3 tahun akhirnya berubah, Yan Shen mendekatinya dan memeluk Feng Li. Feng Li yang terkejut tidak menunjukan tanda perlawanan malah dia balas memeluknya dengan lebih erat lagi dan tangisannya pecah, seperti es yang mencair oleh hangatnya keluarga. Tangis yang sudah ia tahan selama tiga tahun pecah hari ini, semua kesedihan dan penyesalannya ia tuangkan melalui kehangatan ini, tanpa ia tahan atau batasi, es yang sudah lama menutupi hatinya, ia cairkan semuanya hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
🖤༒︎★𝕱𝖚𝖏𝖔𝖘𝖍𝖙★༒︎🖤
Terlalu dark anying mewek gw
2021-03-04
0
Awel Al-Lukman Al-Hakim
mantap
2020-06-27
0
z_hakim76
kok jadi ceritanya Lin feng
2020-03-24
0