Shin yang sama sekali tidak mengetahui keadaan di rumahnya terus berlari tanpa menoleh kebelakang sedikitpun, dia yakin sepenuhnya pada pamannya dan tidak akan meragukannya. Dalam benaknya dia pikir bahwa Hong Wei akan menjemputnya lagi setelah situasi kondusif, tapi angan hanyalah angan. Itu tidak pernah menjadi kenyataan.
Saat ini dia sudah mendekati perbatasan utara Kota Mang ini. Tahu apa yang menanti didepannya Hong Wei membuat antisipasi dengan menggambar titik aman di peta yang diberikannya.
Halaman rumah Hong Wei.
"Kita harus segera kejar anak itu sebelum dia lolos!" Kata Hong Zhao.
"Tapi kemana kita harus mencarinya?" Hong Ning bertanya dengan khawatir.
"Lebih baik kita berpencar saja, Hong Ning kau mencari didalam kota, Hong Zhao kau ke perbatasan selatan. Dan aku ke utara!"
Ketiganya tahu dengan kecepatan yang dimiliki Shin, dia pasti belum keluar dari kota. Karena rumah Hong Wei di sebelah utara, pilihan jalur pelarian paling masuk akal adalah lewat utara, meski begitu Hong Lei adalah orang yang licik dan penuh ke hati-hatian, ada banyak kemungkinan jika Hong Wei akan membodohinya lagi. Dia tidak ingin domba gemuk ini lepas dari genggamannya begitu saja.
Selain dari Focussed Aura Control yang merupakan tujuan utama, berbagai harta dan hal lainnya juga mereka masih mau. Mereka sudah sejauh ini jadi tidak mungkin untuk kembali lagi, soal hukuman yang menanti mereka sudah punya sebuah jaminan.
Kota Mang hanya memiliki dua perbatasan yang mengarah ke kota lain, perbatasan itu berada di utara dan selatan. Di tengah malam yang sunyi ini hampir tidak ada orang dijalanan sehingga Shin bisa berlari sekuat tenaga tanpa hambatan sedikitpun. Seluk-beluk kota ini sudah Shin hapal diluar kepala dari dulu. Dirinya yang melakukan latihan fisik rutin pasti melewati jalan-jalan ini setiap hari, sebuah manfaat tersembunyi dari latihannya.
Beberapa menit berlari tanpa henti, Shin sudah mencapai perbatasan kota, saat dia menatap pegunungan didepannya dia tanpa sadar meneguk ludahnya sendiri. Hutan gelap tak berpenghuni sudah menanti dirinya, namun dia tahu didalamnya ada tempat yang bisa dibilang aman. Saat dia melangkahkan kakinya keluar kota untuk pertama kalinya perasaannya campur aduk. Pertama kalinya dia menatap dunia luar dia merasa takut, tapi dia percaya bahwa pamannya akan membawanya kembali suatu hari nanti.
Dia berhenti sejenak sebelum mulai berlari meninggalkan tempat yang bisa disebut 'rumah' tersebut. Saat dia mulai menjauh, sesosok hitam mulai mendekatinya dan berteriak dengan keras, "Berhenti kau bocah tengik!" Kaget, Shin lalu menoleh kebelakang dan melihat salah satu tetua klan mengejarnya. Saat berlari dihalaman tadi Shin terlalu fokus sehingga tidak memperhatikan keadaan sekitar. Yang dia percayai yang menyerang rumah pamannya hanya pencuri rendahan, tak pernah dia duga ternyata penyerangnya adalah tetua klannya sendiri. Tetua yang dia anggap setara dengan pamannya sendiri sebenarnya... merampok dirinya!
"Berikan cincin itu dan aku akan memberi kematian yang tidak menyakitkan." Kata Hong Lei.
Shin tahu betul cincin apa yang disebutkan Hong Lei, pernah digadang-gadang sebagai jenius pastilah Shin bukan anak yang bodoh, dia tidak akan pernah mau menyerahkan benda pemberian pamannya semudah itu, apalagi didalamnya ada peninggalan dari kedua orang tuanya yang tidak diketahui keberadaannya dan nasibnya. Kedua benda ini bisa dibilang adalah yang terpenting dalam kehidupan Shin.
Shin terus berlari tanpa mempedulikan ancaman Hong Lei. Marah, Hong Lei langsung mengaktifkan auranya, walau terluka hingga kekuatannya menurun tapi masih lebih dari cukup untuk membunuh Shin. Tekanan dibelakangnya membuat kecepatan Shin menurun, untunglah jarak diantara keduanya cukup jauh sehingga masih butuh waktu untuk mengejar Shin.
"Kalau kau masuk kesana kau akan mati mengenaskan." Hong Lei memberi peringatan, tapi Shin terus berlari karena dia juga akan mengalami nasib yang sama kalau tetap tinggal. Jika ada harapan sekecil apapun dia pasti akan mengambilnya.
"Apa bedanya dengan tetap diam disini ?" Jawaban Shin membuat Hong Lei terkejut.
"Sungguh lidah yang tajam." Tanpa sadar dia memuji Shin, julukan jenius sebelumya memang tidak mengecewakan.
"Tunggu saja saat pamanku menjemputku saat aku kuat nanti." Saat ini Shin masih belum tahu keadaan dari
pamannya.
Mendengar ini Hong Lei tahu langkah yang harus dilakukan selanjutnya.
"Hahaha pamanmu itu sudah mati ditanganku."
Kaget, Shin yang berlari langsung berhenti dan berbalik, hanya sekedar mengutuk dan mengkonfirmasi kebenaran.
"Bohong, kau pasti bohong tak mungkin pamanku lebih lemah darimu." Shin tak percaya kata-kata Hong Lei tapi saat dia melihat Hong Lei yang terluka Shin mulai sedikit ragu.
"Pamanmu memang lebih kuat dariku, tapi siapa bilang aku menyerangnya sendiri?" Kata Hong Lei tak tahu malu.
"******** tua!" Shin jelas sangat marah dan ingin membalasnya, tapi itulah yang diinginkan olehnya. Mengepalkan tangannya, Shin dengan berat berlari menuju pegunungan. Keputusan berat harus diambilnya dan dia sangat menentang keputusan ini, walau dalam hatinya dia sadar bahwa ini adalah yang paling benar.
Shin berkata sebelum pergi, "Jangan sampai mati sebelum aku membunuhmu!" Shin menahan kesedihannya sebelum ia sampai ke tempat aman. Semua sesumbar dan tangisannya ia simpan dalam dirinya karena ia harus fokus untuk menjaga nyawanya.
"Sial! Aku hanya bisa mengais mayatnya nanti." Hong Lei juga tidak mempunyai keyakinan bisa keluar hidup-hidup dari sana jika dia mengejar Shin saat ini. Mau bagaimanapun, dia lebih sayang nyawanya sendiri. Dia berbalik dan kembali, menyampaikan berita buruk pada dua rekannya.
Didalam pegunungan, Shin beristirahat sebentar dan makan minum sambil menyembunyikan dirinya. Dirinya segera mengeluarkan peta dari cincin ruangnya dan melihat arah ke tempat aman terdekat. Yang terdekat adalah sebuah gua yang berjarak dua puluh menit perjalanan.
Karena Shin belum merasakan aura, dia masih perlu untuk makan. Dikatakan bahwa pejuang aura sejati bisa tahan berbulan-bulan tanpa makanan dan air. Dia hanya harus menemukan orang bernama Feng Li dan latihan sampai menjadi sangat kuat. Balas dendam, itulah tujuan dari kultivasinya.
Tapi itu untuk di masa depan. Tujuan Shin kali ini adalah menuju tempat aman segera dan tidur dengan nyenyak sebelum melanjutkan perjalanan ke Kota Yan.
Dua puluh menit berlalu dengan cepat, dirinya menemukan gua berdiameter tiga meter yang ditutupi oleh dedaunan, kalau bukan karena peta ini Shin mungkin tidak akan pernah menemukannya. Sebuah tempat yanh tersembunyi dengan baik, memang sangat cocok disebut sebagai tempat aman.
Tak kuasa menahan kesedihannya, Shin menangis sejadi-jadinya didalam gua. Terulang kembali memori masa kecil antara mereka berdua, tak terbayang olehnya dia harus berpisah dengannya secepat ini. Satu-satunya orang di Kota Yan yang melihat dia sebagai manusia sudah tiada. Akan sangat sulit untuk bisa menggantikan posisi pamannya dalam hati Shin.
Shin saat ini sedang menatap kotak logam hitam pemberian orang tuanya. Saat Shin mengeluarkan kotak itu, dia merasakan sedikit getaran diujung jemarinya. Tiba-tiba kotak itu terbuka dan muncul sebuah proyeksi wanita berambut panjang didepannya. Dengan gaun hijau yang indah wanita ini muncul dari antah berantah.
Shin yang yatim piatu sejak kecil tidak pernah melihat rupa kedua orang tuanya. Tapi saat dia melihat sosok ini matanya yang merah kembali mengeluarkan air mata sebelum ia berkata,
"Ibu...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
🖤༒︎★𝕱𝖚𝖏𝖔𝖘𝖍𝖙★༒︎🖤
Anjim gw mewek bangke lah 😭😭
2021-03-04
0
Awel Al-Lukman Al-Hakim
akhirnya buka kotak wasiat hehhee
2020-06-27
1
Nununa07
aku mampir thor 👍👍👍👍👍
2020-06-22
0