Yatim piatu sejak kecil sungguh ujian yang terlampau berat bagi Shin, walau dirawat oleh pamannya Shin tidak pernah mendapat kasih sayang dari seorang ibu.
Meski tak pernah melihat sosok didepannya tapi perasaan Shin sebagai anak secara reflek mengenali wajah itu. Sebuah perasaan kuat yang dia rasa bahwa ini tidak mungkin salah, sebuah perasaan yang datang dari bloodline keluarga. Setelah satu dekade tidak bertemu perasaan ini menumpuk dan menjadi sangat kuat.
"Anakku..." Sosok itu membelai kepalanya lembut dan memeluknya. Baik dari suara hingga sentuhannya, Shin merasa bahwa dia sudah sangat familiar dengan hal ini.
Kehangatan yang Shin tak pernah rasakan ini membuat Shin menangis, baru beberapa saat tadi dia meninggalkan pamannya, kemunculan ibunya saat ini mungkin bisa mengobati luka di hatinya.
"Kenapa ibu meninggalkanku?" Tanya Shin dengan sedih, hingga dia ditinggal bersama pamannya selama ini pasti ada sebuah alasan dibaliknya.
Sosok itu menghela nafasnya dan berkata dengan lembut, "Ibumu ini sudah mati, begitu juga untuk ayahmu. Dunia kami sudah berbeda dengan dunia milikmu, tidak bisa merawat dan menjagamu lebih jauh." Kesedihan yang besar ditampilkan dalam kalimatnya, tanpa sadar wanita ini meneteskan air matanya.
Sudah sepuluh tahun... sebagai seorang ibu dipisahkan selama itu dengan anaknya pasti membuat luka serius, apalagi dia baru saja melihat wajah anaknya sendiri selama tak lebih dari sepuluh menit dahulu. Melihat anaknya sendiri tumbuh menjadi pemuda yang gagah dia tak bisa lebih bahagia lagi.
Shin yang sudah mendapatkan kembali
keceriaannya merasa bahwa dunia dan isinya telah runtuh. Dalam satu hari ini, dia mengalami dua perpisahan yang menyedihkan.
"Itu... tidak benar kan?" Kata Shin dengan sangat sedih.
"Sayangnya... semua ini adalah kebenaran." Kata wanita itu dengan enggan, dia sendiri juga tidak mau mengakui fakta memilukan ini.
Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh perut Shin dengan telapak tangannya, entah apa yang dilakukannya tapi Shin merasa ada yang aneh didalam tubuhnya.
Sebuah perasaan fantastis mengaliri tubuhnya melewati meridiannya yang sudah lama tertidur. Aura, Shin sudah bisa merasakan aura. Shin dipenuhi kebahagiaan saat melihat adegan ini, dia merasa pasti ada hubungan antara ibunya dan auranya, "Bu, auraku sudah terbangun, aku sudah bisa merasakan aura!" Kata Shin dengan bahagia.
"Itu karena aku sudah melepaskan segel didalam tubuhmu." Suaranya sangat rendah, dia juga sangat mengerti apa yang telah dilewati seorang anak tanpa kekuatan apapun. Dalam hatinya dia memuji Shin sangat banyak, bisa berhasil bertahan hidup selama sepuluh tahun dibawah tekanan dari publik tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Dia sangat bangga punya anak seperti ini.
Shin yang sudah ceria melihat sebuah keanehan dalam kalimat ibunya.
"Jadi maksud ibu ada segel didalam tubuhku jadi aku tidak bisa merasakan aura? Kenapa ibu lakukan ini? Kalau saja segel sialan ini tidak ada paman Hong Wei pasti masih hidup!" Kesedihan menyusul pertanyaannya, mau sekuat apapun dia, perasaan dikhianati masih saja terasa menyakitkan. Tanpa segel ini dia akan bisa hidup damai dengan pamannya sekarang, tak berlebihan kalau menyebut ibunya adalah penyebab kematian Hong Wei.
seolah merasakan kesedihannya langit pun turut serta menurunkan hujannya, suara hujan semakin lama semakin deras menghujani bagian luar gua.
Tak tega melihat anaknya mengangis ibunya memberi sebuah penjelasan.
"Keadaan yang memaksa ibu nak, musuh ibu bisa merasakan jejak aura darimu. Ibu melakukan ini untuk melindungimu. Ibumu meninggalkan teknik didalam kotak ini nak."
"Lalu kenapa teknik kontrol aura ada diluar kotak?" Shin sudah mengetahui asal-usulnya menurut versi Hong Wei.
"Itu teknik dari ayahmu, dia tidak punya waktu saat itu." Kata ibunya guna menenangkan Shin.
"Ayah sialan, jika saja..."
Plakk!
"Ayahmu dan aku mengorbankan hidupnya untukmu, lancang sekali kau bicara seperti itu!"
Tak kunjung Shin menyelesaikan kalimatnya suara tamparan dengan keras menggema di dalam gua.
Sebagai seorang ibu dan suami, dia menyayangi keduanya setara. Setelah kematian pasangan ini secara menyedihkan dia tak bisa membiarkan siapapun menghina usaha dan pengorbanan mereka. Hanya saja, dia lupa bahwa orang yang menghinanya adalah anaknya sendiri!
Shin lalu menangis lebih keras lagi, dia yang tak tahu apa-apa harus menerima tamparan keras. Ini seperti dia harus dihukum tanpa mengetahui kesalahan apa yang dia buat, sungguh menyakitkan.
Ibunya kembali mendapatkan ketenangannya lagi setelah mendengar tangisan menyedihkan Shin.
Ibunya menyesal tapi sudah terlambat, Shin segera keluar dari gua dan melempar kotak itu kedepan. Sadar akan perilakunya yang berlebihan wanita itu keluar dan mencari Shin, namun tak peduli sekeras apa dia mencari, dia tetap tak bisa menemukannya. Dalam keadaan hujan ini jejak kaki langsung terhapus hingga menyulitkan pencarian.
"Aaaaaaah!"
Teriakan terdengar dari kejauhan, wanita itu segera menuju sumber suara dan menemukan Shin sedang diserang Harimau Batu yang merupakan beast level 3.
Wanita ini terbang melesat ke depan dan saat wanita itu sampai Harimau Batu sedang menyerang Shin.
Shin mulai mengaktifkan auranya sebagai pertahanan, tapi itu sia-sia saja, dia terlempar kebelakang dan menabrak pohon dengan keras. Dia masih sangat lemah dibanding dengan harimau ini.
"Beraninya kau binatang rendahan menyentuh anakku!" Raungan keras seperti guntur keluar dari tenggorokannya. Sebelum mulai kehilangan kesadaran Shin berkata dengan lirih, "I...bu.." Melihat anaknya pingsan kemarahan melonjak dari matanya.
"Wind Blast!
Dengan lambaian tangannya sebuah aliran angin yang sangat kuat melesat ke depan, ke arah harimau yang sedang menyerang Shin.
Ledakan!
Angin secara sempurna mengenai Harimau Batu tanpa mengenai Shin. Harimau ini terlempar ratusan meter dan meninggal seketika. Untungnya dia bisa mengendalikan emosinya dan mengatur untuk menggunakan serangan skala kecil. Jika tidak maka seluruh pegunungan akan rata dengan tanah.
Shin terluka parah karena serangan harimau itu, darah segera menyembur keluar dari mulutnya, wanita itu segera mengeluarkan mantra penyembuh.
"Water of Life!"
Tubuh Shin dibalut cahaya kebiruan dan mulai menyembuhkan luka-lukanya dengan cepat, segera tubuhnya mulai pulih dan kesadarannya kembali.
"Ibu..." Kata Shin dengan lirih, saat dia melihat ibunya sedang menyembuhkan dirinya. Dia sadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan besar!
"Maafkan ibu, maafkan ibu nak." Ibunya segera memeluknya dan menangis. Keduanya sama-sama merasa bersalah dan menyesal dalam hatinya, sebuah peristiwa yang mana akan lebih membuat hubungan ibu dan anak ini lebih erat lagi.
Shin yang dalam pelukan juga menangis, dibawah siraman air hujan yang deras. Baik sang anak, sang ibu, dan bahkan sang langit sama-sama mengeluarkan air.
Lalu ibunya membawa Shin kembali ke gua tadi, dia yang sudah kembali tenang menjelaskan alasan pemasangan segel ini.
"Musuh ibu saat itu terlalu kuat, bahkan setelah mengorbankan nyawa kami dia masih bisa selamat. Kami memasang segel ditubuhmu karena khawatir mereka dapat melacakmu kesini."
Shin lalu bertanya dengan penasaran, "Memangnya siapa musuh ibu?"
"Belum saatnya kau mengetahui itu." Wanita itu kembali melanjutkan, "Kami memasang dua segel ditubuhmu, yang pertama menyegel auramu dan yang kedua menyegel bakatmu." Musuhnya terlalu kuat, bahkan dunia ini hampir hancur karena mereka. Bukan hal yang baik bagi Shin untuk tahu dan terlibat dengan mereka secepat ini.
"Bakat?" Shin bertanya keheranan. Dia tahu bahwa dia punya kelebihan kognitif tapi itu saja, tak ada yang lain yang dia punya lagi.
"Biar waktu saja yang menjawab semua hal ini." Kata ibunya sembari mengelus-elus kepalanya lembut. Dia melakukan ini agar Shin tidak terlalu khawatir.
"Tapi kenapa harus disegel bu?" Secara alami dia bicara perihal bakatnya.
"Jenius biasanya tidak berumur panjang. Hanya itu yang bisa kukatakan padamu sekarang." Shin mengangguk dan mengerti maksud perkataan ibunya.
Ibunya mengambil kotak hitam ke tangannya dan mulai memberi penjelasan tentang benda ini dan segala isinya.
"Didalam kotak ini ada teknik body tempering tingkat tinggi yang bernama Nine Purgatory Body. Sebenarnya kotak ini adalah harta aura kelas teratas, namanya Devouring Dragon Vessel, meski tidak memiliki efek serangan apapun tapi ini mempunyai dunia kecil didalamnya juga pertahanannya sangat kuat. Benda ini sekarang adalah milikmu, pergunakanlah dengan bijak. Saat kekuatanmu sudah cukup klon aura-ku akan muncul lagi dan menuntunmu ke tempat kami berdua beristirahat."
"Um! Lalu... siapa nama ibu?" Shin mengangguk kuat, nasehat pertama dari ibunya pasti akan dia lakukan. Masalahnya... dia bahkan tidak tahu nama ibunya sendiri!
"Ketika segel kedua terbuka aku akan muncul lagi dan memberitahu semua yang ingin kau ketahui. Dan untuk ayahmu kau harus datang ke sebuah tempat tertentu. Sebentar... namamu adalah Shin kan?" Ketika ibunya ingin menyebut nama Shin dia ragu sejenak, takut kalau orang yang merawatnya akan mengabaikan tulisannya.
"Um!"
"Tanpa marga?" Tanya ibunya kembali.
Shin mengagguk sekali lagi, walau dia juga tidak mengerti kenapa dia tidak memiliki marga apapun dalam namanya.
"Syukurlah... kau bisa menjadi dirimu sendiri tanpa harus terikat dengan garis keturunan dan gelar kami. Jadilah dirimu sendiri dan gaungkan nama Shin ini hingga ke ujung dunia. Ketika kau sudah melakukan hal ini... kau akan bertemu dengan kami untuk terakhir kalinya. Anakku Shin."
Shin sedikit terkejut ketika mengetahui maksud sejati dari nama yang hanya terdiri dari satu kata ini. Dengan ini dia punya alasan lebih untuk mengejar kekuatan tertinggi.
"Oh ya, apa kau menjalani hidupmu dengan baik selama ini?" Meski enggan bertanya tentang hal ini, ibunya tetap masih ingin mengetahuinya.
"Ya, paman merawatku dengan baik!" Shin mulai menjelaskan semua hal yang di alaminya selama satu dekade ini.
Sebuah bincang-bincang hangat antara ibu dan anak yang tak pernah Shin impikan sebelumnya kini dia alami. Terlalu senang melepas kerinduan, mereka mengobrol hingga lupa waktu. Kebanyakan mereka bicara tentang Shin dan kehidupannya, sangat jarang mengambil topik kehidupan sang ibu.
Tanpa mereka sadari, hari sudah berganti dan hujan juga sudah mereda. Memunculkan sebuah cahaya yang hangat membasahi tubuh mereka berdua.
Sosok ibunya semakin transparan, ibunya tak punya waktu lama lagi didunia ini. Melihat Shin yang khawatir ibunya berkata, "Ini hanya klon aura, ibumu sudah mati dari dulu." Shin segera memeluknya dengan erat dan tak mau melepaskannya.
"Jadilah kuat tapi jangan pernah kau lupakan siapa dirimu. Kami menunggumu untuk datang, di tempat peristirahatan terakhir kami. Anakku..."
Tepat setelah kata terakhirnya keluar, wanita itu sudah menjadi bintik cahaya biru dan segera menyebar dalam langit. Shin sekarang tidak lagi menangis, menatap langit gua dan mengepalkan tangannya ke udara kemudian berkata.
"Aku tidak akan pernah mengecewakanmu... ibu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Teguh Suprianto
ceritanya bagus tp jd kaga bagus smua jurus2nya kena bahasa ingris, bukan bhs indosia y hadeeehhhh
2021-08-12
0
senja
meski si Ibu tidak berraga tapi kekuatannya masih bs muncul ya, apa gak bs transfer pengetahuan atau apa gt ke anaknya? jd bs lebih mudah memahami kekuatan?
2020-09-04
1
𝕴𝖌𝖚𝖗𝖔
sad sumpah
2020-07-04
2