Sosok itu mengeluarkan sebuah pisau pendek dari jubahnya, pisau pendek yang tampaknya tumpul itu terlihat sangat mengerikan dan menakutkan saat berada didalam genggamannya. Sebuah pisau yang jika digunakan untuk membunuh maka akan membawa penyiksaan yang pedih bersamanya.
Entah apa yang dia rencanakan dengan pisau itu, namun yang pasti itu bukan sesuatu yang baik. Li Yan yang pingsan sudah mulai mendapatkan kesadarannya, dia melihat suami dan anaknya yang tersungkur dilantai, ingin sekali dia membantunya tapi saat dia bergerak dia baru sadar bahwa dia sedang diikat. Mulutnya tidak disumpal dengan apapun jadi dia bisa bebas berbicara. "Lepaskan aku!"
"Diam! Atau kau mau benda ini mengiris lehermu?" Sosok itu mencengkram mulut Li Yan lalu mengalungkan pisaunya ke leher Li Yan dan bersiap mengiris lehernya. Sebuah ancaman yang langsung membungkam Li Yan dalam kesedihan.
Tak berdaya melindungi istrinya Feng Kun hanya bisa memohon belas kasihan, "Tolong jangan bunuh dia... bunuh saja aku... biarkan istri dan anakku pergi dari kota ini." Sambil berlutut dan menyatukan tangannya seperti berdoa dia berkata tanpa harga diri sedikitpun, dihadapan sosok kuat dan kejam seperti ini segala upaya tidak berguna, memohon belas kasihan seperti seorang budak juga ia rela agar anak dan istrinya bisa tetap hidup. Bahkan menjadi budak utuh agar anak istrinya bisa hidup juga dia tidak masalah.
"Hahahaha bagus, kalau kau bersujud dan menyembahku mungkin aku akan memikirkannya." Sosok itu tertawa keras dan memberi permintaan yang tampaknya mustahil untuk dilakukan siapapun didunia ini. Sebuah syarat yang langsung menghina harga diri seseorang hingga ke titik terendahnya, sebuah syarat yang langsung menghancurkan martabat dan kebanggaan sebagai seorang manusia.
Tapi dalam keadaan seperti ini, apa lagi yang dia mampu lakukan? Sekecil apapun harapan itu dia pasti tetap akan mengambilnya. Feng Kun yang berlutut mulai merendahkan kepalanya sampai menyentuh lantai. Berkali-kali dia bersujud hingga keningnya berwarna kemerahan, "Tuhanku yang agung, hamba yang lemah ini memohon untuk yang mulia melepaskan dia." Setiap kali dia bersujud kata-kata ini selalu terucap dari mulutnya, sudah berpuluh-puluh kali dia mengulanginya. Feng Kun sudah melepaskan harga diri dan martabatnya sebagai manusia untuk ganti nyawa anak dan istrinya.
Li Yan yang diikat tidak kuasa menahan tangis melihat suaminya sendiri, "Hentikan... hentikan... hentikan."
Feng Li di belakang lebih terpukul daripada mereka berdua, selain karena dia masih kecil juga karena dia yang paling tahu bahwa semua kejadian ini disebabkan olehnya sendiri, tak terhitung seberapa kecewanya dia pada dirinya sendiri, jangankan menangis, mengeluarkan suara saja dia sudah tidak sanggup. Semuanya senyap, hilang ditelan bumi, tanpa menyisakan sepatah kata apapun untuk dilontarkan.
Buk buk buk buk
Feng Kun terus melanjutkan penyembahannya sampai dahinya berdarah dan lantai yang terbuat dari kayu itu sudah berwarna merah darah. Tak lupa Feng Kun juga mengulangi kata-kata permohonan yang sama. Tepat saat dia mengangkat kepalanya senyum dingin terpancar dari sosok itu.
Srash!
Pisau yang masih terkalung di leher Li Yan disayatkan dengan mulus, darah segar mengalir deras dari tempat sayatan. Pisau yang digunakan sosok itu tidaklah terlalu tajam hingga butuh beberapa waktu untuk Li Yan mati sepenuhnya, "Aaahh...." Li Yan meraung kesakitan, semakin lama semakin rendah suara yang dia buat sampai dia diam sepenuhnya. Ini bukan tanda dia sudah mati tapi karena dia tidak punya tenaga untuk bicara lagi.
"KENAPA KAU MEMBUNUHNYA!!? Aku sudah melakukan apa yang kau perintahkan! KAU ********!!" Emosinya melonjak hingga puncak, jika dia tidak ditekan oleh aura lawannya mungkin dia sudah menyerang membabi-buta sekarang. Secercah harapan kecil yang dia gapai ternyata tak lebih dari sebuah kepalsuan.
"Kenapa aku harus menuruti makhluk hina seperti dirimu?" Nadanya yang rendah semakin menambah kengerian dan kekejamannya. Dalam kalimatnya sangat jelas bahwa dia menghina lemahnya Feng Kun.
"Kenapa langit harus sekejam ini pada keluargaku? sudah tak ada lagi tujuan dalam hidupku, bunuh saja aku."
Kematian istrinya telah memadamkan semangat terakhirnya, suara yang pasrah tanpa harapan memohon untuk mengakhiri penderitaannya ini. Jika dia ingin menyalahkan seseorang atas kejadian ini, dia hanya bisa menyalahkan dirinya yang lemah. Dia mengemban "dosa besar" yang berimbas pada kematian keluarganya.
"Tenang saja, tunggu wanita ini mati, kau akan mati setelahnya." Sosok ini melihat keluarga Feng Kun seperti sapi yang hendak disembelih. Tak berharga, tidak punya hak untuk memberontak atau menolak, hanya bisa menunggu ajal menjemput.
Feng Li yang melihat saat-saat terakhir ibunya semakin terpukul, bagaimana tidak, bisa dibilang Feng Li adalah pembunuh ibunya dan mungkin ayahnya juga. Feng Li yang terpukul ditenangkan oleh ayahnya, "Jangan merasa bersalah, kau tidak ada sangkut-pautnya dengan kematian kami. Ini semua terjadi karena ayahmu terlalu lemah. Kau sama sekali tidak bersalah, Feng Li."
Feng Li yang tak berdaya melompat menuju ayahnya dan memeluknya, tangisan yang dia tidak keluarkan sejak tadi mengalir bagai air bah. Pelukan ini bisa saja adalah pelukan terakhir mereka.
Li Yan menutup matanya tanpa tenaga tanda bahwa hidupnya sudah berakhir. "Sekarang giliranmu." Seperti penjagal yang menetapkan targetnya dia menatap dua orang yang sedang dalam pelukan. "Bunuh saja aku tapi jangan kau bunuh anak ini." Permintaan terakhir yang tulus keluar dari mulutnya, dia harap hati pembunuhnya akan tergerak dan rela melepaskan anaknya.
"Mana bisa semudah itu. Asal anakmu bersedia menonton kematianmu tanpa berkedip sedikitpun maka dia bisa pergi." Sosok itu melakukan ini bukan karena untuk membebaskan Feng Li tapi untuk membuatnya lebih menderita lagi. Dia diberi perintah untuk membuat Feng Li mendapat siksaan yang lebih dari kematian. Dan jelas kematian jauh lebih baik daripada siksaan mental seperti ini.
"Tidak apa-apa, rasa sakit kami hanyalah sebentar, jika dibandingkan denganmu ini tidaklah layak untuk disebutkan sama sekali." Feng Kun tentunya tak ingin melihat anak semata wayangnya mati, meski pedih dan menyakitkan Feng Li harus menjalani hidup tanpanya, pasti ada jalan untuk balas dendam saat masih hidup, itulah yang dipercaya oleh Feng Kun, namun dia tidak pernah tahu kapan Feng Li akan sembuh dari traumanya ini. Ada juga kemungkinan kalau Feng Li tidak akan pulih dari traumanya, tapi sebagai orang tua mana mungkin dia akan membiarkan anaknya mati begitu saja.
"Kalau kau berkedip sekali saja aku akan membunuhmu!" Sosok itu mengacungkan pisaunya pada Feng Li, Feng Li yang masih ingin hidup diam tak menjawab namun diam ini diartikan sebagai "ya."
"Jadilah kuat, kuat hingga kau bisa
menghancurkan langit yang sangat kejam itu nanti Feng Li!!" Feng Kun memandang anaknya untuk terakhir kali. Senyum hangat terpancar dari wajahnya dan untuk terakhir kalinya ia berkata, "Selamat tinggal, anakku."
Srash!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Awel Al-Lukman Al-Hakim
kejam...... anak2 tidak boleh membaca neh
2020-06-27
1
Septianus Ginting
serem bnget cerita nya
2020-03-15
1