Setelah acara potong rambut bayi selesai, tiba saatnya untuk menyantap hidangan yang telah disediakan. Penataan hidangan dibedakan dua tempat, satu untuk tamu pria dan yang satunya lagi untuk tamu wanita agar tidak bercampur saat bergiliran mengambil makanan.
"Kamu mau kemana?" tanya Banyu saat melihat Bara justru pergi dan bukannya menuju ke tempat disajikannya makanan.
"Aku ada perlu sebentar." balas Bara.
Bara bergegas masuk ke mansion mencari adiknya.
"Aurora!" panggil Bara saat melihat Aurora melintas.
"Iya kak?" tanya Aurora sambil menghampiri Bara.
"Tolong kakak!" pinta Bara.
'Tolong apa?" jawab Aurora.
"Ajak Yasmine ke taman samping ya, please. Tapi jangan bilang kalau kakak ada di sana." Bara menjelaskan.
"Kakak mau ngapain? Ogah, nanti mama marah." kata Aurora dengan menunjukkan wajah takut.
"Kakak nggak akan ngapa ngapain. Kakak hanya ingin menyampaikan sesuatu padanya. Tolong kakak kali ini saja! Nanti apapun yang kau mau kakak kasih dech." Bara membujuk Aurora.
Aurora diam berpikir. Ia menimbang-nimbang permintaan Bara.
"Baiklah. Tapi janji kakak nggak akan macam macam!" ancam Aurora.
"Kakak janji." kata Bara sambil tersenyum lalu pergi menuju taman samping. Ia menunggu Yasmine di sana.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Bara menunggu Yasmine. Beberapa saat kemudian, Aurora datang bersama gadis bercadar itu.
"Taman yang bagus!" puji Yasmine.
"Alhamdulillah kak. Mama yang merawatnya. Di sini nyaman kan kak?"
"Iya... daripada di sana tadi yang ramai. Kakak tidak begitu suka keramaian."
"Oh ya kak. Kakak tunggu sebentar di sini ya! Aurora mau ambil sesuatu dulu. Kakak jangan ke mana-mana."
Yasmine mengangguk. Aurora berlari kecil meninggalkan Yasmine.
Yasmine duduk di kursi taman sambil. menganggumi keindahan taman itu.
"Assalamu'alaikum!"
Yasmine kaget mendengar salam dari seorang pria. Ia menoleh dan melihat Bara berdiri beberapa langkah dari tempatnya duduk.
"Waalaikumsalam." jawab Yasmine. Sepintas ia menatap Bara lalu menundukan pandangannya.
"Apa kabar?" tanya Bara.
"Alhamdulillah baik." jawab Yasmine pendek.
Mereka lalu saling diam. Bara bingung harus mengawali dari mana, sedangkan Yasmine sibuk menata debaran jantungnya.
"Yas!" akhirnya Bara membuka suara.
"Ya." jawab Yasmine lirih.
"Ada yang mau aku sampaikan. Tolong jangan tersinggung. Jika apa yang kusampaikan nanti tidak berkenan di hatimu. Kau boleh pergi meninggalkan taman ini." Bara menjeda ucapannya.
"Yas, mungkin sekarang aku masih belum pantas untuk mengkhitbahmu. Tapi aku sedang berusaha membuat diriku pantas untukmu. Apakah kau mau menungguku?" sambung Bara kemudian.
Debaran di jantung Yasmine semakin kencang. Ucapan Bara menunjukan perasaanya pada Yasmine. Bara memang tidak bilang I Love You ataupun aku cinta padamu. Tapi ia bilang ingin mengkhitbah Yasmine dan meminta Yasmine menunggunya.
Yasmine bingung bagaimana menjawab pertanyaan Bara. Dalam kebingungannya tanpa sadar kakinya melangkah menjauh. Bara mengira pernyataannya tidak berkenan di hati Yasmine.
Bara menghela nafas kecewa. Yasmine mendengar helaan nafas Bara. Ia menghentikan langkahnya.
"Aku akan menunggumu." balas Yasmine.
Bara tak percaya mendengar jawaban Yasmine.
"Yas?!" ia memastikan.
Yasmine memutar tubuhnya yang semula membelakangi Bara.
"Berjuanglah!" kata Yasmine lalu pergi dari taman itu. Yasmine meraba wajahnya yang memanas.
"Iya, Yas. Aku akan berjuang!" teriak Bara penuh kegembiraan.
Aurora yang bersembunyi dan mengintip kedua insan itu tersenyum senang.
"Mereka bahagia ya?" sebuah suara bertanya pada Aurora.
"Iya." balas Aurora begitu saja tanpa sadar. Ia mengerutkan keningnya saat menyadari kehadiran orang lain di tempatnya mengintip. Aurora memutar tubuhnya. Matanya membola melihat Darel sudah berdiri di belakangnya.
"Kau?" pekik Aurora. Darel tersenyum manis.
"Apa kabar nona kecil? Masih ingat aku?"
"Mana bisa aku melupakan pencuri sepatuku." jawab Aurora sewot. Bibirnya mengerucut.
Lagi-lagi Darel tersenyum melihat mimik wajah Aurora yang imut.
"Pencuri sepatu ya... its ok.. saat ini aku masih sebagai pencuri sepatu, tapi suatu saat nanti aku akan jadi pencuri hatimu." jawab Darel masih dengan senyumnya.
"Ih... naudzubillah. Ya Allah lindungi hamba dari mahkluk ciptaanmu ini."ucap Aurora yang membuat Darel terkekeh geli.
"Ya Allah jangan kau kabulkan doa calon istriku ini." balas Darel yang membuat mata Aurora kian melebar.
"Aneh." Aurora lantas pergi begitu saja meninggalkan Darel.
"Gadis kecil, rajin belajar ya, biar cepat lulus. Setelah lulus, aku akan melamarmu!" teriak Darel.
Aurora menutup telinganya dan berlari menjauhi Darel yang tertawa senang karena berhasil menggoda gadis imut yang telah mencuri hatinya itu.
Acara aqiqah telah usai. Satu persatu tamu undangan meninggalkan kediaman Langit. Tamu yang paling akhir pulang adalah dokter Amel. Mobil dokter Amel tiba-tiba saja mengalami gangguan.
"Mobilnya kenapa, tante?" tanya Banyu kepada dokter Amel. Sambil bertanya, ia melayangkan lirikan ke arah Camelia yang menundukkan wajah memerahnya.
"Nggak tahu ni.. padahal tadi tidak apa-apa." balas dokter Amel.
"Taruh saja di sini Te, besok biar dibetulin sama montir langganan papa. Sekarang tante Banyu antar pulangnya." saran Banyu sambil berdoa agar Amel mengiyakan idenya.
"Mmm apa nggak ngrepotin kamu, Nyu?"
balas Amel sambil tersenyum. Ia tahu maksud hati Banyu karena tanpa Banyu sadari, Amel melihat saat mata Banyu melirik ke arah Camelia.
"Enggak kok Te. Tante tunggu di sini ya, Banyu ambil mobil dulu." kata Banyu.
Amel mengangguk. Dengan berlari kecil, Banyu masuk ke mansion untuk mengambil kunci mobil dan berpamitan pada papa serta mamanya.
Sementara sambil menunggu kedatangan Banyu, Amel berbincang dengan Camelia.
"Kamu nggak papa kan kalau nanti diantar Banyu?" tanya dokter Amel pada Camelia.
"Saya bisa turun di rumah dokter dan akan pulang dengan taksi saja, dokter." jawab Camelia. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana nanti kepada pemuda yang belakangan mengganggu fikirannya.
"Jangan! Lebih baik kamu diantar saja sama Banyu. Jangan khawatir, dia pemuda baik kok. Nggak akan aneh aneh." kata Amel.
Camelia diam.
Banyu sampai dihadapan mereka. Ia turun dari mobil dan membukakan pintu untuk dokter Amel.
"Camelia, kamu duduk di depan saja. Kalau kita berdua duduk di belakang, kesannya Banyu menjadi sopir kita." kata Amel.
Camelia nampak bingung. Ia membenarkan ucapan Amel namun juga merasa enggan duduk di sebelah Banyu.
"Nggak papa, Te. Kalian berdua duduk di belakang saja. Lebih aman." kata Banyu memutuskan.
"Lebih aman dari apa?" tanya Amel.
"Dari fitnah." jawab Banyu sambil tersenyum.
Amel mengerti maksud Banyu. Ia lalu melangkah masuk ke dalam mobil diikuti oleh Camelia.
"Nyu, antar tante dulu ya, soalnya tante ada acara lagi setelah ini. Mau siap-siap dulu." kata dokter Amel.
"Baik, Te."
"Setelah itu tolong kamu antar Camelia sampai di rumahnya dengan selamat. Ingat, dengan selamat." Kata dokter Amel tegas.
"Siap, Te." jawab Banyu. Matanya melihat Camelia dari kaca spion. Gadis cantik berhijab itu menunduk. Ada senyum samar di bibirnya.
Banyu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah dokter Amel. Setelah menurunkan dokter Amel, ia lantas memutar haluan untuk mengantarkan Camelia.
"Dimana rumahmu?" tanya Banyu.
"Di daerah XX." jawab Camelia.
Banyu segera mengarahkan mobilnya menuju alamat yang di sebutkan oleh Camelia. Camelia memandunya.
"Namamu Camelia ya... Camelia adalah nama bunga, tapi kalau dua huruf terakhir dibuang jadi Camel yang artinya unta." kata Banyu sambil menyetir. Matanya melihat ekspresi Camelia dari kaca spion. Ia bisa melihat mata bulat gadis itu melebar karena kesal namanya diartikan unta.
"Camelia Camel, artinya bunga untuk unta." kembali Banyu berkata-kata.
Camelia benar benar kesal, spontan ia membalas. "Kamu yang unta."
Banyu terkekeh.
"Bagus kalau begitu Bunga untuk Unta, kamu bunganya, aku untanya. Jadi kamu untuk aku." kata Banyu.
Merah muka Camelia menyadari kesalahannya membalas olok olok Banyu.
"Belok kanan!" kata Camelia yang menemukan cara mengalihkan pembicaraan. Mobil yang mereka tumpangi berbelok ke sebuah gang.
"Stop!Kita sudah sampai."
"Yang mana rumahmu?" tanya Banyu.
"Itu yang berwarna hijau." jawab Camelia menunjuk sebuah rumah sederhana namun asri dan terawat.
Perlahan mobil Banyu memasuki halaman rumah Camelia.
"Eh, kenapa masuk?" tanya Camelia kaget saat Banyu malah masuk ke halaman rumahnya dan bukan menurunkan dia di depan pagar rumahnya.
"Ya aku ingin menemui orang tuamu. "
jawab Banyu santai.
Camelia kebingungan
"Untuk apa?" tanyanya kemudian.
"Menyerahkanmu pada mereka. Untuk apa lagi." Banyu menjelaskan.
Mobil sudah berhenti, namun Camelia dan Banyu tidak juga turun. Mereka masih berdebat di dalam mobil.
"Eh.. tidak perlu. Kamu tidak perlu menyerahkanku kepada orang tuaku. Kamu pulang saja. Terima kasih." Camelia memutar handle pintu dan keluar.
Banyu juga ikut keluar.
"Kamu kenapa keluar?!" tanya Camelia. Wajahnya tampak cemas. Sesekali ia melihat ke arah pintu rumahnya.
"Kenapa? Kau seperti ketakutan?Apa ayahmu galak?" tanya Banyu. Ia bukannya kembali masuk ke mobil malah melangkah menuju tangga teras rumah Camelia.
Camelia ingin menarik pemuda itu agar tidak meneruskan langkahnya, tapi itu artinya ia harus memegang tangan Banyu.
Camelia berlari menaiki tangga dan mencegat langkah Banyu.
"Ku mohon pulanglah. Aku tidak mau abah dan uma salah paham." kata Camelia.
"Justru tujuanku menemui mereka agar tidak salah paham." Banyu tetep kekeh pada pendiriannya.
Pada saat itulah pintu terbuka. Seorang pria tegap dengan wajah penuh wibawa keluar. Pria itu mengenakan sarung dan baju koko. Matanya ditutup oleh kacamata hitam.
"Hem!" deheman keras pria itu membuat Camelia dan Banyu menatap ke arah pintu.
"Abah!" desis Camelia. Wajahnya langsung memucat.
...🍃🍃🍃...
Alhamdulillah
semoga terhibur
Banyakin like dan comentnya
juga vote donk... kan punya jatah vote tuh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Anarkalie Syah
bsgus bayu......
2021-07-14
1
Aisyah Putri Angel
next thor
2021-07-14
1
Elfo Susanti
Alhamdulillah,,suka bacanya Thor,walau udah emak2 kalo ada adegan pedekate kayak gini, bacanya bisa senyum2 sendiri Thor,, terimakasih
2021-07-14
3