Bara membawa ustadz Huda dan Banyu ke tempat kawan ustadz Huda.
"Antum berdua tunggu di sisi saja. Ustadz hanya sebentar."
"Na'am Ustadz."
Ustadz Huda keluar dari mobil dan masuk ke rumah kawannya itu. Tak lama kemudian ia tampak berjalan menuju ke arah mobil lagi.
"Ayo!" ajak Ustadz Huda. Bara kembali melakukan mobilnya ke kota tempat mereka akan mengadakan tausiah.
"Diantara antum berdua, adakah yang bisa mengaji. Maksud ustadz qiroah?"
Bara dan Banyu saling pandang. Mereka bisa, namun selama ini mereka hanya belajar sendiri dan itupun baru satu surat yang sering mereka baca.
"Bisa ustadz hanya saja cuman satu surah, Ar Rahman. Kami sering membacanya secara bergantian dan bersahutan. " jawab Banyu.
"Baguslah. Nanti baca saja itu saat pembukaan. Qori yang biasa menemani ustadz sedang tidak bisa hadir." jawab Ustadz Huda. Banyu dan Bara saling pandang. Jika soal menghentak panggung mereka jagonya, tapi kali ini mereka diminta menjadi qori. Keder juga. Suara keduanya memang sangat merdu, tapi menjadi qori tidak semudah menyanyikan lagu-lagu.
"Ustadz. Kami takut nanti membuat malu ustadz dan pesantren." kata Banyu.
"Nanti kita coba dulu. Jangan khawatir. Keyakinan ustadz nggak pernah salah." jawab ustadz Huda.
Banyu dan Bara hanya diam mengikuti kemauan ustadz Huda.
Mereka sampai di tempat yang ditujukan. Suasana sudah ramai. Ada beberapa orang keluar dari tempat tausiah menghampiri mobil mereka. Sejenak bapak bapak itu menatap si kembar.
"Santrinya ustadz?" tanya seorang dari mereka.
"Na'am."Jawab Ustad Huda. "Bara, Banyu, Ayo masuk!" Seperti pengawal, Bara dan Banyu berjalan di belakang ustadz Huda memasuki ruangan yang disediakan khusus untuk mereka sebelum acara dimulai.
'Huda!" seorang pria seumuran ustadz Huda menyambut kedatangan mereka. Dia langsung memeluk ustadz Huda.
"Assalamu'alaikum."sapa Ustadz Huda membalas pria yang memeluknya.
"Waalaikusalam.Apa kabar sobat?"
"Alhamdulillah baik. Antumn?"
"Seperti yang kau lihat. " pria itu merentangkan kedua tangannya.
"Sudah sukses ya? MasyaAllah."
"Kau juga. Sudah sukses sebagai ustadz. Tausiah dimana-mana. Oh ya bagaimana kabar Yas?"
Hati Bara seperti tercubit mendengar ada pria menanyakan Yasmine. Ia memandang kawan ustadz Huda itu.
"Saat kecil ia begitu imut. Sekarang pasti sudah menjadi gadis yang sangat cantik."
"Alhamdulillah. Yas sekarang sedang kuliah di Kairo."
"Wow... dia mengikutj jejakmu. Apa sudah punya calon? Maksudku sudah ada yang meminangnya? Aku tahu kalian tidak mungkin menjalin hubungan tanpa pernikahan."
"Dia masih sekolah. Belum memikirkan soal itu." jawab ustadz Huda sambil melirik ke arah Bara.
"Aku ada saudara. Masih muda ya dua tahun lebih tua dari Yas. Tapi ia sudah sangat sukses dan juga pewaris kerajaan bisnis keluarganya. Kurasa dia akan cocok dengan Yas. Kemarin orang tuanya minta tolong buat cariin dia jodoh, soalnya anaknya tuh nggak pernah tertarik sama yang namanya cewek."
"Pemuda yang baik." komentar ustadz Huda. Hati Bara semakin tercubit.
"Maaf, Ris. Obrolan kita dilanjut nanti ya. Ana harus membekali kedua murid ana dulu. Bara, Banyu, ayo. Antum berdua harus latihan qiroah kan." kata ustadz Huda.
Bata dan Banyu mengangguk.
"Disini ustadz?"
"Ya, mau dimana lagi."
Bara dan Banyu melihat ke sekeliling. Lumayan banyak orang di ruangan itu.
"Ayo Nyu. Aku yang mengawali nanti kamu menyahuti di ayat ayat berikutnya. Seperti yang biasa kita lakukan."
Banyu mengangguk. Bara memulai dengan mengucap taawudz dilanjut basmalah. Dengan merdunya Bara membaca ayat per ayat. Disambung dengan Banyu.
Mereka yang menyaksikan itu dibuat kagum karena belum pernah melihat pembacaan ayat Al-Quran dengan cara seperti yang mereka lakukan. Seolah mereka sedang duet. Bara dan Banyu bahkan menitikkan airmata karena begitu menghayati makna dari Surah Ar-Rahman yang mereka baca. Ustadz.
Huda dan yang lain juga terbawa emosi yang si kembar pertontonkan.
"MasyaAllah. Luar biasa dua pemuda ini. " puji para yang hadir setelah Bara dan Banyu menyelesaikan bacaannya.
"Kami hanya pemula. Belum sehebat itu sehingga pantas menerima pujian dari bapak-bapak sekalian." kata Banyu merendah.
"Tapi bener. Kalian luar biasa. Bahkan saya sampai ingin melamar salah satu dari kalian untuk putri saya." kata seorang bapak yang diikuti tawa yang lain.
"Bukan cuma anda, Pak. Saya juga punya seorang putri lo." celutuk yang lain.
"Kok bapak-bapak pada berebut sih. Ana juga punya adik perempuan. " Kata Ustadz Huda.
"Wah kalau dengan ustadz, nggak berani bersaing kami."
Mereka lalu tertawa bersama. Kecuali Rizky, kawan ustadz Huda yang memandang si kembar dengan tatapan tidak suka.
Ustadz Huda tersenyum puas melihat penerimaan tuan rumah terhadap kedua santrinya.
"Ustadz sebentar lagi acara dimulai. Apa ustadz sudah siap." seorang panitia datang. Ustadz Huda mengangguk.
Ia mengajak Bara dan Banyu menuju panggung. Pembawa acara mulai melaksanakan tugasnya. Setelah pembukaan, dilanjut bacaan Al-Quran Qur'an. Bara dan Banyu maju. Mereka saling pandang. Setelah berdoa dalam hati, Bara mulai melantunkan ayat ayat suci dari Qs Ar Rahman.
Hadirin yang hadir bagai terhipnotis oleh kemerduan suara si kembar. Tak sedikit dari mereka terisak-isak terbawa emosi lantunan suara merdu itu.
Meski tadi sudah mendengar, tapi saat mendengarkan lagi, para bapak dan ustadz Huda masih merasakan emosi yang sama.
Setelah bacaan selesai, dilanjut tausiah oleh ustadz Huda. Pemuda tampan itu dengan piawai menyampaikan ilmu ilmu agama. Dia juga menjawab pertanyaan jamaah dengan lugas dan gamblang. Bahasanya ringan dan mudah dimengerti. Ilmu disampaikan dengan santun. Jamaah benar-benat puas menghadiri tausiah beliau. Ditambah penampilan si kembar.
"Ustadz, saya mohon ustadz berkenan memberi tausiah di masjid saya minggu depan. Dan juga anak muda berdua ini. Saya ingin mereka ikut dan menjadi qori di acara saya nanti." seorang jamaah memohon kepada ustadz Huda.
"Insya Allah. Jika jadwal saya kosong pas hari acara bapak, saya pasti bersedia. Begitu juga dengan kedua santri saya ini."
"Syukurlah. Semoga ustadz ada waktu. Ini kartu nama saya ustadz. Sudilah kiranya nanti ustadz menghubungi kami." bapak itu memberikan sebuah kartu nama. Ustad Huda dengan santun menerimanya. Beliau mengangguk menyanggupi permintaan si bapak.
Di perjalanan pulang. Kali ini Banyu yang menyetir mobil atas perintah ustadz Huda. Ia ingin Bara beristirahat.
"Bagaimana tentang tawaran bapak tadi? Mengisi acara minggu depan. Apa antum berdua siap?"
"Tapi Ustadz. Masak kami membaca Ar Rahman lagi?" tanya Bara.
"Ada waktu seminggu buat berlatih. Bukankah aku sudah bilang akan melatih antum berdua langsung di bawah bimbinganku."
"Baik Ustad. Kami bersedia." kata Bara. Dalam hati ia merasa bangga. Ia yakin jika mamanya tahu, mamanya pasti akan sangat senang.
Ma, kali ini Bara nggak membuat mama malu. Semoga apa yang Bara lakukan ini, membuat mama bahagia. batin Bara.
...💞💞💞...
Semangat Bara, Banyu......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Suryati
next
2022-11-22
0
Eka Suryati
ayo kembar semangat💪🏻💪🏻
2022-11-22
0
Anita Jenius
Salam kenal ya kak..
7 like mendarat buat kk.
Lanjut up ya.
2021-04-25
1