"Nyu, kamu harus menolongku" pinta Bara pada Banyu yang sedang asyik membaca dengan nada serius.
"Menolong apa? Kalau berbuat ulah aku nggak ikutan." Banyu menjawab dengan pandangan tajam ke arah Bara.
"Nyu, aku benar-benar penasaran. Aku harus bisa mengenalnya."
"Siapa?" Banyu menaikkan alisnya penuh tanda tanya.
"Dia, gadis bercadar itu. Dua kali aku melihatnya dan selama dua minggu ini aku terus memikirkannya. Aku bisa gila, Nyu."
Banyu mengernyitkan alisnya. Bara yang dulu sering dikejar oleh para gadis dan tidak pernah menggubrisnya, kini merasa pusing karena seorang gadis.
"Apa aku tidak salah dengar?" Banyu kembali fokus pada bukunya.
"Banyu. Aku serius. Aku sudah berusaha menghilangkan bayangannya tapi tidak bisa."
Banyu menutup buku yang ia pegang dan menaruhnya di meja. Ia mendekati Bara.
"Ingat tujuan kita ke sini! Jangan macam-macam!" Banyu memperingatkan Bara.
"Aku tidak akan macam-macam. Aku hanya ingin tahu siapa dia dan berkenalan. Sudah itu saja. Tolonglah Banyu. Aku mohon. Kali ini saja." pandangan mata Bara mengiba.
"Apa yang bisa kulakukan untuk menolongmu?"
Mendengar pertanyaan Banyu, Bara girang. Ia seperti mendapat angin segar. Bara lalu mengungkapkan rencananya.
"Kau gila!" hardik Banyu tidak setuju. "Bagaimana kalau ketahuan dan kau tertangkap? Mama akan malu Bara."
"Aku akan berhati-hati. " Bara berkata penuh percaya diri.
Banyu diam menimbang. Ia tahu beberapa malam ini Bara memang susah tidur. Ternyata ada yang mengganggu pikirannya. Dan itu adalah seorang gadis.
"Nyu?" Melihat Banyu hanya diam, Bara kembali bertanya.
"Baiklah." Akhirnya Banyu mengyanggupi menolong Bara. Bara langsung memeluk Banyu senang. "Tapi kali ini saja dan tidak ada lain kali." imbuh Banyu menegaskan.
"Iya-iya. Aku janji. Hanya kali ini."
Keesokan harinya, Banyu dan Bara bersembunyi di balik pohon di dekat pintu penghubung antara wilayah untuk santri putra dan santri putri. Mereka menunggu saat pintu itu di buka.
"Itu.. itu.. " Bara menunjuk ke arah pintu saat seorang ustadz mendekat dan membuka pintu itu. Hanya ustad dan ustadzah yang memiliki kunci untuk membuka pintu penghubung itu, selain keluarga pemilik pesantren.
"Siap?!" Bara mengingatkan Banyu.
"Cih." Banyu berdecih. Ia pun mulai aktingnya. Banyu pura-pura terjatuh dan berteriak minta tolong. Ustadz yang sedang membuka pintu itu kaget mendengar teriakan orang minta tolong. Ia bergegas menuju ke arah Banyu. Bara yang sudah bersiap segera menyelinap. masuk ke wilayah asrama santri putri.
"Akhirnya." gumam Bara. Ia mengendap endap. Berjalan dengan hati-hati dan waspada. Saat dekat dengan taman ia mendengar suara seorang gadis yang sedang mengeluh.
"Ya Allah. Bagaimana ini? Mana sepi lagi? Apa aku harus berteriak minta tolong? Percuma juga. Letak asrama dan ruang belajar jauh dari taman ini. Ya Allah datangkan penolong untuk hambamu ini." suara itu memohon penuh harap. Bara mendekat dan mengintip dari balik rimbunnya tanaman. Ia terkesiap saat melihat, gadis bercadar itu terduduk di tanah sambil memijat pergelangan kakinya.
"Maaf. Apa kau butuh bantuan.?" Bara muncul.
Gadis itu kaget melihat ada pria di wilayah santri putri.
"Antum kenapa bisa ada di sini? Ini wilahah terlarang bagi santriwan. " gadis itu berkata tanpa melihat ke arah Bara.
"Aku tersesat. Tadi ada pintu terbuka dan aku masuk begitu saja. Malahan tersesat" Bara beralasan. "Kakimu kenapa?" Bara mendekat.
Gadis itu buru buru menutupi kakinya. Tadi ia sempat membuka kaos kakinya sehingga kakinya telanjang.
"Tidak apa apa." jawabnya gugup.
"Oh ya. Aku Bara. Aku santri baru di sini. Kamu siapa?" Bara langsung pada tujuannya.
"Yasmine." jawab gadis itu pendek.
"Tadi aku dengar kamu memohon dihadirkan penolong. Mungkin akulah jawaban doamu tadi. Jadi apa yang bisa aku tolong?" Bara berjongkok di depan Yasmine sambil menatap terus wajah gadis bercadar itu.
"Bisakah antum panggilkan penghuni asrama putri?" pinta Yasmine.
"Itu.. itu.. kalau aku memanggil mereka, aku akan kena hukuman karena masuk ke wilayah asrama putri. Apakah tidak ada hal lain?"
Bara kembali menatap Yasmine, "Sebenarnya kamu kenapa?"
Yasmine membenarkan ucapan Bara. Ia tidak mau gara-gara menolongnya, Bara malah kena hukuman.
"Kaki ana keseleo. Tadi terperosok ke lubang itu sehingga tidak imbang dan keseleo jadinya."
"Boleh ku lihat?" Bara menawarkan bantuan namun dijawab dengan tatapan tajam oleh Yasmine.
"Maaf, aku tidak bermaksud jahat, aku hanya ingin membantu." Bara menjelaskan niatnya.
Yasmine diam. Ia mengangkat tangannya menutupi wajahnya dari sinar matahari. Awan yang tadi yang menutupinya telah pergi tertiup angin yang cukup kencang siang ini.
"Ayo ku bantu ke tempat yang lebih teduh?" Bara kembali menawarkan bantuan.
"Ana di sini saja. Menunggu sampai ada akhwat yang lewat. Antum cepat keluar sebelum ada yang mengetahui antum masuk ke pondok putri." Yasmine mengingatkan Bara.
"Kamu mengkhawatirkan aku?" Bara bertanya senang.
Alis Yasmine tampak bertaut.
"Bukan begitu. Kalau ada orang melihat kita berdua di sini maka... " Yasmine tidak melanjutkan ucapannya. Ia memejamkan matanya karena tiba-tiba angin bertiup lebih kencang sehingga menerbangkan debu-debu di sekitar mereka Bahkan cadarnya sempat tersingkap sekilas. Mata Bara membola melihat wajah cantik Yasmine meski sekejab. Hatinya berdegub kencang.
Angin masih bertiup kencang membawa awan. Suasana seketika redup.
"Sepertinya mau hujan. Ayo aku bantu! Jika kamu tetap duduk di sini, kamu bisa kehujanan." Bara mengulurkan tangannya.
Yasmine menggeleng. "Tidak perlu. Pergilah!"
"Baiklah. Kemana aku harus memanggil orang untuk menolongmu? Beri petunjukmu. Aku tidak mengenal tempat ini." Bara menatap Yasmine. Ia melihat keringat membasahi kening Yasmine yang berkerut menahan sakit.
"Tapi kau akan dihukum nanti.. sss." Yasmine berkata sambil mendesis karena sakit yang ia rasakan.
"Tidak apa-apa. Daripada kamu kehujanan di sini."
...Apa aku biarkan saja dia pergi memanggil bantuan. Meski dia melakukannya untuk menolongku, tapi tetap saja dia akan mendapat hukuman karena sudah melanggar aturan. ...
Yasmine dia berpikir.
"Hujan!" teriak Bara saat rintik hujan mulai turun. "Ayo berteduh!" Ia mengulurkan tangannya pada Yasmine.
"Kamu saja berteduh! Aku.. aw." ucapan Yasmine terpotong karena kaget. Bara dengan cepat mengangkat tubuhnya dan membawanya dengan setengah berlari menyeberangi hujan yang kian deras menuju bangunan terdekat.
"Maaf. Aku terpaksa." kata Bara sambil. menurunkan tubuh Yasmine dengan sangat hati-hati. Muka Yasmine memerah. Seumur hidupnya, baru kali ini dia di gendong pria yang bukan siapa-siapa nya.
Bara lalu duduk mendekati kaki Yasmine. "Kau mau apa?" Yasmine menarik kakinya karena Bara mulai menyentuhnya.
"Diamlah. Anggap aku dokter. Aku akan melihat kakimu." Bara menarik paksa kaki Yasmine yang sudah membengkak. Bara menelan ludah saat tangannya menyentuh kulit Yasmine.
Halus.
Ia mulai memijat beberapa bagian kaki Yasmine. Menurutnya dengan lembut. Yasmine memejamkan mata karena menahan sakit dan malu. Cukup lama Bara memijat kaki Yasmine.
"Coba kau gerakkan!" titah Bara.
Yasmine memutar pelan pergelangan kakinya.
"Mendingan. Tidak sesakit tadi."
Bara tersenyum. Lalu matanya beralih mengitari tempat mereka berteduh.
"Ini tempat apa?"
"Ini ruang keterampilan."
"Kenapa sepi?"
"Ya karena hari ini nggak ada kegiatan di sini. Biasanya juga ramai."
"Untunglah sepi." gumam Bara.
"Kenapa?"
"Mm tidak apa apa." Bara memandang Yasmine. Hujan masih turun dengan deras. Angin yang bertiup membawa percikan air hujan membuat tubuh Bara basah karena Ia berdiri menghalangi terpaan angin agar tidak mengenai Yasmine.
"Antum basah." kata Yasmine.
"Tidak apa-apa. Bentar lagi kalau reda bisa ganti baju. Hanya aku bingung. Bagaimana caraku kembali ke asrama putra."
Yasmine diam. Ia lalu merogoh saku gamisnya.
"Ini." Yasmine menyerahkan kunci ke Bara. Bara menerimanya. Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan membuat keduanya saling menatap sebentar. Yasmine buru-buru menarik tangannya.
"Ini?"
"Itu kunci semua pintu."
"Benda ini bisa membuka semua pintu?"
"Iya. Hanya keluarga pemilik pesantren yang punya. Jadi jika nanti ada kesempatan, antum bisa mengembalikannya pada ana."
Apa ini artinya dia ingin bertemu denganku lagi?
Hujan sedikit reda.
"Pergilah! Mumpung masih sepi." Yasmine meminta Bara segera meninggalkan wilayah asrama putri.
Bara mengangguk.
"Baiklah. Aku pergi. Kamu hati-hati. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Bara berlari kecil menuju ke arah pintu. Yasmine menatap punggung Bara yang mulai menjauh.
Bara mengendap-endap. Melihat sekeliling. Setelah di rasa aman, ia membuka pintu dan menyelinap keluar.
...💕💕💕...
Jangan lupa vote ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Suryati
bara anak siapa ini ya
2022-11-21
0
Eka Suryati
aduh bara
2022-11-21
0
Eka Suryati
bara....😀😀
2022-11-21
0