Banyu berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar Anggi. Pikirannya masih dipenuhi sikap aneh Camelia.
Sebenarnya kenapa dia malah kabur dan menangis? Eh... dia menangis? Apa aku melakukan kesalahan lagi? Apa ada kata-kataku yang menyinggungnya? Argh.. pusing aku.
Banyu menyunggar rambutnya frustasi. Semakin ia berpikir, semakin ia bingung. Ia tidak menemukan jawaban atas keanehan sikap Camelia.
"Assalamu'alaikum!" sapa Banyu saat membuka pintu kamar Anggi.
"Lama amat?" Semprot Bara yang sudah siap dengan tas ditangannya.
Banyu diam. Raut wajahnya masih menunjukkan kebingungan dan ada kekhawatiran juga.
"Kalian bawa barang-barang Mama ke mobil!" perintah Langit.
Banyu segera mengambil salah satu tas yang masih ada di kamar itu. Tanpa bicara ia keluar. Bara bergegas mengikutinya.
"Ada apa?" tanya Bara. "Jangan bilang tidak ada apa-apa. Aku paham betul dirimu." sambung Bara lagi.
Banyu menghela nafas, "Aku heran, kemarin kemarin ia ngotot minta id cardnya, tapi tadi saat aku mengembalikannya, ia malah lari sambil menangis." jawab Banyu.
"Camelia?"
Banyu mengangguk.
"Memang apa yang kamu katakan padanya?" kembali Bara bertanya.
"Nggak ada. Aku hanya bilang ingin mengembalikan id cardnya karena setelah ini kemungkinan kami nggak akan bertemu lagi. Hanya itu."
"Dan dia menangis setelah mendengar ucapanmu itu?"
Banyu mengangguk, "Apa aku salah bicara?"
Bara menoyor kepala Banyu hingga pemuda itu terhuyung ke samping.
"Kau apa-apaan sih?" omel Banyu sambil berusaha membalas Bara.
"Bodoh!Dasar tidak peka." rutuk Bara.
"Kenapa? Apanya yang tidak peka?"
"Pikir saja sendiri. Dia menangis setelah kamu bilang nggak akan ketemu lagi. Menurutmu apa?"
Banyu langsung menghentikan langkahnya, dia mematung dan berpikir.
Apa dia sedih karena tidak akan bertemu aku lagi? Apa itu tandanya dia juga menyukaiku?
Senyum mengembang di wajah tampan Banyu. Ia berlari kecil menyusul Bara yang sudah jauh berjalan ke tempat parkir mobil meninggalkannya.
...***...
Sepekan sudah berlalu sejak Anggi melahirkan. Hari ini, di mansion Langit sedang ada acara aqiqah putri bungsunya. Banyak tamu yang hadir tak terkecuali keluarga sahabat Anggi, Mila.
Mila datang bersama suaminya, Reza dan putra semata wayangnya, Darel.
"Selamat ya, Anggi atas lahirnya putrimu!" kata Mila sambil memeluk Anggi.
Langit juga mendapat ucapan selamat dari Reza.
"Ini... ?" tanya Langit saat melihat Darel.
"Darel, Om!" jawab Darel.
Langit tersenyum. Ia ingat nama Darel adalah pemberian Nino.
"Kau sudah besar, lama Om tidak melihatmu." kata Langit.
"Dia kuliah di luar negeri dan jarang pulang. Makanya jarang aku ajak ke acara-acara macam ini."
"Sudah lulus?!"
"Alhamdulillah, Om. Sudah."
Anak ini sepertinya alim, beda sekali dengan Reza saat masih muda dulu. batin Langit.
Langit mempersilahkan Reza dan keluarganya masuk dan duduk di tempat undangan. Ia kemudian menyambut tamu yang lain.
Banyu dan Bara tak kalah sibuk dengan papanya. Mereka juga membantu menyambut dan melayani tamu.
"Bara, bukankah itu, Darel!" kata Banyu saat matanya menangkap sosok Darel di antara tamu undangan.
Bara menoleh dan menatap ke arah yang ditunjuk Banyu.
"Kau benar, dia Darel." jawab Bara lalu melangkah menuju ke tempat Darel berada.
Darel yang saat itu sedang menikmati acara melihat kedatangan Bara dan Banyu. Ia kaget melihat dua sahabatnya itu. Darel buru-buru berdiri dan hendak pergi saat Reza bertanya.
"Kau mau kemana?"
"Keluar sebentar, Pa. Mau ke toilet." jawab Darel.
Aku harus keluar, papa tidak boleh tahu kalau aku di pesantren selama ini. batin Darel.
Bergegas Darel meninggalkan acara. Ia melangkah keluar dan terus berjalan memutar dan masuk ke taman samping mansion Langit. Saat ia hendak masuk ke taman, langkahnya terhenti.
"Bukankah itu dia, gadis yang bernama Aurora? Kenapa dia ada di sini?" gumam Darel. Ia melihat Aurora berjalan dari arah taman ke dalam mansion.
Darel mempercepat langkahnya mengikuti Aurora. Namun ia kaget saat seseorang mencekal pundaknya.
"Darel! Sedang apa kau di sini?" tanya Bara.
Darel memutar tubuhnya, dan melihat Bara serta Banyu yang berdiri di belakangnya.
"Eh... kalian kok ada di sini?" jawab Darel. Ia bicara pada Bara dan Banyu namun matanya mencari keberadaan Aurora.
"Ini rumah kami."jawab Banyu yang membuat Darel kaget. Ia langsung menoleh.
"Rumah kalian?Jadi kalian anak tante Anggi?"
"Iya." jawab Bara dan Banyu bersamaan.
Darel menatap keduanya dengan sorot tak percaya. Selama berteman memang mereka tidak pernah menceritakan perihal. orang tua. Darel tidak pernah bertanya siapa orang tua Bara dan Banyu karena dia tidak ingin kedua temannya itu menanyainya juga.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau ada di sini dan kenapa kau buru-buru pergi tadi?" kata Bara.
"Eh.. aku mencari toilet."jawab Darel.
"Toilet tamu ada di sebelah sana."jawab Banyu sambil menunjuk ke arah toilet. "Tapi kenapa kamu bisa datang ke rumah kami? Dan kamu sepertinya sangat mengenal mama kami."
"Tante Anggi adalah sahabat mamaku. Mama sering bercerita tentangnya. Dari kecil, mama selalu menceritakan perihal kebaikan tante Anggi. Dan itu yang membuat aku kagum pada tante Anggi." jawab Darel.
"Jangan bilang kau anak Tante Mila." kata Bara.
Darel mengangguk.
"Ya Allah, kenapa kita nggak saling cerita sejak awal." desah Bara.
"Aku memang sengaja, karena papa tidak setuju aku belajar di pesantren. Jadi tolong kalian jangan cerita soal pesantren, maksudku jangan bilang soal aku yang belajar di pesantren!" pinta Darel.
"Selama kamu di pesantren, Om Reza tidak tahu? Terus apa alasanmu?"
"Aku bilang aku sedang belajar di perusahaan kenalan aku untuk menambah kemampuanku di bidang bisnis, dan.... "
Obrolan mereka terhenti saat beberapa karyawan catering yang disewa keluarga Anggi melintas.
"Kau lihat matanya? Meski dia memakai cadar, tapi dari matanya aku yakin ia sangat cantik." kata salah satu karyawan itu.
Bara penasaran mendengar kata cadar
Mungkinkah
"Mas, tunggu!" Bara menghentikan karyawan itu, "Maaf, tadi anda bilang cadar? Memang ada tamu yang memakai cadar di depan?" tanya Bara.
"Iya, tuan. Baru tiba bersamaan dengan ustadz yang akan mengisi acara." jawab karyawan itu.
"Ustad? Apa mas tahu siapa beliau?"
Karyawan itu menggeleng.
"Terima kasih mas. Anda boleh pergi." kata Bara. "Nyu, ayo kita ke depan. Siapa tahu itu ustadz Huda." ajak Bara pada Banyu.
"Siapa tahu ustadz Huda apa siapa tahu Yasmine?" seloroh Banyu.
"Cih.. kau ini. Ayo! Kau juga!" kata Bara pada Darel.
"Kalian saja dulu.. nanti aku menyusul." elak Darel.
Bara segera menggelandang Banyu ke tempat yang disediakan untuk tamu. Sesampainya di sana matanya berputar melihat sekeliling mencari sosok bercadar.
Dia... dia datang. batin Bara.
"Itu Ustadz Huda." kata Banyu. Namun pandangan Bara justru terpaku pada ga dia bercadar emerald yang duduk dengan anggun bersebelahan dengan mamanya dan tante Mila.
"Bara, ayo kita temui ustadz Huda!" ajak Banyu. Bara tidak menanggapi karena memang ia tidak mendengar ajakan Banyu.
"Bara!!!" Banyu menyentak Bara.
"Eh apa?" Bara tergagap.
"Kita temui ustadz Huda."
Bara mengangguk. Berdua mereka melangkah ke arah ustadz Huda.
Sementara itu, Darel yang masih berada di ruangan samping mansion Langit, memberanikan diri untuk masuk. Ia mencari keberadaan Aurora. Saat Darel sampai di sebuah ruangan yang besar, matanya terpaku pada foto besar yang terpajang di ruangan itu. Foto yang menampilan keluarga Langit.
Dia putri tante Anggi, adik dari Bara dan Banyu. batin Darel.
Mengetahui kenyataan itu, Darel tersenyum. Ia lalu meninggalkan ruang itu menuju ke tempat keluarganya berada.
...🍃🍃🍃...
Alhamdulillah bisa up.
semoga menghibur
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Suryati
absen, jejak dan next
2022-11-23
0
Eka Suryati
yah namanya juga masih usia remaja ya
2022-11-23
0
wildan
lanjut,,,,makin seru aja ni cerita😘
2021-07-10
1