Bata berlari menuju asrama santri putra. Karena hujan, tidak banyak santri yang berada di luar membuat Bara leluasa bergerak.
Sementara itu Banyu menunggu dengan gelisah di kamar mereka. Bara sudah cukup lama menyelinap ke asrama putri, ditambah hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya membuat Banyu benar-benar khawatir keadaan Bara.
Ceklek
Banyu menoleh saat pintu kamarnya di buka.
Bara muncul dengan badan basah kuyup namun wajahnya dihiasi senyum yang cerah.
"Masih hidup?" sindir Banyu. Meski nadanya suaranya menyindir, namun hati Banyu lega. Bara hanya membalas dengan senyuman dan lirikan mata tanpa kata. Ia mengambil handuk lalu mengeringkan rambutnya. Mengambil beberapa pakaian dan keluar untuk. mandi.
"Cih. Dasar tidak tahu terima kasih." decih Banyu. Ia lalu duduk dan mengambil. buku lalau membacanya. Banyu tetap pada kesibukan yang saat Bara kembali ke kamar.
"Tadi, kau tidak dicurigai kan oleh ustadz Ridwan?" Bara menghempaskan tubuhnya ke ranjang lalu memeluk guling. Senyum. masih saja tersungging di bibirnya. Banyu masih cuek.
"Nyu, dia sangat cantik." kata Bara kemudian setelah pertanyaan nya tidak di jawab Banyu. Banyu masih tidak menggubris ucapan Bara.
"Nyu! Kamu dengar nggak?!"
"Hemm." Bayu mendehem. Ia masih sibuk dengan membaca.
Bara tidak. lagi bicara. Ia menaruh tanganya dibelakang kepala sebagai bantal. Pandangannya menerawang ke? langit-langit kamar sambil. mengingat betapa cantiknya Yasmine.
"Sepertinya aku sudah jatuh cinta." gumam Bara. Kali ini ucapan Bara mampu membuat Banyu menoleh. Ia memadanhi saudara kembarnya yang sedang tersenyum sendiri itu.
"Cih, jatuh cinta. Ingat tujuan kita ke sini bukan untuk hal itu." kata Banyu sarkastik.
"Bodo. Sambil menyelam minum air kan nggak paoa." Bara berargumen
"Kembung dong." balas Banyu sambil. melanjutkan membaca.
Hati-hari berikutnya Bara dan Banyu disibukkan dengan tugas -tugas belajar. Karena mereka baru, maka mereka harus banyak mengejar ketertinggalan terutama dalam ilmu agama. Hampir tiga bulan Bara dan Banyu sibuk sampai tidak memiliki waktu untuk bersantai. Bara sampai melupakanengembalikan kunci pada Yasmine.
"Belakangan kulihat kau getol belajar?Benaar-benat mau berubah ya?!" ledek Banyu pada Bara.
"Demi Yasmine, aku harus memantaskan diri kan?" jawab Bara. Ia mengambil. buku dan kemudian membacanya.
"Cie.. yang lagi fall in love. Tapi bagus juga. Cinta membuatmu lebih baik." Banyu menepuk pundak Bara, "Semangat!"
Bara tidak menanggapinya. Ia kembali membaca.
"Astaghfirullah!" pekik Bara mengagetkan Banyu. "Aku lupa." Bara panik. Ia mencari-cari sesuatu.
"Ada apa?" Banyu berkata. Ada nada cemas dalam suaranya melihat wajah panik Bara. "Kamu mencari apa?"
"Nah, ketemu." Bara tersenyum, "Nih. Kunci ke masa depan." Ia memaafkan kunci itu ke depan wajah Banyu. Secepat kilat Banyu merampasnya.
"Kembalikan!" Bara berusaha merebut kunci dari tangan Banyu.
"Benda apa ini?" Banyu berkata sambil terus mengelak menjauhkan tangannya yang memegang kunci dari Bara.
"Kembalikan!!" pekik Bara.
"Jawab duku! Ini benda apa?" kekeh Banyu.
Bara berhenti dari usahanya mendebut kunci. Ia duduk di ranjang.
"Jadi gini. Waktu aku menyelinap ke asrama putri, aku tanpa sengaja bertemu Yasmine. Saat itu dia sedang keseleo. Lalu aku membantunya. Dia memberiku ini agar aku bisa kembali ke asrama pria. Itu akses ke semua pintu di pesantren ini."
Banyu mengamati benda kecil di tangannya. Bagaimana benda itu bisaembuka semua pintu pesantren
"Berikan padaku. Aku harus mengembalikannya." Bara menengadahkan tangan.
"Nih!" Banyu meletakkan kunci itu ke tangan Bara.
Bara bergegas keluar.
"Hei.kau mau kemana?" Banyu. mengejarnya.
Bara tidak. menjawab. Ia terus berlari ke arah pintu penghubung. Saat ia akan membuka pintu itu, Banyu menyekal tangannya.
"Apa yang akan kau lakukan?" Banyu khawatir Bara berulah.
"Aku akan mengembalikan ini pada pemiliknya. " jawab Bara. Banyu menyeret Bara menjauh dari pintu penghubung.
"Kenapa kau menyeretku?"
"Bahaya jika ada yang melihat kita dekat-dekat pintu itu. Bukankah kau tahu itu dilarang."
"Aku tahu, tapi aku harus mengembalikan ini. " Bara kembali hendak ke pintu tapi dihalangi Banyu.
"Minghirlah, Nyu!"
"Ra, gunakan otakmu!" pekik Banyu, " Cari cara lain untuk mengembalikannya. Jangan lagi masuk ke sana. Kalau waktu itu kamu lolos, kali ini belum tentu." Banyu mengingatkan Bara.
Bara bergeming. Ia memikirkan ucapan Banyu.
"Ah iya. Kenapa aku lupa. Aurora!" Bara kemudian berlari menuju kediaman Kyai Hasan, pemilik pesantren. Banyu dengan setia mengikutinya dari belakang.
"Ra, apa rencanamu?" tanya Banyu saat ia mampu mengimbangi langkah Bara.
"Aku akan minta ijin Pak Kyai untuk. bertemu Aurora dan meminta tolong padanya agar memberikan ini ada Yaamine."
"Ide bagus."
Mereka berdua sampai di depan rumah Pak Kyai Hasan. Langkah keduanya terhenti melihat pemandangan yang ada di depan mata mereka.
Di teras rumah Pak Kyai Hasan, tampak seorang gadis bercadar sedang berpelukan bergantian dengan Apk Kyai, Bu nyai dan beberapa orang lainnya. Ada santriwati juga di sana. Salah satu santriwati yang ada di sana adalah Aurora.
Bara menatap Yasmine dengan dada berdebar. Ia kembali teringat wajah cantik gadis itu.
Aurora yang ada di sana melihat kedatangan kedua kakaknya. Ia berlari mendekati mereka.
"Kak, kalian kenapa kemati?" tanya Aurora.
"Untuk menemuimu." jawab Banyu sambil. mengelus kepala adiknya itu.
"Dik, ada apa di sana?" tanya Bara.
"Oo, Ning Yasmine mau berangkat ke Lairo. Jadi kami mengucapkan salam perpisahan."
Duar
Jawaban Aurora mengagetkan Bara.
Kairo
Bara menggenggam dengan kuat kunci yang ia pegang.
Dia mau ke Kairo. Tidak. Aku harus bertemu dengannya sebelum dia pergi. Aku harus menyampaikan isi hatiku sebelum terlambat.
Bara tiba-tiba mundur, lalu berlari menghilang. Banyu tidak mengejarnya, karena ia yakin Bara tidak. akan berulah.
"Kenapa, Kak Bara?" Aurora bingung.
"Lagi kambuh." jawab Banyu sambil tersenyum membuat Aurora terkikik. Berdua mereka menatap ke arah Yasmine yang melangkah masuk ke mobil yang akan membawanya ke bandara. Yasmine berangkat dengan diantar kakak laki-lakinya yaitu Ustadz Huda.
Aurora melambaikan tangan saat mobil Yasmine lewat dihadapannya. Banyu membungkus memberi hormat pada Ustadz Huda.
Yasmine kaget melihat Banyu yang iankira adalah Bara.
Dia bersama Aurora. Apakah mereka saudara? Tidak mungkin jika bukan saudara. Karena Aurora pasti tidak akan melanggar aturan pondok.
Mobil yang membawa Yasmine semakin jauh meninggalkan pondok pesantren. Saat mobil berbelok di tikungan, mendadak sopir menginjak rem.
Ciiiiit..
Tubuh Ustadz Huda dan Yasmine terdorong ke depan.
"Ada apa kak? " tanah Yasmine yang duduk di kursi belakang.
"Ada seorang rejal yang menghadang mobil kita." jawab Ustadz Huda. Beliau membuka pintu dan keluar. Yasmine bisa melihat jelas siapa yang menghadang mobil mereka.
Eh.. bagaimana bisa dia ada di sini? Bukankah tadi dia bersama Aurora? batin Yasmine bingung.
"Bukankah antum santri di pondok? Kenapa antum. menghadang mobil. kami?" Ustadz Huda bertanya kepada Bara.
"Afwan ustadz. Ijinkan ana berbicara sebentar dengan Ning Yasmine." kata Bara.
Ustadz Huda mengeryitkan dahinya.
"Ada keperluan apa?" tanya Ustadz Huda.
Bara diam. Matanya memandang Yasmin yang mengintipnya dari dalam mobil. Yasmine langsung menundukkan pandangan saat tatapan mereka bertemu.
Ustadz Huda melirik ke arah mobil.
"Jangan lama-lama. Kami harus mengejar pesawat agar tidak terlambat." jawab Ustadz Huda. Beliau lalu melangkah ke. mobil dan berbicara dengan Yasmine. Yasmine turun. Perlahan ia berjalan ke arah Bara.
"Ana ingin mengembalikan ini." Bara menyerahkan kunci yang pernah ia terima kepada Yasmine. Yasmine merimanya. Ia lalu berbalik hendak. meninggalkan Bara.
"Yas!" panggil Bara.
Yasmine menghentikan langkahnya.
"Yas, tunggu ana. Ana akan membuat diri ana pantas kemudian akan mengkhitbah antum." kata Bara mantab. Muka Yasmine merona. Hatinya berdebar dengan kencang. Perlahan ia mengangguk.
"Fii Amanillah. Hubungi ana." kata Bara ia lalu menepi.
Yasmine melangkah ke. mobil. Ia masuk dan mobil berjalan membawanya meninggalkan Bara yang terus menatap kepergiannya.
Yasmine menoleh dan melihat Bara masih setia di tempatnya dari jauh.
"Dik, ada hubungan apa antara antum dan Bara?" tanya Ustdaz Huda.
Yasmine langsung menoleh kembali melihat ke depan. "Tidak ada kak." jawab Yasmine jujur. Ia membuka genggan tangannya dan melihat kunci yang ia terima dari Bara. Di sana terselip kertas kecil. Yasmine membukanya dan ia melihat nomor ponsel tertera di lembaran kertas kecil itu. Yasmine tersenyum.
*Aku akan menjaga hatiku untuk mu.
...💕💕💕*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Suryati
ayo bara, pantaskan dirimu kelak menjadi pendamping ning yasmine
2022-11-22
0
Eka Suryati
uhui, bara dapat lampu ijo🤭
2022-11-22
0
weny
asyik... asolele
2021-05-02
1