Sesuai permintaan Langit, si kembar dan Aurora berusaha menghibur Pink. Mereka selalu menemani kakaknya itu melewati masa masa sulitnya sampai masalah Bayu selesai. Kini mereka bisa berkumpul lagi dalam kebahagiaan.
Thok.. thok.. thok...
Bara kaget saat pintu kamanrnya diketuk. Ia menggeliat dan melihat jam di dinding.
Siapa mengganggu tidurku tengah malam begini.
Dengan malas Bara bangun dan menyeret kakinya ke arah pintu.
"Siapa sih?" katanya dengan suara serak.
"Ra... mama mau melahirkan. Papa mi ta kau siapkan mobil!" kata Banyu ya g berdiri dengan panik di depan kamar Bara.
Mata Bata yang semula sayu langsung bersinar. Ia kembali masuk dan keluar lagi sudah berganti pakaian. Ia melihat Langit sedang memapah Anggi yang kesakitan.
"Pa!" sapa Bara.
"Siapkan mobil!" perintah Langit. Bara menyambar kunci dan bergegas ke garasi. Sekejab kemudian, mobil sudah siap di depan mansion. Dengan hati-hati Langit memapah Anggi menuju mobil.
"Kau siapkan perlengkapan mama lalu susul. kami ke rumah sakit tante Amel!" pesan Langit pada Banyu. Banyu mengangguk.
"Ayo berangkat!"
Bara mengendarai mobilnya dengan hati hatihati menuju rumah sakit bersalin milik Amel.
Di mansion, Banyu sedikit kebingungan menyiapkan apa yang dibutuhkan mamanya dan calon adiknya. Ia lalu membangunkan Aurora untuk membantunya.
Berdua mereka menyiapkan keperluan Anggi.
"Kak, boleh aku ikut ke rumah sakit?" tanya Aurora.
"Nanti saja. Malam ini kakak bawa motor. Nanti siang kakak pulang dan jemput kamu." Banyu lalu memakai jaket dan membawa tas berisi perlengkapan Anggi. Dengan mengendarai motor, ia melaju ke rumah sakit.
Banyu berjalan tergesa menyusuri lorong rumah sakit. Saking terburu-burunya, saat ditikungan ia menabrak seseorang.
"Maaf!" kata Banyu sambil melihat siapa yang ia tabrak. Mata Banyu takjub melihat gadis berhijab dan berpakaian dokter yang sedang sibuk merapikan barangnya yang berjatuhan karena tabrakan tadi.
Cantik.
Banyu bengong. Ia yang semula akan membantu memunguti barang yang berserakan itu, sekarang hanya memegang sebuah kartu pengenal dan mematung menatap gadis dihadapannya.
Gadis itu tersenyum manis saat mendengar permintaan maaf Banyu.
"Tidak apa apa." jawabnya lembut. Ia lalu berdiri dan meninggalkan Banyu. Banyu ikut berdiri. Ia masih belum keluar dari keterpanaannya.
"Eh.. nona!" panggil Banyu saat sadar. Namun yang dipanggil sudah menjauh. Banyu melihat kartu pengenal yang sekarang ada di tangannya.
"Camelia." gumam Banyu tersenyum.
Saat Banyu sedang menganggumi raut wajah cantik yang ada di kartu pengenal yang ia genggam, ponselnya berdering.
"Kau dimana? Cepetan!" Bara berteriak di dalam ponsel.
"Iya.. Iya." Banyu mengakhiri panggilan dan langsung berjalan menuju ke tempat Bara.
"Lama banget!" semprot Bara begitu Banyu tiba.
Banyu tidak menggubrisnya. "Bagaimana mama?" Banyu mengambil tempat duduk di sebelah Bara.
"Masih ditangani. Papa menemaninya di dalam." jawab Bara.
Banyu kembali memandangi kartu pengenal milik Camelia.
"Apa itu?" tanya Bara sambil berusaha mengambil kartu yang Banyu pegang dan berhasil.
"Kembalikan!" Banyu meraih kembali kartu itu. Bara menepisnya.
"Camelia... cantik. Siapa dia?" tanya Bara.
"Aku juga tidak tahu." jawab Banyu. Ia mengambil kartu itu dari tangan Bara.
"Jangan dusta."
"Aku beneran tidak tahu. Tadi kami bertabrakan dan ia meninggalkan ini."
Banyu kali memandangi kartu itu.
Aku akan mencarimu. Kita pasti akan bertemu lagi.
Banyu tanpa sadar tersenyum.
"Kenapa senyum senyum? Hmmm... kamu tertarik padanya ya? Sepertinya ia lebih tua dari kita."
"Apalah arti usia. Hanya deretan angka." jawab Banyu yang tanpa sadar mengakui kalau ia tertarik pada Camelia.
"Hahaha." Bara tergelak. "Kau benar." katanya sambil menepuk bahu Banyu.
Obrolan mereka terhenti saat Langit keluar dari kamar bersalin.
"Pa!" kata Bara dan Banyu serempak. Mereka berdua langsung berdiri. Langit mendekati kedua putranya dan memeluk mereka.
"Pa, mama?" tanya Banyu khawatir.
"Mama baik-baik saja." jawab Langit.
"Adik?" tanya Bara.
"Adik kalian perempuan. Ia juga baik-baik saja."
"Alhamdulillah."
"Sebentar lagi mereka akan dipindahkan ke ruang pemulihan. Kalian bisa menemukan mereka di sana. Banyu, mana barang mama?"
Banyu menyerahkan tas yang ia bawa kepada Langit. Langit menerimanya dan membawanya ke dalam kamar untuk dipakai Anggi dan bayinya.
"Ayo, kita tunggu di kamar rawat mama saja." ajak Bara.
Sebagai sahabat pemilik rumah sakit, keluarga Langit memiliki kamar khusus untuk mereka.
Saat berjalan menuju kamar rawat Anggi nanti, mata Banyu menatap sosok Camelia.
"Ra, kamu duluan. Nanti aku akan menyusulmu."
Banyu bergegas meninggalkan Bara sebelum saudaranya itu banyak bertanya.
Banyu mendekati Camelia yang nampak kebingungan mencari sesuatu.
"Hem!" Banyu berdehem.
Camelia menoleh.
"Anda mencari ini?" kata Banyu menunjukkan kartu pengenal milik Camelia yang ada padanya.
"Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga. Terima kasih." Camelia ingin mengambil. kartu itu dari tangan Banyu tapi ditarik oleh Banyu.
"Eh!" Camelia kaget. "Kamu.. " ia sedikit kesal dengan ulah Banyu.
"Kalau mau kartu ini kembali, ada syaratnya." kata Banyu.
"Apa?" jawab Camelia.
Banyu mengulurkan tangannya seperti meminta sesuatu pada Camelia.
"Apa?" Camelia bingung.
"Pinjam ponselmu!" kata Banyu.
Camelia memandang Banyu bingung.
"Untuk apa?"
"Nanti kau juga akan tahu. Ponsel! Atau kartu ini aku pegang selamanya."
Camelia bimbang, namun akhirnya ia menyerahkan ponselnya ke tangan Banyu. Banyu mengetik nomornya kemudian melakukan panggilan. Setalah ponselnya berdering, ia mengakhiri panggilan dan menyimpan nomornya pada ponsel Camelia.
"Nih!" Banyu menyerahkan ponsel Camelia kembali ke gadis itu.
"Mana?" kata Camelia.
"Apa?" tanya Banyu pura-pura tidak tahu apa maksud Camelia.
"Kartu pengenalku. Bukankah aku sudah meminjamkan ponselku. Mana kartuku?" kata Camelia.
"Oh itu. Nanti." kata Banyu lagi. Ia tidak memberikan kartu pengenalan Camelia bahkan ia malah beranjak meninggalkan gadis itu.
Camelia menahan Banyu dengan menarik jaketnya.
"Hei.. kau sudah janji akan mengembalikannya."
"Iya. Aku memang sudah berjanji. Tapi aku tidak bilang akan mengembalikannya sekarang kan. Jadi sampai jumpa lagi." Banyu meninggalkan Camelia yang berdiri menatapnya dengan sangat kesal.
Camelia menghentakkan kainya berulang kali ke lantai untuk melampiaskan kekesalannya.
"Awas kalau bertemu lagi!" gumamnya.
Ia lalu pergi menuju ruangan dokter jaga.
"Darimana kau?" kata Bara saat Banyu masuk ke ruang rawat Anggi. Di sana sudah ada Anggi dan Langit juga bayi mereka.
Banyu tidak menjawab pertanyaan Bara. Ia langsung menuju ke box bayi untuk melihat adik barunya.
"Papa akan memberinya nama siapa?" tanya Banyu.
"Belum tahu. Belum kepikiran. Kalian bantulah papa." jawab Langit.
Bara yang semula duduk bangkit dan menyusul Banyu melihat adik mereka.
"Menurutmu nama apa yang cocok buat dia?" bisik Bara.
Banyu diam berpikir. Namun tak satu ide muncul dalam benaknya. Yang ia ingat hanya wajah dan senyum kesal Camelia.
...🍃🍃🍃...
Tinggalin jejak ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Suryati
mantap
2022-11-23
0
Eka Suryati
ayo sikembar yg mencari cinta, carilah karena Allah ya
2022-11-23
0
Eka Suryati
duh banyu mulai temu jodohnya nih🤭
2022-11-23
0