Malam kian larut. Suasana lingkungan sekitar rumah yang Melati tempati, sudah tampak sepi.
Pram duduk bersebelahan dengan Fian dengan Melati yang duduk di hadapan Fian persis.
Melati merasa gugup dan sepertinya, ada sesuatu yang membawa Pram kemari pada waktu se-larut ini. Mata Melati nampak cemas dan khawatir meski wajahnya dan gerak-geriknya terlihat tenang.
Dua gelas teh hangat dan sepiring ubi ungu rebus, menjadi suguhan di meja.
"Maaf, ndoro. Saya hanya punya itu."
Mata Melati merujuk pada sepiring ubi yang ia suguhkan.
"Tidak apa. Ini sudah enak dan makanan paling sehat. Oh, ya.... Apa kamu dan Gibran sudah makan malam?".
Pram bersuara dengan suara khasnya yang berwibawa. Kharismanya sebagai pria yang di hormati, nampak jelas terpancar dari wajahnya.
"Sudah, ndoro."
Mata Melati tengah menatap putranya yang sibuk membuka oleh-oleh yang di bawakan Pram untuk mereka. Ada beberapa buku dongeng, peralatan mewarnai, alat tulis dan beberapa makanan yang bergizi.
Melati merasa miris di hatinya, bahkan ia tidak pernah membelikan barang-barang mewah untuk Iban seperti yang di bawakan oleh Pram.
"Melati....."
"Injeh, ndoro".
"Saya minta maaf atas kelakuan anak saya selama ini. Sebagai orang tua, saya memohon maaf setulus hati padamu, nak.
Saya tau, maaf saja Ndak cukup untuk menebus kesalahan fatal yang Faisal lakukan padamu".
Pram menatap Melati dengan wajah sendu.
"Semua sudah terjadi, ndoro. Saya sudah mengikhlaskan mas Faisal untuk bahagia tanpa saya. Ndak ada yang lebih membahagiakan bagi saya selain melihat orang yang saya cintai bisa bahagia.
Sejujurnya, saya sudah mengubur dalam-dalam perasaan saya terhadap......... Ndoro Faisal.
Saya hanya ingin tenang menjalani hari-hari saya dengan Gibran. Hanya Gibran yang saya miliki, ndoro. Tidak ada keluarga lain."
Hening sejenak, sebelum Melati melanjutkan kalimatnya. Ia nampak mati-matian menyembunyikan luka yang terlanjur menggores hatinya.
"Dulu, saya sempat ingin melenyapkan Gibran dari rahim saya, hingga membuat akibat yang fatal pada tangannya.
Tapi saya sadar, hanya Gibran yang saya miliki. Hanya Gibran yang ndoro Faisal sisakan untuk saya. Hanya Gibran bagian dari diri ndoro Faisal yang bisa saya miliki hingga saat ini"
Melati tersenyum lembut. Namun jelas, ia tidak bisa menyembunyikan kelukaan di hatinya yang terlanjur dalam tanpa bisa mengering hingga saat ini.
"Saya mengerti. Kamu memang wanita yang kuat".
"Terima kasih, ndoro".
"Saya juga kemari, ada sesuatu yang hendak saya sampaikan terhadapmu."
"Ada apa, ndoro?"
Melati kembali cemas. Entah mengapa, ia memiliki firasat tidak enak terhadap kedatangan mantan majikannya kali ini.
"Saya datang sebagai wali anak saya, Fian.....
Yang bermaksud hendak meminangmu, dan menjadikanmu bagian dari keluarga Winata.
Saya melamar mu secara resmi, melati".".
Melati memucat.
~~
~~
Malam ini, Faisal tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.
Rianti telah pamit untuk tidur di kamar putrinya.
Malam ini, Faisal tengah membersamai perih yang belakangan ini, bertengger angkuh di hatinya.
Melati.......
Diam-diam Faisal mengeja nama Melati dengan sangat dalam.
Melafalkan penderitaan yang selama ini Faisal berikan pada Melati.
Mengenang kembali saat-saat terakhir kali Faisal menendang Melati dengan sangat kejam dari pernikahan mereka.
Sesak itu kian bertumpu tangguh dalam dada Faisal. Diam-diam, Faisal kembali menangis sembari menyebut nama Melati berulang kali. Jari jemari kedua tangannya meremas dadanya pelan, untuk mengusir sesak.
Tanpa Faisal sadari, Ratri sudah berdiri di ambang pintu yang tidak sepenuhnya tertutup.
Malam ini, Fian dan Pram tengah mengunjungi Melati. Jadi Ratri memilih menginap ke rumah Faisal tanpa memberi tahunya lebih dulu.
"Melati... Kembalilah, Melati. Saya mohon. Beri saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan saya. Saya mencintai kamu. Maafkan saya. Maaf.... maaf. Saya minta maaf, melati".
Gumam Faisal lirih di sela-sela Isak tangisnya yang begitu pilu menyayat hati.
Hati ibu mana yang akan kuat saat menyaksikan kehancuran putranya?
Ratri tentu merasakan lebih hancur saat ini. Ia tidak bisa melakukan apapun untuk menarik putranya dari kubangan penyesalan yang tiada akhir.
"Sal...."
Faisal tersentak dan menghapus asal air matanya. Seketika ia bangkit dan menghampiri ibunya yang juga berjalan mendekat ke arahnya. Dengan kaku, Faisal mencoba untuk menyadarkan dirinya dari kelinglungan.
"Ibu".
"Boleh ibu bicara berdua dengan kamu?"
Faisal mengangguk dan membimbing ibu nya untuk keluar kamar dengan segera, menuju ruang kerjanya.
"Mari, Bu".
Setibanya di ruang kerja, Faisal dan Ratri duduk di sebuah sofa. Mereka saling berdekatan. Kebisuan menyergap keduanya beberapa saat. Ratri tengah memikirkan kata yang telat untuk memulai pembicaraannya kali ini.
"Apa yang kamu rasakan?"
Faisal mendongak, menatap ibunya sekilas kemudian membuang tatapannya ke arah lain. Senyum tipis terulas di bibirnya.
"Tanpa menjawab, ibu pasti toh sudah tau dengan apa yang Faisal rasakan."
"Dan apa yang kamu inginkan sekarang, sal?"
"Faisal ingin Melati, Bu. Faisal ingin Melati bersedia rujuk dengan Faisal, demi Gibran dan demi cinta yang saat ini saya miliki untuknya".
Jawab Faisal mantap. Suara Faisal sangat tegas. Sama sekali tidak ada keraguan yang tersirat.
"Kamu yakin dengan apa yang kamu rasakan, Faisal? Apakah mungkin itu hanya rasa bersalah kamu atas kehadiran Gibran yang tidak kamu ketahui saat kamu telah menceraikannya?"
"Tidak, Bu. Saya yakin saya mencintai Melati dari hati yang terdalam........"
"Tapi adikmu, Fian..... dia yang akan menikahi Melati. Dia yang menolong Melati setelah kamu mencampakkannya, sal. Dia yang selalu ada dan menopang kehidupan Melati setelah menjanda. Ibu mohon, hentikan dan ikhlaskan Melati. Dia berhak bahagia. Fian juga sangat tulus menerima Melati apa adanya".
"Fian mengerti, Bu"
"Ibu harap, kamu harus bisa menerima kenyataan."
Faisal hanya mengangguk tanda mengerti.
Dalam otaknya, ia seperti enggan menyerah begitu saja. Pria berusia tiga puluh enam tahun itu, seperti tidak mau terkalahkan oleh takdir.
Sebersit pemikiran untuk memisahkan Fian dari Melati muncul. Tapi di sisi lain, ia tidak mau menyakiti hati istrinya. Dulu, ia sudah membuat Melati di rundung akibat kebodohannya, dan kini, Faisal tak ingin mengulang kebodohannya hingga membuat istrinya nanti terluka.
Antara nurani dan logika, tengah berperang dalam hati Faisal.
....
....
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Amid Eko
heleh jijik bgt bilang cinta setelah di sakiti dan di ceraikan..
ingat loh masih punya istri gak mikir apa udah punya dua anak sama rianti,, mau melati juga🤣🤣🤣
2024-01-26
1
Iba Shayra
please thorrr jgn bkin melati kmbali sm fausal.. biar melatih sm fian y thor
2021-07-23
1
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
jangan serakah Faisal.. korbankan salah satu
2021-07-13
0