Melati hanyut dalam duka.
Menangisi dirinya yang di perlakukan sangat hina oleh suaminya sendiri.
Malam pertama romantis dan perlakuan lembut, nyatanya kini seolah hanya menjadi angan saja.
Waktu menunjukkan pukul 02.20 dini hari, namun matanya enggan terpejam.
Usai percintaan.... Oh bukan, bukan percintaan tepatnya, melainkan pemerkosaan oleh suaminya sendiri.
Beberapa jam lalu, Melati di usir dari kamar suaminya hanya berbalut dengan kalin sarung milik Faisal. Dan yang lebih membuat melati merasa terhina, dirinya di dorong paksa hingga tersungkur di depan kamar faisal.
Sebenarnya sungguh sangat ironis ketika melati menyebut bahwa apa yang ia alami adalah murni pemerkosaan, bagaimana tidak?
Toh pelakunya adalah suaminya sendiri.
Lucu. Ini sangat lucu.
Dengan memejamkan mata, Melati membiarkan air matanya luruh ke pangkuannya. Meresapi kesakitannya seorang diri. Bukan hanya tubuhnya saja yang terasa lantak oleh hentakan keras pinggul Faisal semalam, melainkan hatinya pun jua ikut remuk redam.
Ingatannya kembali pada kejadian hampir setahun yang lalu.
Kejadian yang mampu mengantarkannya pada pernikahan bersama Faisal.
Pernikahan yang sering kali Faisal sebut petaka di hadapannya.
~
"Mas...mas Faisal telah.... memperkosa saya, ndoro".
Kalimat itu muncul dengan lancar dan di ucapkan dengan intonasi lirih oleh melati.
Pramono Heri Winata.
Pria paruh baya itu tersentak hebat saat mendengar pengakuan anak dari salah satu abdi nya yang sudah meninggal beberapa waktu lalu.
Pram adalah pria yang tegas dan penuh wibawa. Kharismanya Demian kuat di mata masyarakat sekitar. Sebagai garis keturunan salah satu kerabat dekat keluarga keraton, Pram mendapat kedudukan yang cukup tinggi di mata masyarakat.
Pram tidak habis pikir, bagaimana bisa Faisal bis melakukan hal memalukan seperti ini?
"Bagaimana bisa terjadi hal yang seperti ini, cah ayu? Kenapa harus terjadi sama kamu?"
Tanya Pram lirih, dengan menatap melati penuh kasih layaknya sebagai seorang ayah.
Kemudian pandangan mata Pram beralih pada Fian, putra bungsunya yang menatap Melati dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Panggilkan kang mas mu kemari, Fian".
Titah Pram pada putra bungsunya yang menatap Melati penuh arti.
"Injeh, pak".
Fian masuk ke dalam rumah, mencari keberadaan Faisal di kamar.
Hingga sosok tegap muncul dan menatap melati dengan alis bertaut.
Merasa heran karena Melati menangis tersedu sambil duduk di lantai di hadapan ayahnya, Pram.
"Ada apa, pak?".
"Duduk!"
Pandangan mata Pram tidak pernah beralih sedikitpun dari putra sulungnya itu.
Kemudian menunjuk putranya dengan perasaan yang terluka.
"Melati adalah gadis yang baik dan Ndak mungkin membohongi bapak.
Kamu..... Kamu harus bertanggung jawab karna telah menodai Melati, Faisal.
Kalian harus menikah".
~
Lama Melati bergelut dengan berbagai pikiran bersalahnya terhadap Faisal, Hingga lamat-lamat.... suara adzan subuh berkumandang. Dengan langkah tertatih akibat nyeri pada pangkal paha nya, Melati berlalu menuju kamar mandi nya. Ia perlu mengguyur tubuhnya yang terasa lengket.
Usai menunaikan kewajibannya sebagai muslim, Melati lantas bangkit dan menuju dapur. Di sana, mbok Ijah tengah bersiap menuju pasar. Semenjak menikah, Melati bahkan sama sekali tak mendapatkan ijin keluar rumah dari Faisal selama setahun ini.
"Mau masak apa nanti, mbok?"
Melati bertanya lirih.
Berbeda dengan mbok Ijah yang menatapnya dengan penuh iba. Tatapan mata simbok beralih pada beberapa ruam merah yang ada di atas permukaan kulit leher Melati.
"Oh, non melati.......
Simbok mau masak urap-urap, sayur asem sama tumis udang. Semalam, ndoro Faisal yang minta".
Melati mengangguk.
"Apa... non Melati baik-baik saja, non?".
Mbok Ijah nampak cemas mendapati keadaan Melati tidak sedang baik-baik saja. Wajahnya yang sedikit pucat serta matanya sembab, di bingkai dengan lingkaran hitam di sekitar mata.
Tentu Melati menghabiskan malamnya dengan menangis tanpa tidur.
Mbok Ijah paham itu.
"Saya nggak apa-apa mbok".
Inginnya menyangkal, tapi sayangnya tubuhnya tak sejalan dengan kalimat yang melati ucapkan. Air matanya luruh dengan derasnya.
Melihat hal ini, tentu mbok Ijah ikut serta meneteskan air matanya. Selama sebelas bulan ini, mbok ijah lah saksi dari tekanan batin yang dilakukan Faisal terhadap Melati.
Sebagai pembantu, tentu mbok Ijah tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah Faisal.
Tanpa mereka sadari, Faisal sudah berdiri di balik bufet menuju area dapur.
"Saya... saya berusaha kuat bertahan di sini, mbok.... Karna makam ibu ada di dekat sini.
Ndoro Pram dan ndoro putri Ratri terlalu baik untuk saya. Kalau saya pergi, tentu saya mengecewakan dan mencemarkan nama baik beliau sebagai mertua.
Kalau andai suatu hari nanti, mas Faisal benar-benar di ambang batas kebenciannya dan memilih mengusir saya, Saya ikhlas dan senang hati akan pergi dari sini.
Saya tau diri, mbok. Saya yang bersalah sudah memfitnah mas Faisal.
Kesalahan Melati.... nggak akan mudah di maafkan, mbok.... Melati ngerti kok."
"Jadi, non Melati akan pergi bila mas Faisal sendiri yang mengusir?"
"Ya."
Melati menjawab dengan pasrah. Air matanya sudah deras mengalir menganak Pinak.
Faisal melangkah kan kakinya pelan menuju kamarnya.
Sesungguhnya, hati Faisal tidak sekejam itu terhadap Melati. Akan tetapi, dendam dan egonya terlalu tinggi hingga menutup nuraninya yang paling murni.
Usia melati kini menginjak angka Sembilan belas tahun. Ia juga hidup sebatang Kara tanpa sanak saudara. Bila ia pergi, pada siapa Melati harus mengadu?
Berbeda dengan Faisal yang hidupnya terasa lengkap, orang tuanya masih hidup serta hidupnya cukup mapan. Dengan usia mencapai angka dua puluh tujuh tahun, Karier Faisal cukup cemerlang sebagai kepala cabang di salah satu Bank swasta.
Faisal menatap pemandangan pagi hari dari jendela kamarnya di lantai atas, Melati tengah menyapu halaman Depan sambil sesekali ia mengusap air matanya penuh lelah.
Hati Faisal tercubit seketika. Andai Melati tidak menjerumuskan Faisal dalam kubangan dendam, mungkin saat ini kehidupan pasti akan baik-baik saja.
Ponsel Faisal tiba-tiba berdering. Dengan Malas, Faisal meraih ponselnya dan membaca sebuah pesan dari Rianti.
Rianti adalah seorang staf HRD yang memilki postur tubuh sempurna. Bukan nya Faisal tidak mengerti akan gelagat Rianti terhadapnya. Bukan pula menjadi rahasia bila Rianti menyukai Faisal.
Kemudian, sebersit ide gila muncul dalam kepala Faisal.
Mungkin, Melalui Rianti dirinya bisa menyingkirkan wanita yang telah memfitnah dirinya di hadapan keluarga besarnya.
Di bukanya ponsel Faisal. Sebuah perhatian ia dapatkan dari Rianti.
Tanpa pikir panjang, Faisal segera membalas pesan Rianti dan mengajaknya untuk makan malam akhir pekan nanti.
Faisal berpikir, ia ingin sedikit bermain-main dengan Melati, wanita yang sudah menggoreskan kotoran pada wajahnya dan mencoreng nama baik pada nama Winata.
'Akhir pekan, saya mau ngajak kamu makan malam di rumah saya, kalau kamu bersedia'
....
....
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ
faisal memancing kobaran api sendiri..
2023-05-10
0
Resti Lesti
sedih banget aku thot
2022-07-23
1
Giben Nezar
aduh baru 2 part dah mewek....thor aku harap novel mu sampai tamat ya.....sering baca novel hanya karena yang ngelike kurang berhenti begitu saja.....aku kan jadi sebel....mudah"n thor ga
2021-07-26
2