Sekolah dasar di siang ini cukup terik.
Seperti biasa, Gibran hanya menghabiskan waktunya seorang diri dengan membaca buku di halaman sekolah. Uang jajan yang Melati berikan padanya, sudah hampir sebulan ini ia simpan tanpa sepengetahuan Melati.
Di sekolah, tidak banyak yang menjadi teman Gibran. Kebanyakan dari teman sekolahnya, selalu mengejek ketidak sempurnakan fisik Gibran.
Tanggapan Gibran yang cuek dan acuh terhadap perlakuan kawan-kawan nya, tak jarang membuat anak-anak lain menjahili Gibran.
Siang itu, jam istirahat usai karena bel sudah berbunyi hingga memekakkan telinga.
Entah apa yang teman-teman Gibran rencanakan saat Gibran melihat mereka menertawakan Gibran.
Gibran berjalan acuh melewati mereka semua. Saat hampir melewati pintu kelas, Tiba tiba kaki Gibran menabrak seutas tali dan sebuah benda jatuh tepat di sisi kiri pelipisnya, hingga kemudian mengenai pundaknya.
Gibran jatuh. Samar-samar, bau anyir darah yang mengalir bercucuran seiring kesadaran Gibran yang mulai menghilang.
~~
~~
Melati berlari panik melewati koridor rumah sakit. Langkahnya cepat di sertai air mata yang terus mengalir melewati pipi mulusnya.
Di tempat kerja tadi, ia mendapat telepon dari pihak sekolah. Mengabari bahwa Gibran sedang mengalami kecelakaan di sekolah dan sedang di bawa ke rumah sakit.
Sebagai seorang ibu, tentu Melati panik.
Di belakangnya, pak Rio selaku kepala sekolah mengikuti langkah Melati dengan perasaan panik. Sebagai kepala sekolah, pak Rio merasa celaka yang di alami anak berprestasi seperti Gibran, adalah kelalaian pihak sekolah.
Saat tiba di depan ruangan dimana Gibran sedang di tangani, Melati di hentikan seorang dokter dan seorang perawat.
"Saya ibunya Gibran, dokter. Apa yang terjadi pada anak saya?".
Dokter nampak tersenyum menguatkan.
"Kepala anak ibu sedang mengalami cedera. Pasien sedang membutuhkan sekitar dua kantung darah. Mohon maaf karena persediaan darah dengan golongan yang sama dengan putra ibu, sedang kosong. Jadi kami menghimbau untuk saudara atau orang tua segera mendonorkan darah untuk pasien."
"Ambil darah saya, dok. Saya ibunya".
"Baiklah, Bu.... mari kita lakukan serangkaian pemeriksaan lebih dulu".
Langkah Melati serasa terseok-seok mengikuti langkah dokter. Tubuhnya terasa melemas kala itu. Tidak pernah ia bayangkan Gibran akan mengalami hal seperti ini.
Gibran adalah putranya, satu-satunya keluarga yang Melati punya. ia tidak bisa membayangkan bila sesuatu terjadi pada Gibran, pasti Melati akan menyalahkan dirinya sendiri.
Melati memucat ketika mendengar pernyataan dokter bahwa darahnya tidak bisa di donorkan pada putranya.
Satu-satunya yang bisa adalah, Faisal......
Tidak......
Tidak mungkin.
Tidak mungkin ia harus datang dan mengemis pada Faisal, bukan?
Panik......
Itulah yang Melati rasakan saat ini.
Di raihnya ponsel dari kantong celananya, ia perlu membicarakan hal ini pada Fian. Sayangnya, Fian tidak bisa di hubungi.
Melati kalut.
Pak Rio bingung harus bagaimana.
"Ayah Gibran ada di mana to Bu? Barangkali bisa saya bantu menghubungi beliau".
Tanya pak Rio hati-hati. Bukan tidak tau, pak Rio sangat tau bahwa Gibran hanya di besarkan ibunya seorang diri.
Cerita selengkapnya tentang keluarga Gibran, pak Rio tidak tau menahu.
"Ayah Gibran, ada di Yogya, pak Rio. Beliau sudah berkeluarga sekarang. Saya.....
Saya Ndak berani mendatanginya.
Bagaimana ini pak Rio, tolong saya".
Melati mengiba di depan pak Rio.
"Kita harus mendapat donor darah dengan cepat untuk Gibran, Bu. Biar bagaimana pun, kondisi Gibran tidak sedang baik-baik saja."
Ya. Apa yang pak Rio katakan memang suatu kebenaran.
Melati harus membuang egonya jauh-jauh hari ini.
Tidak ada cara lain. Ia harus mendatangi Faisal segera.
Fian.....
Kana pria yang biasa memberinya pertolongan itu? Tidak biasanya Fian akan sulit di hubungi seperti sekarang ini.
Melati mendesah pasrah. dengan langkah tergesa tanpa berganti pakaian, Melati lantas menitipkan Gibran pada kepala sekolah.
Ia harus segera sampai ke Yogya secepatnya saat ini.
~~
~~
Sepanjang perjalanan, pandangan Melati nampak kosong. Ia harus mempersiapkan diri dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Gibran.
Kurang lebih dua setengah jam, Melati tiba di kediaman Faisal. Rumah yang dulu pernah ia tempati saat menjadi istri Faisal.
Dengan gemetar, Melati memencet bel yang tersedia di luar pagar rumah Faisal.
Tak lama, seorang wanita paruh baya membuka pintu dengan pelan.
Alangkah terkejutnya wanita tua itu saat mendapati Melati tengah berdiri menatapnya dengan penampilan yang kacau.
"Non...non Melati?".
"Simbok.... ini Melati, mbok.".
Melati sudah menangis tersedu ketika mbok Ijah memeluk Melati yang nampak rapuh itu.
"Non. Berapa tahun non pergi? Kenapa nggak pernah ngasi kabar simbok? Mbok Ijah selalu khawatir pada non Melati".
"Maafkan Mel......"
"Siapa, mbok?".
Tiba-tiba rianti datang mendekat. Pelukan mereka terlerai ketika itu. Rianti nampak terkejut saat mendapati wanita yang menjadi masa lalu suaminya itu datang secara tiba-tiba.
Wanita yang memiliki nama Melati, nama yang selalu Faisal sebut saat mimpi buruk mendatangi tidur suami nya.
Rianti geram.
"Kamu..... Mau apa kamu ke mari?
Pergi dan jangan pernah datang mencari suamiku. Apa kamu datang mau mengganggu suamiku? Jangan mimpi!!".
Sikap Rianti sama sekali bertolak belakang dengan sikapnya di depan Faisal.
Bukan tanpa alasan.
Sebagai istri, tentu Rianti geram saat mantan istri suaminya, mendatangi kediamannya.
Cemburu tiba-tiba datang menyelimuti hatinya.
"Mbak saya mohon. Saya ada kepentingan makanya saya ke sini. Saya sedang butuh mas fa......".
"Cukup. Saya tau maksud kamu. Kamu mau mas Faisal, iya kan?".
"Mbak saya mohon mbak, saya butuh mas Faisal untuk--"
"Tidak!!"
Rianti mundur dua langkah ketika Melati berniat bersimpuh di kakinya. Melati menekan ego dan menggilas harga dirinya sendiri demi sang putra. Gibran adalah segalanya. Melati rela melakukan apapun demi keselamatan putra semata wayangnya.
"Suruh dia pergi dan tutup pintunya, mbok!!"
Rianti semakin mundur menjauh.
Wajahnya merah padam karna amarah menguasai hatinya. Bayangan kehilangan Faisal tiba-tiba melintas dalam otaknya.
"Apa mas Faisal masih bekerja di tempat yang dulu, mbok?"
Melati bertanya lirih tanpa melepas genggaman tangannya dengan mbok Ijah.
"Iya, non....iya. Ndoro Faisal ada di sana. Kalau memang butuh ndoro sekarang, non Melati datang saja ke kantornya."
Melati mengangguk tanpa berkata apa-apa lagi.
"Masuk mbok.... Tutup pintu pagarnya, sekarang!!"
Suara Rianti kembali melengking.
Melati tidak peduli. Ia lantas berlari mencari kendaraan umum untuk segera sampai ke kantor Faisal.
Siang merambah sore kala itu. Melati memasuki jalanan menuju gedung sebuah bank swasta, tempat mantan suaminya bekerja. Bayangan Gibran yang terbaring tak berdaya terlintas jelas membayang di pelupuk matanya.
"Bertahanlah, Gibran. ibu sedang berjuang untuk mu. Ibu janji akan mempertemukan mu dengan ayah setelah ini.
Tapi bertahanlah untuk ibu, nak".
Belum sempat memasuki gedung, Suara seseorang tiba-tiba membuat tubuhnya menegang.
"Melati..?".
Suara itu......
....
....
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Iba Shayra
knapa d setiap crita nuvet ya.. klo RTanggax sda psah ..trus pnginx ga usah d prtemujan gitu sana anak dn ayahnx.. tpi kdang musibah kt ga tau ya thor.. contohnx sprti gibran alami... knpa bkan darah ibunx yg cocok sm ankx biar ga usah ktemu ayahx slamx...sllu hrus ayahx kbdungx yg hrys cocok darahx.. kcewa dh thor klo fausal hrys dnor drah sm gibran
2021-07-23
1
Iba Shayra
knapa d setiap crita nuvet ya.. klo RTanggax sda psah ..trus pnginx ga usah d prtemujan gitu sana anak dn ayahnx.. tpi kdang musibah kt ga tau ya thor.. contohnx sprti gibran alami... knpa bkan darah ibunx yg cocok sm ankx biar ga usah ktemu ayahx slamx...sllu hrus ayahx kbdungx yg hrys cocok darahx.. kcewa dh thor klo fausal hrys dnor drah sm gibran
2021-07-23
1
Iba Shayra
knapa d setiap crita nuvet ya.. klo RTanggax sda psah ..trus pnginx ga usah d prtemujan gitu sana anak dn ayahnx.. tpi kdang musibah kt ga tau ya thor.. contohnx sprti gibran alami... knpa bkan darah ibunx yg cocok sm ankx biar ga usah ktemu ayahx slamx...sllu hrus ayahx kbdungx yg hrys cocok darahx.. kcewa dh thor klo fausal hrys dnor drah sm gibran
2021-07-23
1