Melati, Cinta Yang Terkoyak

Melati, Cinta Yang Terkoyak

Bab 1

Prang.....

Entah untuk yang ke berapa kalinya, makanan yang Melati bawa tak lagi memiliki makna berharga di mata Faisal Heri Winata,suaminya sendiri. namun, Melati tetap bertahan menghadapi sifat dingin suaminya dalam kurun waktu hampir setahun lamanya.

Sebelas bulan yang lalu, sebuah kejadian menyedihkan menimpa Faisal. Melati yang memang mencintai Faisal, dirinya datang pada keluarga Faisal yang memiliki trah ningrat. 

Bukan tanpa alasan, Melati sudah tak bisa berpikir jernih, cintanya pada Faisal rupa-rupanya membuatnya mengada-ada di hadapan keluarga Faisal yang merupakan keluarga bermartabat tinggi.

"Sudah berapa kali ku katakan, aku nggak mau kamu menyiapkan apapun untuk keperluanku?

Apa matamu buta? 

Apa telingamu tuli?

Apa otakmu nggak lagi memiliki fungsi?"

Faisal berucap dengan nada dingin.

Bagi Melati yang sudah terbiasa dengan perlakuan Faisal, ia hanya diam dengan wajah datar, meski pendar kepedihan jelas terpancar dari netra matanya yang senantiasa sembab setiap pagi 

"Mas, kamu boleh membenciku, tapi tolong...

Jangan siksa dirimu dengan tidak mau makan begini. Makanlah barang sedikit saja. 

Setelahnya, kamu boleh berangkat kerja".

Melati mencicit lirih. Suaranya menyerupai bisikan angin.

Bohong bila dirinya tak merasa tertekan tiap kali dia berhadapan dengan Faisal. Ia seakan seperti binatang yang dikuliti habis-habisan oleh Faisal hanya dengan sorot mata tajam Faisal yang menatapnya penyluh kebencian.

"Kamu mengaturku?".

"Eng--enggak..... tap.... Tapi...."

"Minggir, jangan halangi saya. sudah berapa kali saya katakan, jangan pernah mencampuri urusan ku".

Faisal berlalu pergi. Langkahnya lebar dan mantap. Setibanya di ruang tengah, dirinya mendapati mbok Ijah sedang membersihkan meja televisi.

Dengan berdaham sebentar, Faisal memanggil mbok Ijah yang tak menyadari keberadaannya.

"Mbok, sini mbok".

Faisal memanggil pembantu rumah tangga yang ia bawa dari kediaman orang tuanya. Mbok Ijah sudah mengabdi pada keluarga Winata selama bertahun-tahun lamanya semenjak Faisal masih balita.

"Injeh, ndoro".

Dengan senyum ramah di wajah yang sudah mulai keriput itu, bi ijah menghampiri Faisal dan duduk di lantai yang beralaskan karpet.

"Duduk di kursi saja, mbok".

Pinta Faisal pada mbok Ijah yang selalu duduk di bawah. Meski kedudukan mbok Ijah sebagai pembantu, namun Faisal tetap menghargai mbok Ijah sebagai orang yang lebih tua dan patut di hormati.

Di sinilah kelebihan Faisal, tidak pernah membeda-bedakan strata sosial dengan siapapun. Toh baginya semua sama.

"Ada yang bisa simbok bantu, ndoro?".

Faisal tersenyum hangat pada mbok Ijah. Jemari kanannya mengambil sebuah kertas kecil yang ia selipkan pada  kantong celananya di sebelah kanan, kemudian menyerahkannya pada wanita paruh baya di hadapannya itu.

"Ini daftar tugas yang harus wanita itu lakukan dalam seharian ini, mbok. Ingat.... 

Saya nggak mau kalau wanita itu berdiam diri di rumah menikmati harta saya dengan nyaman. 

Dia harus mengerjakan tugas yang saya catat itu. Jangan sampai simbok membohongi saya, karna tiap sudut rumah ini, saya sudah memasangnya dengan cctv".

Di balik bufet, Melati berusaha menggigit bibirnya agar isakan tak lolos dari bibirnya yang gemetaran.

**

Hari sudah merambah malam. Senja mulai tenggelam di ufuk barat. Mentari yang seharian ini bergantung pada langit dengan angkuhnya, kini mulai tenggelam menuju peraduannya. Suara desah angin serta gesekan ranting angin dan dedaunan di halaman belakang, mulai membawa hawa sejuk.

Di halaman belakang, Melati Aruna sari tengah menyelesaikan pekerjaannya menanam dan menyiram beberapa sayuran serta beberapa jenis bunga. Meski letih karna seharian Faisal, sang suami memberinya begitu banyak pekerjaan, namun tak sedikitpun dirinya mengeluh.

Semua di jalaninya dengan suka cita. Tak sedikitpun ia biarkan fisiknya lemah di hadapan Faisal. Ia hanya ingin dirinya segera menyelesaikan pekerjaan dan beristirahat.

Usai pekerjaannya beres, Melati segera bangkit dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Tak kan Melati biarkan dirinya dalam keadaan lusuh ketika menyambut suaminya pulang kerja nanti.

Dengan wajah yang lelah namun penuh semangat, Melati bergegas menyelesaikan mandinya dan memoles wajahnya dengan sedikit sentuhan make up.

Tepat ketika jemarinya meletakkan lipstik, rungunya tetiba menangkap suara deru mobil memasuki halaman rumahnya. 

Bukan....

Melainkan rumah kediaman suaminya.

Faisal......

Bahkan pria itu tak Sudi bila siapapun yang menyebut ini adalah rumahnya bersama Melati. Bagi Faisal, rumah ini adalah kediaman miliknya sendiri. Melati hanyalah sebuah benalu yang selalu merepotkan dirinya.

Mengingat hal ini, membuat Melati tersenyum pahit.

Tak ingin berlama-lama membiarkan dirinya di dalam kamar, Melati segera bangkit dan menuju pintu utama untuk menyambut kedatangan suaminya. 

Meskipun nanti penolakan dan sikap dingin Faisal padanya yang akan ia dapatkan, Melati akan menerimanya dengan senang hati. Melihat wajah Faisal yang tampan saja, membuat nya bahagia luar biasa.

"Mas sudah pulang?"

Langkah Faisal terhenti dan menatap tajam Melati. Hal ini tentu bukanlah hal yang tabu bagi Melati. Bahkan ucapan-ucapan hingga makian-makian kasar acap kali melati terima. 

Dengan menunduk, Melati siap andai setelah ini Faisal akan memaki dan melemparinya dengan apapun. Seperti yang seringkali Faisal lakukan padanya. Tak jarang, dirinya di lempar oleh sepatu bekas di pakai Faisal.

"Apa matamu buta?"

Hanya itu yang Faisal katakan sebelum ia berlalu pergi. Meninggalkan melati yang sesegukan di tempatnya tanpa berniat beranjak dari sana. 

Dengan langkah tertatih, melati memantapkan langkahnya menyusul Faisal ke dalam kamarnya. Dirinya sudah bertekad akan berbicara dengan Faisal, meluruskan kesalahannya di masa lalu sebelum pernikahan mereka di langsungkan.

Dengan gemetar, melati mengetuk pintu Faisal pelan. Berharap suaminya itu bersedia memberikan waktunya sepuluh menit saja untuk melati. 

Melati sudah memantapkan niatnya kali ini. 

Baru ketukan ke dua, pintu terbuka dari dalam. Faisal yang niat awalnya akan menemui mbok Ijah, kini urung karna melihat wanita yang paling di bencinya telah berdiri di hadapannya dengan mata sembab.

Kasihan? Atau iba?

Jangan harap, sejatinya Faisal tak ingin ini terjadi. Sayangnya, Melati lah yang mematik api kebencian dalam diri Faisal hingga berkobar. Membakar seluruh hati dan nurani yang selama ini Faisal miliki untuk wanita itu.

"Jangan menghalangi langkahku, pergi sana!!"

Usir Faisal pada Melati.

"Mas, aku mohon. Beri aku kesempatan satu kali lagi. Biarkan aku bicara padamu. Tolong mas, tolong. Setelah ini kamu berhak ngelakuin apa aja."

Sejujurnya, Faisal tak ingin mendengar apapun lagi penjelasan dari Melati. Toh semua sudah terjadi dan penjelasannya tak akan merubah apapun. Apalagi kini Faisal telah menikahi melati. Dan menikahi melati, Faisal lakukan karna keterpaksaan.

"Aku nggak Sudi ketemu kamu.".

Dengan perasaan dongkol, Faisal mendorong pintu hingga nyaris tertutup andai melati tak segera mendorong keras dan memberanikan diri masuk ke kamar Faisal.

"Biarkan aku masuk biar aku segera keluar dari sini secepatnya.".

Ungkap melati dengan air mata yang kembali luruh. 

Dengan kilat amarah yang berkobar pada netra matanya, Faisal menjauhi melati, menduduki meja kerjanya dan melipat ke dua tangan di depan dadanya. Menunggu tanpa kata, tentang apa yang akan wanita itu kataka padanya.

"Sampai kapan mas akan bersikap seperti ini? Kita suami istri, mas. Tapi kenapa mas nggak pernah memperlakukan aku sebagai istri kamu? Setidaknya, buka hatimu sedikit saja buatku."

Ucap melati di sela-sela suaranya yang tersendat-sendat karna tangis.

"Apa mau kamu? Katakan secara gamblang, aku tak suka orang yang hobi bertele-tele seperti kamu".

"Kamu selalu kasar sama aku meski aku udah mengabdikan hidupku di samping kamu. 

Aku mencintaimu, mas. Tapi sedikitpun kamu nggak menyentuh aku, istrimu".

"Kau mau aku menyentuhmu?

Baiklah, jangan menyesal karna setelah ini, ku pastikan kamu akan menyesali ucapanmu sendiri."

Dalam tangis yang tergugu, melati memasrahkan semuanya pada Tuhannya. Menguatkan hati agar tetap sabar menghadapi sikap suaminya.

Maka, dengan kasar Faisal menyeret melati dan melemparnya ke atas ranjang, dan di detik berikutnya.........

...

...

...

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

mampir🙏

2023-12-22

0

Yen Margaret Purba

Yen Margaret Purba

setelah memaki lalu meminta maaf krn hukuman Tuhan seyogia nya paling mantul

2022-02-13

1

Ratna0789

Ratna0789

salam kenal kak... aku mampir sini, jika berkenan mau ijin promosi kak, mampir yuk kak semua ke cerita ku yang judulnya "Cinta Devan Untuk Naya" terimakasih kak 🤗🙏

2021-11-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!