"Apa Ndak sebaiknya kalian rujuk, mengingat ada Gibran di antara kalian?".
"Tidak!!".
Melati memucat, kepalanya menggeleng keras sebagai tanda ia begitu menentang ide konyol mantan majikannya itu.
Apa tadi katanya?
Rujuk?
Melati bukanlah jenis wanita yang mudah melemparkan dirinya pada masalah yang cukup rumit. Cukup sudah kesalahan sepuluh tahun lalu menjadi pelajaran baginya.
"Iban, Iban masuk ya, sayang..... Ibu mau bicara dengan ayah....".
Gibran bangkit dan berjalan lesu menuju kamar. Melati tidak ingin bila nanti Gibran mendengar obrolannya kali ini bersama ayah dari putranya itu.
"Kenapa, Melati? Apa kamu nggak memikirkan anak kita?"
Kali ini Faisal yang bersuara lembut. Sorot matanya penuh penyesalan dan permohonan.
Hatinya mendadak perih mendapat penolakan keras dari Melati.
Mungkinkah dulu ini yang di rasakan Melati, ketika dirinya menolak mentah-mentah Melati sebagai istrinya?
"Saya tau ini terlalu cepat setelah perpisahan kita sembilan tahun lalu. Saya akan berikan kamu waktu untuk berpikir, berapapun lamanya".
Kalau dulu Melati akan dengan senang hati menerima pinangan Faisal, tapi sekarang tidak lagi. Ada banyak hal yang menjadi alasan, mengapa Melati saat ini memilih mengubur cintanya yang begitu dalam terhadap Faisal.
Melati tidak ingin luluh dan menjadi hilang kewarasannya begitu saja.
"Saya tidak butuh waktu, apalagi harapan kosong, ndoro. Mengertilah..... Saya tidak ingin memupuk harapan saya. Saya tidak ingin nantinya, saya banyak berharap dan pada akhirnya, yang saya dapatkan tidak sesuai harapan saya".
Melati benar. Bila dirinya terlalu besar menaruh harapan, ia takut kembali sakit ketika yang ia dapatkan, tidak sesuai dengan harapannya, apalagi yang Faisal janjikan.
"Apakah itu artinya kamu menolak saya?".
"Iya, ndoro. Hubungan kita hanya sebatas mantan istri dan mantan suami. Tidak lebih".
"Meski saya berlutut di kakimu?".
"Ya".
"Apakah alasannya karena saya terlalu menyakitimu di mas lalu?".
"Bukan".
"Lalu?".
"Karna saya tidak mau di madu. Karna saya tidak ingin menyakiti hati istri ndoro Faisal, dan juga karna...."
"Karna apa, Melati? Katakan".
Melati terisak.
"Karna. Karna..... saya, saya hanya putri seorang abdi dalam keluarga ndoro Winata. Saya tidak akan lupa dengan siapa saya, dan darimana saya berasal, ndoro....... Sama sekali tidak akan lupa".
Melati ingat, di malam pertama pernikahan mereka, Faisal dengan kejamnya mengatakan bahwa Melati tidak pantas dengannya. Itu pun karena Melati hanyalah anak seorang abdi.
Hati Melati kembali perih seketika.
Meski kejadiannya telah lama, bahkan sebelum Gibran lahir, namun lukanya masih menganga seperti tidak pernah kering.
Faisal bangkit dan menghampiri Melati. Dirinya duduk berjongkok di depan Melati, berusaha meraih jemari melati yang saling bertaut rapat karna emosi.
"Bukankah itu artinya kamu menolak saya karna masih belum bisa memaafkan saya sepenuhnya?".
"Ja - - jangan seperti ini, tuan".
Melati tercekat sejenak.
Namun Faisal tetap tidak memgindahakan ucapan Melati.
"Sa-saya tidak tau dengan apa yang saya rasakan. Tapi luka masa lalu yang membuat saya seperti ini. Tapi sesungguhnya, saya sudah berusaha keras untuk ikhlas dan legowo menerima apapun yang terjadi pada saya.
Meski sakit, Tapi saya sudah berusaha mengenyahkan dendam. Saya tidak ingin balas menyakiti anda, ndoro Faisal"
"Itu karena cintamu yang besar itu pada saya, cintamu untuk saya masih bertengger dahsyat dalam hati kamu, iya kan? Bagaimana pun, saya tidak ingin menelantarkan anak saya dan ibunya. Saya juga tidak bisa meninggalkan Rianti karna dia juga ibu dari dua putri saya.
Saya tidak ingin melakukan kesalahan lagi dengan menelantarkan wanita, seperti yang saya lakukan di masa lalu".
"Dan saya juga tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti di masa lalu, ndoro."
"Seperti mencintai saya? Apakah mencintai saya adalah suatu kesalahan?".
Melati menggeleng.
"Ya. Cinta ini salah. Saya akan mempertanggung jawabkan kesalahan saya. Apapun yang terjadi".
Di sinilah Faisal menyadari, betapa Melati adalah wanita yang keras kepala meski ia memiliki kesopanan dan kesantunan yang murni. Namun di sisi lain, Faisal juga menyadari, Melati adalah wanita rapuh yang memaksakan dirinya untuk tangguh seorang diri.
Faisal kagum.
"Cinta kamu tidak salah, Melati. Mari kita mulai dari awal. Saya berjanji akan bersikap adil dan jug........"
"Bagaimana bila saya meminta menjadi satu-satunya Nyonya besar Faisal Heri Winata, sebagai ganti penderitaan yang ndoro torehkan di masa lalu? Apakah ndoro Faisal bersedia mewujudkan? Apakah ndoro masih tetap kokoh akan menebus kesalahan masa lalu".
Dengan berani, Melati mencoba menantang Faisal kali ini. Entah keberanian dari mana, Melati dengan tajam menatap Faisal. Sesuatu yang baru pertama kali Melati mampu lakukan.
"Dulu, ndoro mengatakan pada saya, bahwa saya wanita kejam nan egois tanpa memikirkan perasaan panjenengan, yang tertindas akan kebohongan dan fitnah saya. Jadi, bolehkah kali ini saya mewujudkan apa yang njenengan tuduhkan ke saya? Menjadi egois tanpa memikirkan perasaan panjenengan?
Bukankah suatu kerugian bila saya tidak menjadi seperti yang ndoro ucapkan?".
Cukup sudah. Melati hilang kesabarannya kali ini. Ia tidak mau perasannya kembali di tarik ulur oleh Faisal. Melati tidak akan memberikan kesempatan pada Faisal.
"Saya juga tidak ingin menikah dengan pria yang tidak mencintai saya. Bila Gibran adalah satu-satunya alasan panjenengan meminta kembali rujuk, mohon maaf, saya tidak bisa, ndoro".
Tambah Melati kemudian, yang di ucapkan dengan suara lirih.
"Bagaimana bila saya katakan bahwa saya mencintai kamu? Sembilan tahun saya merasakan kehilangan selepas kepergian kamu, Melati".
"Tap...tapi........."
Belum sempat Melati melanjutkan kalimatnya, suara Fian yang lantang tetiba terdengar menggema ke seluruh penjuru ruangan.
"Tapi Melati akan menikah denganku, kang mas. Kami sudah sepakat menikah dua bulan lagi".
....
....
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Hesty Aditya
seru,,!!
2021-11-21
1
guntur 1609
cocok tu fian....biarkan ja faisal....menderita.. enak x dia mau pakai istrinya dua dua
2021-09-03
2
Hertjina Saselah
mantap
2021-08-29
1