Seharian ini, Faisal bersantai ria di dalam kamarnya. Faisal memang selalu begitu. Seharian dia akan mengurung diri di kamarnya di akhir pekan tanpa berniat keluar rumah.
Bahkan untuk mengunjungi rumah besar Pramono, sang ayah.....
Faisal merasa malu karna Keluarganya terlanjur mengecap jelek dirinya atas pemerkosaan terhadap Melati yang tidak pernah ia lakukan.
Dua Minggu berlalu setelah acara makan malamnya bersama Rianti malam itu. Kini, Faisal berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang membelenggunya selama sebelas setengah bulan ini.
Setelah seharian Faisal berkutat dengan pikirannya, ia berhasil memutuskan kemana arah pernikahannya bersama Melati setelah ini.
Namun, sekelebat bayangan Melati yang menangis saat pertama kali Faisal menyentuhnya, kembali terbayang.
Faisal gamang.
Ada sudut hatinya yang menentang keras keputusannya untuk mengakhiri rumah tangganya bersama Melati.
Tidak.
Faisal tidak akan terpengaruh lagi kali ini.
Ia harus menutup mata dan telinganya demi kebahagiaannya. Cukup sudah selama ini Ia menderita karna fitnah kejam Melati padanya.
"Mbok.... Simbok...?"
Suara Faisal lantang memanggil mbok Ijah kali ini.
"Iya, ndoro.... Ada yang bisa saya bantu?"
"Panggil Melati kesini, mbok. Ada yang mau saya bicarakan pada simbok dan Melati".
"Injeh, ndoro".
Mbok Ijah mengangguk patuh.
Dalam hati, ia merasa firasatnya kali ini tidak lah baik.
Langkah mbok Ijah terasa berat, entah karna apa. Yang jelas saat ini, hatinya mendadak tidak nyaman.
Mbok Ijah datang bersamaan dengan Melati, mereka berjalan bersisian dengan wajah cemas. Biasanya, Faisal akan marah karna sesuatu bila ia memanggil mbok Ijah dan Melati bersamaan.
Akan tetapi, kali ini raut wajahnya menampakkan kelembutan.
Melati menatap suaminya takut-takut.
Duduk, mbok... Kamu juga, Melati.
Mbok Ijah memilih duduk di lantai beralaskan karpet berbulu lembut. Seperti biasa, Melati duduk di atas kursi di hadapan Faisal dengan perasaan takut-takut.
Kedua tangannya saling bertaut dan meremas pelan, berusaha menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam hatinya.
"Berapa usia pernikahan kita, Mel?".
Faisal menatap lekat Melati yang menunduk, tak berani mengangkat wajahnya.
"Ha-hampir setahun, mas". Cicit Melati lirih.
Keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya yang tiba-tiba mendadak dingin.
"Apa nggak cukup waktu setahun ini kamu menyiksa saya?"
Sekuat tenaga Melati menahan agar air matanya tidak tumpah saat mendengar pertanyaan Faisal yang menyudutkannya.
"Ap--apa maksud njenengan, mas?".
"Saya lelah, Melati. Ayo akhiri semuanya. jangan khawatir, Saya akan tetap akan memberikan mu tempat tinggal dan memberimu hak Iddah mu usai kita bercerai."
"Mas...." Belum sempat Melati melanjutkan kalimatnya, Faisal lebih dulu menyela nya.
"Mari kita bercerai dan kita akhiri semua yang menyakitkan ini, Melati. Biarkan saya bahagia dengan pilihan saya, Dan saya yakin kamu pasti bahagia dengan hidupmu seperti ini".
"Katakan apa kesalahan saya, mas?"
"Kamu masih tanya setelah mencoreng nama baik Winata?"
Hening sejenak, hingga melati hanya bisa pasrah menerima keadaan ini.
"Lakukan bila mas Faisal bahagia."
"Baik, dengan ini, saya Faisal Heri Winata menjatuhkan talak satu saya terhadap kamu, Melati Aruna sari, dengan mbok Ijah sebagai saksinya".
Lengkap sudah rukun cerai Mereka di hadapan agama. Melati mendongak, menatap Faisal dengan pandangan penuh luka. Air mata yang ditahannya sejak tadi, kini runtuh seketika.
Hati Faisal berkedut.
Entah mengapa, dadanya terasa sesak melihat wajah Melati memerah akibat tangis.
Melati mengangguk pasrah. Bibirnya seakan kaku dan tidak bisa bicara lagi.
Faisal bangkit tanpa bisa berkata lagi.
senja ini, adalah senja terburuk yang pernah melati lewati dalam hidupnya setelah kepergian ibunya, tentu saja.
"Besok, saya pastikan saya mendapatkan rumah untuk tempat tinggalmu setelah ini.
Karna tidak mungkin, bukan.... kita tetap tinggal satu atap sementara kita sudah bercerai?
Malam ini, tetap tidurlah disini".
Tukas Faisal sebelum ia benar-benar berlalu pergi dari sana.
Melati luruh ke lantai dan memeluk mbok Ijah dengan hati terluka. Dulu, saat ibunya masih ada, ibunya lah yang akan menjadi sandaran saat duka menimpa Melati. Tapi kini, ibunya telah menyatu dengan tanah. Mungkin, ibunya saat ini menangis lirih di surga akibat kebodohan Melati sendiri.
"Mbok.... kuatkan Melati, mbok".
Melati menangis tersedu-sedu. Tangisnya tumpah ruah saat ia mendapati kenyataan bahwa ia sudah di tinggalkan oleh Faisal.
"Sabar, non. Non melati pasti kuat".
Melati melerai pelukannya, hatinya tercabik dengan sangat mengerikan.
"Iya, mbok. De..Demi kebahagiaan mas Faisal.... Melati harus kuat. Melati harus ikhlas. Bukan begitu, mbok?"
"Iya... iya... non Melati wanita yang kuat".
Ucap mbok Ijah menimpali dengan suara rendah.
Di balik dinding, Faisal memejamkan mata untuk membuatnya tenang. Entah mengapa, emosinya terguncang saat ini ketika Melati menangis hingga sedalam itu.
Benarkah Melati benar-benar begitu dalam mencintainya?
~~
~~
Seperti sebuah firasat, Ratri dan Pram sengaja mendatangi kediaman Faisal. Faisal memang belakangan ini, tidak pernah mengunjungi kediaman Pramono.
Rindu, beserta perasaan yang campur aduk, entah apa itu, Pram dan Ratri sendiri seperti tidak sabar untuk menemui putra sulung mereka.
Pagi sudah merambah siang ketika Melati baru saja selesai mengepak pakaiannya ke dalam koper usang miliknya. Meski ia berstatus istri Faisal, tetapi tidak serta Merta membuat penampilannya jauh lebih baik.
Pintu terketuk dari luar, Mbok Ijah segera membuka pintu ketika suara ketukan pintu terdengar. Sedang Melati, sudah siap dengan kopernya dan hendak pergi setelah pagi tadi, ia menemukan sebuah rumah kontrakan.
Melati bertekad, ia akan bekerja dan menggunakan ijasah SMA nya setelah ini.
"Oh, ndoro ...."
Mbok Ijah menyalimi Pram dan Ratri dengan khidmat. Sepasang suami istri itu nampak tersenyum bahagia.
"Masuk, ndoro, Monggo Monggo".
"Melati mana, mbok?"
Ratri bertanya sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Berbeda dengan Pram yang hanya tersenyum tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Ada, ndoro... "
Langkah Ratri semakin menuju ke bagian terdalam rumah Faisal. Ayunan langkahnya terhenti ketika tiba-tiba, ia menemukan sosok Melati yang mematung dengan tangannya yang siap menyeret koper untuk segera pergi.
"Ka... kamu mau kemana, cah ayu?"
Pram yang penasaran pun segera mengikuti langkah sang istri. Mata Pram menatap tajam Melati.
"Sa....saya..."
Melati menata mbok Ijah sebagai permintaan perlindungan. Dan mbok ijah menganggukkan kepalanya sebagai tanda agar Melati mengatakan yang sesungguhnya.
"Maaf, ndoro. Sebaiknya di bicarakan dengan tenang. mari, duduk dulu".
Mbok Ijah mempersilahkan majikannya untuk duduk di ruang tengah, yang memang kebetulan Melati ada di sana dari tadi.
"Mas Faisal.... sudah menjatuhkan talak pada saya, pak.... Bu..."
"Apa?"
Pram dan Ratri terkejut luar biasa.
"Hubungi Faisal sekarang, mbok. Anak itu.... Anak itu kenapa gegabah dan nggak berunding dulu sama orang tua? Benar-benar Faisal itu."
Pram berkata tegas. Rahangnya mengeras ketika ia melihat Netra mata Melati menyorot penuh luka.
Tak lama......
Faisal tiba bersama Rianti karna memang saat ini bertepatan dengan jam makan siang.
Semua mata tertuju pada kehadiran Faisal bersama seorang wanita berparas ayu nan terawat itu.
Maka, Pram segera.......
....
....
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
semua salah melati karna ingin m3ndapatkan apa yg dia mau dgn cara yg salah
2021-10-25
0
Giben Nezar
masih tetap sedih ya
2021-07-26
1
Iba Shayra
ttap prgi melati kmu uda d talak.. jgn ngemis cinta sm faisal.. laki" mcam faisal ga pantas tuk kmu cintai
2021-07-23
1