Bab 9

Mimpi itu, mimpi yang begitu nyata.

Melati selalu datang lewat mimpi-mimpi di malam-malam Faisal. Mimpi buruk yang seperti momok mengerikan.

Tak jarang karenanya, Faisal takut untuk tidur dan berakhir dengan insomnia yang belakangan di deritanya.

Dalam mimpi........

**

*Seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki tengah meronta meminta di lepaskan dari jeratan rantai yang membelenggu seluruh tubuhnya yang tertutup kain sutra hitam.

Kain sutra hitam itu membelit seluruh tubuh anak laki-laki yang selalu memanggil Faisal dengan sebutan ayah.

Faisal selalu iba namun entah mengapa, ia tidak bisa melakukan apapun.

Tak jauh dari sang anak yang menangis tersedu itu, Melati bersimpuh dengan derai tangis yang memilukan, menjerit untuk meminta Faisal kembali dan membawa mereka pergi bersama Faisal.

Hati Faisal tersayat.

Dia selalu bangun dari tidurnya dengan nafas memburu dan keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya.

Ia seperti di dera rasa ketakutan dan iba yang luar biasa menyayat hati. Jiwanya seolah menjerit untuk segera membawa Melati kembali.

Rianti terkadang menangis saat Faisal telah sadar dari mimpinya.

Saat Faisal bertanya, Rianti hanya menggelengkan kepalanya pelan tak menjawab*.

**

~~

"Hallo jagoan om Fian yang tampan".

Fian datang dengan membawa beberapa paperbag berisi mainan dan beberapa pakaian serta alat-alat tulis baru untuk Gibran.

Gibran yang menyambut kedatangan Fian hanya tersenyum tipis, menyalimi takzim tangan Fian dan kemudian memasang wajah datarnya lagi.

Gibran memang begitu, dinginnya sikap Gibran mirip sekali dengan Faisal muda. Fian terkadang tersenyum getir.

Di rumahnya, Fian dan Faisal selalu di perlakukan sama meski Fian berbeda dengan Faisal.

Fian Rama Winata......

Adalah anak dari seorang Pramono bersama selir kala itu. Kecelakaan masa lalu membuat Pram harus menikahi ibu Fian yang sudah kehilangan suaminya akibat kecelakaan tersebut.

Setahun setengah pernikahan Pram dan Yatmi, ibu Fian, Fian terlahir ke dunia. Sayangnya, Yatmi meninggal usai melahirkan akibat pendarahan kala itu.

Beruntung, Ratri adalah istri yang baik dan patuh pada suami. Ia membesarkan Fian dan Faisal bersama-sama, tidak pernah sekalipun Faisal dan Fian di perlakukan beda.

Ah, mengingat masa lalu Fian dan Faisal, Fian kembali di dera rasa bersalah akibat menyembunyikan Gibran dan Melati.

Padahal, Faisal mempercayakan pencarian melati padanya.

Fian akan terima bila suatu hari nanti, Faisal menyebutnya sebagai pengkhianat.

"Ibu gibran ada, sayang?".

"Ada, om. Masih di rumah jahit. Apa Gibran panggilkan?"

"Jangan. Biar nanti om menunggu ibu pulang, ya. Ini om bawakan alat-alat tulis untuk Gibran."

"Makasih, om".

Gibran hanya tersenyum tipis.

Fian ingin rasanya memaki keponakannya ini

Reaksinya yang terlalu cuek dan biasa saja, membuat Fian gemas sekaligus gregetan pada sosok anak kecil yang cerdas ini.

Tak lama, Melati datang dengan membawa sekantung kresek sayuran dan telur.

Melihat Fian, Melati tersenyum. Dokter muda itu lantas bangkit dan menghampiri Melati.

"Kamu apa kabar, Mel?"

"Baik, Panjenengan sendiri bagaimana? Sehat?"

"Ya, Alhamdulillah. seperti yang kamu lihat, saya sehat".

"Bagaimana kabar ndoro sepuh dan ndoro putri?"

Wajah Melati mendadak berubah sendu.

Gibran yang melihat wajah ibunya menjadi sensitif. Anak pintar itu lantas pura-pura menyibukkan diri dengan mengotak-atik mainan yang Fian bawakan.

Namun siapa sangka, pikiran dan pendengarannya merespon tajam dengan topik yang ibunya angkat. Ini seperti hal yang sensitif.

Gibran dan segala ke ingin tahuannya, meronta untuk mencari tau nama asing yang ibunya sebutkan tadi.

"Bapak sama ibu sehat".

"Iban, kamu masuk gih. Minta tolong masukkan ini ke dalam kulkas dan di tata, ya.

Ibu mau ngomong sama om Fian dulu".

"Injeh, Bu".

Gibran berlalu. Ia menata belanjaan ibunya dengan cepat. Keterbatasan fisik tidak lantas membuatnya malas. ia adalah anak yang cekatan dan bisa di andalkan dalam segala hal, termasuk pekerjaan rumah.

Terkadang, Melati melarang putranya itu untuk melakukan pekerjaannya di rumah, namun tak jarang Gibran memaksa dan tetap membantunya.

Hal itu tentu membuat Melati bangga.

Sangat bangga.

Hening sejenak.

Faisal dengan sabar menunggu apa yang hendak Melati sampaikan padanya.

Sembilan tahun bertemu diam-diam dengan melati, membuat benih-benih cinta itu bercokol kuat dalam hati Fian.

Itulah alasan Fian masih enggan berumah tangga hingga saat ini, meski ia telah menjadi dokter SpOG.

"Gibran minta jalan-jalan ke Yogya."

Kalimat lirih Melati berhasil membuat Fian tersenyum.

"Ya sudah, biar Saya yang membawanya jalan-jalan."

"Tapi....... bagaimana kalau nanti ketemu dengan ndoro Faisal?".

Melati menyuarakan isi hatinya.

"Memangnya kenapa? Toh mas Faisal ayahnya?

Apa yang salah?"

Melati menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Jangan. Gibran Ndak boleh ketemu ayahnya. Saya Ndak mau keluarga kecil ndoro Faisal menyalahkan saya karna datang tiba-tiba. Saya Ndak mau merusak kebahagiaan mereka.

Saya cukup tau diri, mas Fian. Saya Ndak mau menjadi duri dalam rumah tangga mereka."

"Sampai kapan? Kalau memang begitu asumsi kamu, Ayo kita menikah dan lupakan mas Faisal".

Tandas Fian tiba-tiba.

Entah untuk yang ke berapa kalinya, Fian mengajak Melati untuk menikah. Namun lagi-lagi Melati menolak dan selalu menolak.

"Saya ingin sendiri, mas Fian".

"Apa waktu sembilan tahun masih belum cukup untuk kamu sendiri?

Kalau kamu merasa ada yang belum terselesaikan dengan mas Faisal, selesaikan segera. Datanglah pada mas Faisal dan katakan tentang kehadiran Gibran di antara kalian.

Saya hanya mau kamu ikhlas dan tidak lagi terbayang-bayang oleh masa lalu kamu, Melati.

Tidak kah kamu kasihan dengan Gibran?".

Suara datar Fian, berhasil membuat Melati kembali menangis.

"Berhenti, Melati. Hati saya tercabik ketika melihat kamu menangis.

Cukup sudah saya menahan rasa bersalah saya pada keluarga Winata. Keluarga saya sendiri.

Saya mohon.

Selama sembilan tahun, saya tidak meminta apapun dari kamu atas balasan jasa saya yang sudah menyembunyikan dan melindungi kamu dari mas Faisal yang menyakitimu, tapi sekali ini saya minta, berdamai lah dengan masa lalu dan mari hidup dengan baik.

Saya mencintai kamu, dan belajarlah mencintai saya usai kita menikah nanti.

Saya janji saya akan membahagiakan hidup kamu dan menerima Gibran sebagai anak saya sendiri. Dan kamu nggak perlu bekerja lagi dengan lelah seperti ini".

Melati mematung.

Kalimat Fian menghantam keras dadanya.

"Sa--saya."

"Pikirkan lagi. Saya nggak mau ada dendam, sakit hati, cinta terpendam, atau apa lah itu yang berhubungan dengan masa lalu kamu dan mas Faisal. Hanya itu yang saya minta sepanjang sembilan tahun ini".

"Menikahlah dengan wanita lain yang berasal dari keluarga baik-baik, mas Fian. Saya Ndak pantas untuk njenengan."

"Siapapun tidak berhak menilai pantas atau tidak pantasnya kamu mendampingi hidup saya, termasuk kamu".

Dari balik dinding, Gibran menyimpan satu nama yang Fian ucapkan sebagai ayah Gibran.

Dalam hati, Gibran bertekad kuat untuk mencari ayahnya suatu hari nanti. Dengan ataupun tanpa restu dan ijin ibunya sekalipun.

Faisal......

Faisal......

Faisal......

Gibran yakin, Gibran akan menemukannya.

....

....

....

Terpopuler

Comments

Siska Febriana

Siska Febriana

si Gibran cacat apanya kok gk dijelasin...ini gegara melati kekeh mau gugurin anakny kykny

2025-01-22

0

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

sbner y males bca ada bhsa panjenengan darah ningrat lah pdhal manusia itu sama pdhl manusia itu hrs berfikir yg lbih baik itu pnilaian dri Alloh..jngn mrsa rendah dri trhdao sesama manusia

2022-11-09

1

Murni

Murni

emang nya gibran cacat fisik apa thor?

2021-07-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!