Perahu mulai menepi menuju pingggiran pulau kelor untuk berlabuh. Senja sedari tadi sudah sibuk dengan kamera mirrorlessnya untuk memotret keindahan pulau dari kejauhan. Nampak benteng martello berdiri kokoh seolah menyambut kedatangan mereka. Benteng martello dibangun pada oleh belanda sebagai benteng pertahanan serta pengintaian.
Rombongan mulai turun dari perahu dan menjelajahi pulau yang mempunyai luas sekitar 28 hektar tersebut. Raka turun bersama Dila dengan tetap melanjutkan obrolan seputar masa lalunya. Senja asyik dengan dunianya sendiri, berjalan kesana-sini memotret hal menarik untuk koleksinya. Sesekali berhenti diam menatap laut yang damai.
Ryota matanya tak pernah lepas dari Senja, dia mengikuti kemanapun kaki Senja melangkah, walaupun yang diikuti tak menyadarinya. Sungguh Senja gadis yang unik pikirnya.
Puas berkeliling, Senja mulai mencari teman-temannya, dia menengok dan melihat Raka dan Dila sedang asyik foto bersama di spot dekat Benteng Martello. Kemudian saat menengok ke arah sebaliknya, diapun bersitatap dengan Ryota.
"Sachou," sapanya pada Ryota.
"Ryota aja Senja," sanggah Ryota, baginya ini bukan jam kerja maka tak perlu memanggil dengan sebutan formal.
Raka dan Dila yang melihat Senja dan Ryota yang tengah mengobrol pun akhirnya memutuskan untuk bergabung dan melakukan foto bersama. Dengan meminta tolong kepada tour leader akhirnya foto bersama dengan formasi Ryota Senja Dila Raka pun terjadi.
Selesai berfoto bersama mereka pun duduk-duduk di bawah pohon di samping benteng martello. Dila mulai mengeluarkan camilan miliknya untuk dinikmati bersama.
"Senja sudah punya pacar?" Raka mengawali obrolan dengan menanyakan status Senja. Dia tahu sedari tadi temannya sekaligus atasannya Ryota tak berhenti menatap Senja. Raka sadar jika Ryota tertarik kepada Senja.
"Gak ada Pak," jawab Senja singkat.
"Mbak Senja jomblo dari lahir Pak, tapi yang suka banyak kayaknya termasuk Pak Radit ya kan mbak," goda Dila.
"Ahh ngaco Dila Pak," elak Senja. Senja tak ingin terlalu percaya diri bahwa kedekatan Radit padanya karena Radit suka, namun dia juga tak menampik terkadang dia juga terbawa suasana akan sikap Radit. Namun Senja tetap dengan pendiriannya bahwa Radit sudah masuk daftar hitamnya karena dia bukan berasal dari Jawa Timur terlebih bukan bersuku jawa.
Raka dan Dila asyik mengobrol tentang banyak hal, sesekali Senja ikut menimpali, sedangkan Ryota sibuk menatap Senja. "Sachou, lihat Mbak Senja terus dari tadi," Dila membuat Ryota salah tingkah, kemudian yang lain langsung menatap kearah Ryota meminta penjelasan.
"Aku lihatin kalian ngobrol kok, bukan lihat Senja saja, karena aku bingung mau menimpali apa," bohong Ryota, sejujurnya dia hanya menatap Senja, namun tentu hal ini tak dia ucapkan pada teman-temannya.
...----------------...
Puas berkeliling di pulau kelor, akhirnya rombongan melanjutkan ke Pulau Cipir. Pulau ini dulunya adalah rumah sakit yang menangani perawatan dan karantina penyakit menular bagi para Jemaah haji pada tahun 1911-1933. Di sana masih terdapat sisa-sisa bangunan yang berdiri seperti bilik kamar, bekas kamar mandi, hingga barak penampungan jamaah haji.
Tak begitu lama rombongan di pulau ini, akhirnya perjalanan dilanjutkan ke pulau onrust. Di pulau Onrust terdapat spot menarik untuk berfoto yaitu semacam miniatur kincir angin. Senja, Dila, Raka dan Ryota pun tak kuasa untuk mengambil banyak foto di sini.
"Maaf ya mba Senja, kameranya jadi penuh fotoku hehe," tawa Dila karena sedari tadi asyik berswafoto dan membuat video ala-ala vlogger dengan kamera milik Senja.
"Tak masalah, ditunggu pajak jadiannya ya Pak Raka dan Dila," balas Senja menyunggingkan senyum termanisnya, Senja tahu sedari dari Raka dan Dila banyak mengambil foto berdua.
"Gue keduluan nih," canda Ryota sudah mulai tak canggung menimpali obrolan staf nya.
Selain terdapat ikon tersebut, di Pulau Onrust juga terdapat makam orang belanda. Ada kisah menarik dan terkenal di sini, yaitu tentang Maria Van de Velde. Menurut local guide, konon Maria sedang menunggu kekasihnya yang tengah belajar di negeri Belanda. Dalam masa penantiannya Maria meninggal dunia karena penyakit tropis. Saat kembali, kekasihnya menulis puisi berbahasa belanda di atas makam Maria, kurang lebih artinya:
..."Maria van de Velde...
...mayatnya dikubur...
...walaupun ia pantas...
...hidup bertahun-tahun lamanya...
...seandainya Tuhan...
...berkenan demikian...
...namun rupanya, Tuhan...
...menghalangi itu dengan kematian...
...Maria hilang, Maria tiada lagi...
...bukan! saya tarik kembali kata itu...
...karena diucapkan tanpa pikir panjang...
...maka semoga kelancanganku...
...langsung didenda...
...kini Maria baru sungguh-sungguh hidup...
...sejak hidup dekat Tuhannya...
...lahir di Amsterdam...
...tanggal 29 Desember 1693...
...meninggal tanggal 19 November...
...1721 di Onrust"...
"Kau sungguh perempuan yang setia Maria," gumam Senja lirih kemudian memejamkan mata untuk berdoa dalam hati. Apa yang dilakukan oleh Senja tak luput dari penglihatan Ryota. Ryota semakin dibuat penasaran dengan Senja dan ingin mengenal dekat dengannya, namun dia masih bingung memulainya. Baginya Senja berbeda dengan perempuan yang dikenalnya atau bahkan perempuan yang pernah mengejarnya. Sama dengan Senja, Ryota pun tak pernah berpacaran sebelumnya, walaupun banyak gadis Jepang mendekatinya, apalagi dia adalah pewaria tunggal Akira Group. Fokus Ryota adalah membuat perusahaan keluarganya ini makin sukses dari sebelumnya, dan mampu memakmurkan karyawannya, sehingga urusan asmara adalah bukan prioritasnya, apalagi kedua orang tuanya tak pernah mendesak untuk segera berumah tangga, membuatnya semakin santai untuk tak menghiraukan cinta. Namun kali ini berbeda, Senja gadis yang berbeda sedikit mengalihkan dunianya.
Pulau onrust menjadi akhir dari perjalanan ini, sekitar pukul 15.00 rombongan kembali pulang menuju dermaga muara kamal.
"Di sini namanya Kepulauan Seribu, Ta, banyak banget pulaunya, gatau beneran mencapaib seribu atau gak, next time coba pulau lain yuk, sekalian nginep, malamnya bisa barbeque-an," Raka menjelaskan tentang pulau seribu kepada Ryota yang masih merasa takjub dengan one day tripnya ini.
"Boleh tuh," jawab Ryota.
"Kalian kenapa ga berancana nginep saja?" tanya Raka pada Dila dan Senja.
"Lagi ada dorama on going yang ga mau dilewatkan Mbak Senja," jawab Dila karena memang benar pesona tokoh utama di dorama tersebut sayang untuk dilewatkan oleh Senja, dia khawatir jaringan di pulau seribu tidak cukup bagus untuk live streaming.
"Pencinta dorama banget nih Mbak Senja, siapa aktornya?" tanya Raka kepada Senja.
"Satoh Takeru, Pak Raka tahu?" tanya balik Senja.
"Oh iya tahu, yang sempet main di kamen rider kan ya, tahu gak Ryota ini sempet dijuluki Satoh Takeru KW, karena mirip banget," ucap Raka mengingat semasa pergi jalan dengan Ryota selalu ada saja perempuan Jepang sana yang mengira Ryota adalah Satoh Takeru, sehingga tak heran banyak yang meminta foto, walaupun sudah dijelaskan bahwa dia bukan aktor tersebut.
"haha.. aku kira cuma aku aja yang mikir gitu, perempuan sana juga sama," Senja jadi merasa tak sendiri yang mengira Ryota mirip sekali dengan Satoh Takeru.
"Dila suka dorama juga?" gantian Raka bertanya kepada Dila.
"Aku tim Drakor Pak hehe," jawab Dila yang ternyata berbeda aliran dengan Senja.
"Aku dulu juga tim drakor, tapi setelah lihat dorama, lihat aktornya yang gantengnya kebangetan jadi pindah haluan. Aku rasa cowok Jepang tuh gantengnya berkharisma, dan beda gitu," ucap Senja panjang lebar tak sadar jika di sampingnya ada pria Jepang yang tengah tersenyum menatapnya.
"Nih sebelahnya cowok Jepang buk," goda Dila pada Senja. Dan benar Senja yang baru sadar akhirnya menutup mulut dengan muka yang sudah emerah menahan malu atas godaan Dila, dan disambut tawa Raka serta Ryota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
wybyibooo
semangat trs nulis storynya kak
2021-09-22
0
Elmiey
untuk kamu chingu, aku udah baca kemarin malam. maaf kalau aku kasih dukungan baru sekarang. selebihnya cerita udah bagus, dan jangan patah semangat oke.
2021-06-01
1
Alana Alisha 🌻
suka puisinya
2021-05-27
1