Selepas menikmati makan siang, Senja, Radit, Raka dan Ryota menunaikan ibadah dhuhur terlebih dahulu di mushola yang ada di restoran kemudian bergegas kembali ke kantor. Radit pun akhirnya menawarkan tumpangan kepada Raka dan Ryota yang diketahuinya tidak membawa mobil saat makan siang ini. Raka dan Ryota memang tadi sengaja berjalan kaki, karena selain restoran juga tidak terlalu jauh, tentunya akan ribet untuk mencari parkir di tengah banyaknya karyawan dari tempat lain yang makan siang juga.
Di tengah perjalanan menuju ke mobil, Senja menerima panggilan dari ibunya. Bu Metta mengabarkan bahwa sabtu besok akan ada pengajian 1000 hari kakek nenek nya, kakek neneknya ini merupakan orang tua Pak Joko ayah tercintanya, keduanya memang meninggal dunia di hari yang tidak berselang lama dan berhubung jumat besok juga libur, maka Senja pun diminta untuk pulang ke Malang.
"Oh, aku tak mantuk wae buk, nanti coba golek penerbangan isuk, jam 8an, pripun?"
(Oh, aku pulang saja ya Bu, nanti saya coba cari penerbangan pagi sekitar pukul 8, bagaimana?) Senja yang menjawab panggilan ibunya dengan bahasa jawa, membuat ketiga lelaki yang menjadi atasannya itu langsung menoleh ke arahnya.
"Yo wis, ibu nyuwun dibawakne oleh-oleh nopo?
(yasudah, ibu ingin dibawakan oleh-oleh apa?)" tanya Senja kembali pada Ibunya.
"Oke, buk Senja mantuk, masak sing enak nggih, assalamualaikum" (Oke, buk, Senja pulang, masak yang enak ya, assalamualaikum) Senja pun mengakhiri panggilan kepada ibunya, kemudian menatap bingung ke arah Radit, Raka dan Ryota.
"Ada yang aneh ya pak?" tanya Senja bingung.
"Kamu ternyata orang jawa ya?" tanya balik Raka kemudian sambil mengajak yang lain mulai berjalan menuju mobilnya Radit.
"Iya pak saya jawa tulen hehe," jawab Senja.
"Bener gak sih, kalau orang jawa ga boleh nikah sama sunda?" Raka sengaja bertanya hal itu karena dia tahu Radit menyukai Senja, tentu saja dia tahu dari obrolannya dengan Dila. Dia berharap jawaban Senja bisa membuat Radit mundur teratur, dengan demikian sahabatnya Ryota bisa punya celah untuk Senja, karena walaupun Ryota lahir dan besar di Jepang, Ryota mempunyai darah Jawa dari sang ibu yang kebetulan dari Jawa Timur juga, yaitu Malang, kota yang sama dengan kota asal ayah Senja.
"Tergantung orangnya sih pak, tapi kalau di keluarga saya gak boleh, mereka pinginnya saya nikah dengan sama-sama orang jawa juga," ucap Senja dan tanpa sadar Radit terbatuk-batuk karenanya.
"Bingo," batin Raka senang merasa punya kesempatan lebih untuk mendekatkan Ryota dan Senja.
"Pak Radit kenapa?" melihat Radit terbatuk membuat Senja merasa kasihan.
"Eng... enggak papa, hanya tenggorokan sedikit gatal," jawab Radit dengan gugup karena merasa sudah skakmat dengan penjelasan Senja tadi, rasanya dia bahkan sudah kalah walau belum berjuang sekalipun.
Mobil mulai melaju menuju kantor, dan suasana kembali hening. Raka merasa sangat antusias akhirnya menyenggol Ryota dengan sikutnya. Mulai memberi kode mata dengan Ryota, yang jika diartikan semacam " Gaslahh!", dan Ryota hanya tersenyum tipis dan kembali fokus pada telepon genggamnya. Dan tanpa disadari oleh Raka, Ryota sedang mulai stalking media sosialnya Senja. Beruntung dia karena akun Senja tidak dikunci jadi dia bisa mengamati lebih dekat calon gadisnya tersebut.
Radit masih berkutat dengan pemikirannya sendiri, apakah dia harus mundur atau tetap berjuang. Bahkan jika memaksa berjuang pun sudah terbaca hasil akhirnya seperti apa. Tapi bukankah jodoh di tangan Tuhan?, lantas apa yang musti dia lakukan sekarang. Pikiran yang mulai bercabang membuat fokus mengemudinya menjadi terganggu, namun syukurlah jarak restoran dengan kantor sangat dekat dan sedang lancar, jadi dia aman berkendara walau sedang tidak konsentrasi penuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Elmiey
cemungut
2021-06-04
1
anggita
itu kyaknya hampir sama dengan menyerah duluan., like aja👌
2021-05-30
1
Ummi Salsabila
poor radit. tp tetp semangat radit.
2021-05-23
1