Suamiku Tak Terlihat
Part 11
Ayah Vanesa dan Affan buru-buru menutup semua jendela serta pintu di rumah itu.
Dengan susah payah melawan angin yang kencang keduanya berhasil menutup semua pintu dan jendela.
Dan tiba-tiba listrik di rumah mati dan mendadak semua menjadi gelap. Walaupun hari masih siang, tetapi karena semua pintu dan jendela tertutup maka keadaan rumah menjadi gelap. Cuaca diluar rumah juga gelap karena hujan yang lebat dan kilatan petir sambar menyambar menambah ketegangan.
Seakan dunia tak merestui pernikahan dua anak manusia ini, langit pun menangis disertai gelegar amukan gledek.
Ayah segera menghidupkan beberapa lilin dan meletakkannya di sekitar rumah.
"Pernikahan ini kita tunda saja dulu Pak Nasir, cuaca sekarang sangat buruk," ujar Pak Haji Naharudin kepada Ayah Vanesa.
"Iya, Pak Haji, saya juga sependapat," jawab Ayah Vanesa dengan wajah muram.
"Kita tunda sampai cuaca membaik dulu," sambung Pak Penghulu yang bernama Pak Ahmad Yani itu.
"Bagaimana, Nak Affan?" Ayah Vanesa menatap wajah calon menantunya yang terlihat sangat kecewa.
"Iya, Yah, saya menurut saja," jawab Affan yang sudah mengganti sebutan 'om' menjadi 'ayah' pada calon mertuanya dengan penuh kekecewaan.
Tante Parida menghampiri ayah Vanesa dan Pak Haji, lalu berkata, "Sepertinya Allah tak mengizinkan pernikahan ini terjadi, apa mungkin karena Vanesa masih terikat pernikahan dengan Rikuh si orang limunan itu?"
"Wallahhualam, Mbak Parida, hanya Allah yang maha tahu atas segalanya," jawab Pak Haji.
Setelah cuaca sedikit membaik, hanya tinggal hujan gerimis saja. Ayah Vanesa mengumumkan kalau pernikahan anaknya ditunda dulu. Para tamu undangan pun pada pulang ke rumah masing-masing.
Affan mengantar keluarganya pulang ke rumah kontrakan miliknya.
Tante Parida sibuk membersihkan rumah dibantu ayah Vanesa juga. Sampah-sampah berserakan masuk kedalam rumah, air hujan yang merembes karena ditiup angin kencang tadi pun turut membanjiri rumah.
Setelah rumah bersih tante Parida meninjau Vanesa kekamarnya.
Dan tiba-tiba tante Parida buru-buru menghampiri ayah Vanesa yang masih mengobrol dengan Pak Haji Naharudin di teras rumah.
"Vanesa nggak ada di kamarnya, Bang, padahal tadi aku antar dia ke kamar," ucapnya dengan panik.
"Yang benar, Parida? Apa sudah dicari di sekitar rumah?" sang ayah bangkit dari duduknya.
"Udah, Bang, tapi tetap gak ada".
"Ayo cepat kita cari Vanesa!" ayah Vanesa bergegas menuju kamar Vanesa.
Mereka sudah mencari kesegala penjuru rumah tapi Vanesa belum terlihat juga. Padahal rumah Vanesa tidak terlalu besar, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi.
"Apa tadi dia ikut mobil Affan ya?" tante Parida memutar otaknya.
"Nggak mungkin Parida! Tadi aku yang antar Affan beserta keluarganya ke depan. Tapi Vanesa tidak ada."
"Gimana ini, Pak Haji, apa Vanesa diculik Rikuh ya?" tante Parida mulai menduga-duga.
"Coba Nak Affan calon suaminya Vanesa dihubungi, barangkali dia tahu keberadaan Vanesa!" usul Pak Haji.
"Ah ... iya, benar juga." Tante Parida langsung menelpon Affan.
"Assalammualaikum nak Affan, apa Vanesa tadi ikut kamu?" sang tante langsung menghujani Affan dengan pertanyaan.
"Waalaikumsalam, nggak tante. Apa sekarang Vanesa menghilang lagi tan?" Affan diseberang sana langsung panik.
"Iya Affan, tadi tante antar dia ke kamar. Terus pas tante cari dia ke kemar lagi, eh ...dia malah gak ada. Udah dicari ke penjuru rumah juga nggak ada."
"Ya sudah tante, Affan langsung kesana sekarang. Assalammualaikum .... " Affan menutup telepon dan bergegas mengambil kunci mobilnya.
"Mau ke mana kamu, Fan?" mamanya mengejar dari belakang.
"Mau ke rumah Vanesa , Mam," jawab Affan tak bisa menyembunyikan wajah khawatirnya.
"Memangnya ada apa, Nak? Vanesa kenapa?" Sang mama agak kepo.
"Nanti aja, Mam, Affan ceritanya, ini lagi buru-buru." Affan segera naik ke mobil.
"Mama lihat tadi calon istrimu si Vanesa itu agak aneh ya? Diajak ngobrol aja cuma bengong gitu." Sang mama masih mencecar Affan dengan pertanyaan.
"Udah ya , Mam, Affan pergi dulu. Nanti aja lagi kita ngobrolnya!" Affan langsung tancap gas menuju rumah Vanesa.
"Woalahhh ... anak sekarang ini, tahunya mau nikah aja. Nggak peduli si calonnya kayak apa, aneh-aneh aja." Mama Affan menggerutu penuh jengkel menatap mobil anaknya yang sudah melaju jauh.
*********
Didalam kebimbangan, Affan melajukan mobilnya, dan tiba-tiba seekor kucing melintas tepat di depan mobil yang dikendarai Affan.
Dengan cepat Affan menginjak rem, dan cepat-cepat keluar dari mobil melihat keadaan kucing yang ditabraknya.
Tapi aneh, kucing tersebut tidak terlihat, sampai mengintip ke bawah mobil pun kucing itu tidak ada.
"Ke mana kucingnya? Kok malah gak ada, perasaan tadi benaran ada kucing yang melintas." Affan mengerutkan dahi.
Kemudian Affan melanjutkan perjalanannya menunju rumah Vanesa. Tapi belum sampai di rumah yang dituju, tepat lima buah sebelum rumah Vanesa terlihat seorang wanita tertidur di bawah pohon Ketapang dekat TPU (Tempat Pemakaman Umum) yang berada di sebelah kiri jalan.
Affan penasaran siapa gerangan wanita itu, "kenapa juga tiduran disitu? Apa orang gila?" pikirnya.
Dia menghentikan mobil dan berlari menuju tempat wanita itu berbaring.
Degggg...
"Ya Allah, Vanesa!" Affan segera meraih wanita itu kedalam pelukannya dan membopongnya kedalam mobil.
"Kenapa kamu bisa berada di bawah pohon itu, Van?" Affan menatap bimbang wanita di sampingnya yang masih tak sadarkan diri itu. Wajahnya pucat dengan rambut yang menutupi wajah.
Sesampainya di rumah Vanesa, Affan segera menggendong Vanesa masuk ke dalam rumah.
"Tante, Ayah!!!" Affan berteriak.
"Ya Allah Affan, Vanesa kenapa?" tante Parida kaget melihat kedatangan Affan dengan menggendong Vanesa.
Ayah segera berlari kearah Affan dan memindahkan Vanesa kedalam gendongannya. Kemudian membawanya masuk kedalam kamar.
Affan menceritakan kepada tante Parida dan ayah tentang pertemuannya dengan Vanesa.
"Ya Allah, kenapa Vanesa bisa berada di sana?" tante Parida kaget mendengar cerita Affan.
"Mulai sekarang kita harus ekstra menjaga Vanesa bang!" tante Parida menatap ayah Vanesa.
"Iya, Parida." Ayah Vanesa mengangguk.
"Tapi, Bang, besok aku akan pulang ke Pontianak dulu beberapa hari. Keadaaan cucuku si Randy makin parah." Tante Parida menatap bimbang pada ayah dan bergantian menetap Vanesa yang masih belum sadarkan diri.
"Bagaimana ini, Bang?" Tante Parida mulai menyeka air matanya.
"Besok kamu pulang saja dulu, Vanesa biar aku yang mengurusnya," jawab ayah Vanesa sambil menggosok minyak kayu putih ke kepala dan hidung Vanesa.
"Maaf ya, Nak Affan, pernikahan ini kita tunda saja dulu sampai Vanesa sehat begitu saran dari Pak Haji Naharudin."
Ayah Vanesa menatap Affan yg berdiri di samping tempat tidur.
"Iya, Ayah." Affan setuju walau dengan berat hati ia mengagguk.
Vanesa menggeliat seperti baru bangun dari tidurnya dan kemudian menguap berkali-kali.
"Vanesa, syukurlah kamu sudah sadar nak" tante menatap senang kepada keponakannya itu.
Kemudian Vanesa terduduk dan memandang satu persatu yang ada disitu.
"Syukurlah kamu udah sadar Vanesa, lain kali jangan keluar rumah sendirian lagi ya!" tante Parida memeluknya.
Vanesa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigiti kukunya.
"Bang, aku semakin berat meninggalkan Vanesa dengan keadaaan Vanesa yang seperti ini", tante Parida mendadak pilu bercampur bimbang.
"Tante tenang aja, kan ada Affan yang bantuin ayah jaga Vanesa," ujar Affan menenangkan sang tante.
*********
Sedangkan di dunia gaib Padang 12 sana, ibu dan bapaknya Rikuh kebingungan mencari sang cucu dan putranya yang menghilang sejak pagi.
"Ke mana Rikuh membawa Qirey, Pak?" ratap sang nenek sedih dengan berurai air mata.
"Bapak gak tahu, Bu," jawab si bapak kesal sembari mondar-mandir didepan sang istri yang sedang tersedu.
Taklama kemudian Rikuh muncul dari pintu depan sambil menggendong Qirey.
Melihat kedatangan putra dan cucunya, sang nenek langsung berlari dan memindahkan Qirey kedalam pelukannya.
"Kamu bawa Qirey ke mana, Kuh? Duh ... cup, cup, cup ... cucu nenek, Sayang." Si nenek menciumi cucunya.
Tanpa menjawab pertanyaan ibunya, Rikuh nyelonong masuk ke kamarnya.
"Kok tumben Qirey nggak nangis ya, Bu?" bapaknya Rikuh mencium dahi cucunya.
"Iya ya, Pak! kira-kira Qirey diapain ya pak dan mereka dari mana?" si nenek mulai penasaran.
"Ah ... ya sudah bu, jangan terlalu dipikirkan! Yang penting sekarang Qirey sudah kembali dan baik-baik saja. Iya kan cucu kakek sayang ... ?" Qirey ditimang-timang kakeknya.
👣👣👣👣
Pagi ini tante Parida akan pulang ke Pontianak, dengan diantar Affan ke Bandara.
"Tante titip Vanesa ya Affan, kamu tolong bantu ayah Vanesa menjaganya!" ucap tante Parida.
"Iya, Tante, jangan khawatir! Mudah-mudahan cucu tante cepat sembuh ya. Kalau udah nyampai rumah, kabari kami!" jawab Affan.
Tante Parida naik ke pesawat dan terbang menuju Pontianak.
🌿🌿🌿🌿
Setelah dari Bandara, Affan langsung menuju kantor. Dengan wajah kusut ia hempaskan tubuh kekursi kerjanya.
Suasana kantor masih sepi, ia orang pertama yang datang pagi itu.
Pertengkaran dengan sang mama tadi malam kembali terngiang dikepalanya.
"Mama tidak merestui pernikahan kamu dengan wanita gila bekas istri mahluk halus itu Affan!" pekik mamanya.
"Mama tidak tahu apa-apa tentang Vanesa, Affan mencintai dia dan akan tetap menikahinya!" jawab Affan.
"Bagaimana bisa kamu mau menikahi wanita seperti itu, Affan? Tampaknya kamu perlu diRuqyah juga ... pasti keluarga Vanesa main pelet ini! Kalau nggak pakai pelet, mana mungkin kamu mau begitu saja menikahi wanita gila itu?"
"Udah, Mam, jangan menyebut Vanesa wanita gila! Dia calon istri Affan, calon menantu mama juga!"
"Mama nggak sudi punya menantu nggak waras gitu, mendingan kamu menikah dengan Saskia saja! Dia cantik, baik dan nggak gila kayak Vanesa!"
Affan merasa pertengkaran ini tidak akan selesai, karena ia sudah tahu betul watak sang mama. Lalu ia buru-buru mengambil kunci motornya dan meninggalkan sang mama yang masih menggerutu kesal.
Pikirannya malam itu begitu kalut, satu masalah belum selesai dan sekarang nambah masalah baru lagi. Ia memacu motornya dengan kecepatan tinggi mendahului kendaraan lainnya di jalan itu.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Klaudiani Mulliyanisafitri
merinding bulu kuduk ku😂
2021-12-19
0
Nurjanah Tamim
kasihan s affan...
udh fan.. yg sabar
2021-11-26
0
Tien 💕💕
jadi ngeri .....
2021-09-13
0