...Gara POV...
.......
.......
.......
Perjalanan menuju lokasi promosi tadi menjadi canggung bagiku. Aku merasa ini tidak benar. Ada yang salah. Namun melihat perempuan itu bersikap biasa padaku, aku begitu merasa frustasi sendiri. Percintaan tadi malam bukan hal biasa. Tidak mungkin di lupakan begitu saja.
"Lebih baik kita selesaikan ini dengan baik. Dengan begitu, penjualan produk Glow terbaru bisa sukses." Zia menepuk lenganku. Wanita ini melenggang dengan normal. Sementara aku terus saja teringat malam itu. Sial!
Saat acara di mulai, aku tidak berhenti memandang ke arah podium di depan. Perempuan itu memberikan penjelasan soal produk Glow terbaru kepada para undangan yang semuanya adalah perempuan. Saat ini aku merasa dia tampak berbeda dari sosoknya sebagai istri Hanen.
Perempuan itu tampak tangguh dan tegas. Berbeda saat dia berada di sisi Hanen. Keberadaan Zia, seperti hanya sebuah pelengkap tidak terlihat. Dimana jika tidak di butuhkan, tanpa di buangpun pasti akan lenyap.
Jika memang Hanen tidak mempedulikannya, kenapa dia harus menikah dengan Zia? Hanen bukan tipe pria yang kesulitan mencari wanita. Dia populer di antara kaum hawa. Namun kenapa dia menyetujui menikahi Zia?
Senyuman di bibir perempuan barusan menutup sesi tanya jawab yang di pandu langsung olehnya. Itu pertanda acara promosi ini akan usai. Melihat para perempuan itu yang ceria, bisa di pastikan produk yang di tawarkan begitu pas dengan pemikiran mereka. Kemungkinan mereka juga begitu tertarik karena counter kosmetik yang di buka di samping tempat para undangan itu di padati orang-orang. Aku yang kebagian tugas menjaga dan sekaligus menjadi kasir untuk counter kosmetik spesial ini merasa kewalahan.
Memang ada dua orang spg yang berada di area ini, tapi mereka sedang memberi penjelasan pada konsumen. Aku yang baru saja mengikuti acara seperti ini sedikit panik.
"Mari, saya bantu bertransaksi." Suara Zia berada dekat. Rupanya dia melihatku yang panik. Dengan senyum dan sopan, dia membantuku menjalankan mesin kasir yang masih belum terbiasa untukku. Aroma tubuhnya melewati indera penciumanku. Sangat ingat dan jelas aroma memabukkan ini tadi malam.
Zia ... kamu tidak ingat tentang kita berdua tadi malam? Bola mataku menatap perempuan ini agak lama.
"Ga. Kamu lelah?" tanya Zia yang membuyarkan lamunanku. Sial! Maaf jika tiba-tiba aku sentimentil. Namun kejadian tadi malam tidak mau pergi dari pikiranku.
"Oh, tidak."
Rupanya, mereka bukan hanya ingin membeli produk-produk Glow. Mereka juga ingin melihat dari dekat wajah tampan milik Gara. Keberadaan Gara yang hanya satu-satunya laki-laki dalam acara ini begitu mencolok. Apalagi dengan tubuhnya yang tinggi. Semua wanita jadi ingin melihat dengan dekat sosok baru di divisi ini.
"Mas kasirnya, tampan Mbak," ujar seorang perempuan yang menunjuk ke arahku malu-malu.
Zia tersenyum. "Begitulah." Aku melirik Zia yang tersenyum sambil memasukkan barang ke dalam tas kresek imut berwarna toska. Dia tersenyum. Begitu kontras jika kuingat marah dan sakit hatinya dia tadi malam. Apalagi saat dia terlihat liar, tapi menyedihkan.
Ku anggap pikiranku yang selalu teringat akan kejadian tadi malam adalah wajar. Normal. Apalagi aku melakukannya dengan perempuan ini. Dia bukan perempuan biasa. Dia kakak iparku.
Kelegaan luar biasa terasa saat semuanya usai. Setelah bersusah payah membereskan tempat promosi, Zia dan aku bergegas pulang.
"Selamat atas kerja kerasmu." Zia lagi-lagi menepuk lenganku. "Keberadaanmu di tempat promosi ada manfaatnya juga." Nada suaranya juga biasa saja. Seakan akan tidak pernah terjadi hal yang tidak tepat di antara kita.
"Jika bermanfaat, baguslah," ucapku menanggapi. Zia tersenyum. "Kita cari makan?" tanyaku yang mulai tahu kebiasaan Zia. Kepala perempuan ini mengangguk. Tangan perempuan ini membetulkan letak sabuk pengaman. Namun dia kesulitan saat akan mengenakannya. Mungkin dia kelelahan.
Tanpa banyak bicara, aku membantu dia membetulkannya. Sesaat aku merasakan Zia berjingkat kaget. Napasnya tertahan. Matanya kebingungan mencari obyek lain. Dia gugup. Aku langsung terkesiap. Dia ... ingat!
"Aku pikir hanya aku yang bisa mengingatnya, tapi ... ternyata aku tidak sendiri. Kamu juga masih mengingatnya. Kejadian tadi malam," ujarku mengingatkan sambil menatap Zia dari jarak sangat dekat. Perempuan ini membuang muka ke arah luar jendela. "Jawablah, Zi. Kamu ingat kejadian tadi malam, bukan?" desakku.
"Apa yang kamu bicarakan?" tanya Zia tidak mau melihat ke arahku. Dia enggan memalingkan wajah ke arahku, karena jarak wajah kita dekat.
"Kamu ... benar-benar tidak mabuk semalam. Kamu melakukannya dengan sadar," paksaku.
"Aku tidak tahu apa maksudmu. Aku tidak bisa berpikir." Masih dengan wajah melihat ke luar jendela. Bibirku bungkam mendengarnya masih tidak mau mengatakan bahwa memang aku dan dia melakukan hal mustahil tadi malam. Dia sengaja. Dia sengaja mengaburkan kejadian tadi malam.
"Apa perlu aku ingatkan lagi. Bagaimana kejadian semalam?" tanyaku mulai ingin memaksanya dengan segala cara. Bola mata itu melirik dengan gugup ke arahku. Dia panik.
"Tidak ada kejadian apa-apa, Ga. Jadi tidak perlu ...." Aku dekatkan wajahku ke arahnya secara tiba-tiba. Bola matanya melebar. Dia terkejut. "A-apa yang akan kamu lakukan?" tanya Zia gugup.
"Aku akan melakukannya. Melakukan ciuman hangatmu yang membuatku terbuai."
"C-ciuman?" Raut wajah itu menjadi gelisah. Namun masih tetap menyimpan kekakuan ekspresinya.
"Ya. Kamu menciumku. Menciumku dengan begitu berhasrat." Aku mendekatkan wajahku yang langsung di tahan dengan kedua tangannya.
"Tidak!" Kedua tangannya berada di dadaku. Sementara bola matanya menutup ngeri. Dia menolak. Zia tidak mau aku melakukannya. Napasnya memburu karena panik.
"Kamu bohong. Kamu mengingatnya," ujarku menjauh dari tubuhnya. Zia masih memejamkan mata. Kini tangannya tergantung setelah tumpuannya padaku terlepas. "Kamu berpura-pura bersikap biasa dan berusaha mengaburkan ingatan soal kejadian tadi malam."
"Kenapa? Kenapa perlu mengingat itu? Kejadian itu tidak seharusnya di ingat. Itu tidak pantas." Zia mulai membahas itu dengan napas tersengal. Aku menatapnya dari samping. Tampaknya dia juga frustasi. Sama seperti yang aku rasakan. Sensasi nikmat tadi malam memang kenyataan. Bukan sebuah mimpi belaka. "Buanglah ingatan itu, Ga. Jangan mengingat atau membahasnya lagi. Itu tidak benar."
"Jadi ... kamu mengakuinya, bahwa kita memang melakukannya tadi malam?" tanyaku. Entah mengapa aku memburunya dengan berharap dia mengakuinya. Bibir Zia masih tertutup tidak menjawab. Hanya menghela napas lelah sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
Kuperhatikan dari samping, ini sudut bagus untuk menikmati wajah itu. Dia mulai tampak indah di bola mataku. Sial! Lagi-lagi aku perlu mengumpat. Semuanya menjadi aneh setelah peristiwa tadi malam. Bola mataku selalu saja melihat ke arahnya. Memperhatikan gerak-geriknya yang biasanya aku abaikan.
"Kita melakukannya kan, Zi?" tanyaku lagi. Zia masih tidak ingin menjawab. Wajahnya frustasi aku terus saja bertanya soal itu.
"Bisa tidak, kita tidak perlu membahas itu?" tanya Zia gusar.
"Kita bercinta tadi malam." Bola mata itu membulat lagi saat aku mengatakannya. "Melakukan hal mustahil yang tidak pernah ada di dalam pikiranku atau bahkan pikiranmu juga. Kita ..."
"Berhenti, Gara. Berhenti!" tangannya terangkat ke depan bermaksud membuatku berhenti meracau. "Aku tidak mau mendengar soal itu. Oke. Maaf. Maaf aku sudah memperlakukanmu seperti itu. Aku salah. Aku lelah karena Hanen dan melampiaskan padamu. Iya. Kita sudah melakukannya. Aku dan kamu. Puas?" Raut wajahnya kesal terpaksa mengaku dan mengatakan semuanya barusan.
Entah mengapa aku lega. Mendengarnya memberi konfirmasi bahwa peristiwa itu asli dan bukan hanya ingatan-ingatan tidak jelas di otakku.
"Terima kasih sudah mengaku. Puas? Jika kamu bertanya soal itu, aku tidak tahu. Entah aku puas atau tidak." Zia menatapku tidak percaya. Bahkan aku sendiri juga tidak percaya. Barusan aku menggodanya. Menggoda kakak iparku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Christy Oeki
trus sukses
2022-07-25
1
Andriani
kereeen mbak lady...
2022-02-21
0
Andriani
lanjutkan thooor
2022-02-21
0