...Gara POV...
.......
.......
"Zia, jika kamu masih sadar, berhentilah. Kamu tahu apa yang kamu lakukan, bukan? Aku ini lelaki. Aku juga bukan orang baik. Jadi jika kamu sengaja memancingku seperti ini, aku bisa melahapmu habis." Aku memberinya peringatan tegas.
"Aku sadar. Aku tahu. Aku sedang menjajakan tubuhku pada Negara Laksana adik suamiku. Aku sangat sadar, Ga..." sahut Zia yakin. Sorot mata Zia tegas dan penuh tekad. Namun mata itu aku yakin sedang tidak dalam kesadaran yang normal.
Ada apa dengan Zia? Dia terlihat liar, tapi juga menyedihkan. Seperti merasakan sakit luar biasa pada jiwa dan raganya. Ada apa Zia? Ada apa denganmu?
Gara jadi iba.
"Baiklah, jika itu maumu. Namun aku tidak mau harus ke kamar tidurmu. Itu area pribadi Hanen," jawabku sengaja menantang. Aku yakin dia pasti sedikit gentar jika aku sengaja menantangnya.
"Tidak masalah. Kamu ingin dimana? Di kamarmu?" tanya perempuan ini mengejutkan. Bukannya kabur, dia justru menantang balik diriku.
Tidak ku dengarkan lagi apa yang dia katakan selanjutnya. Aku bergegas menuju ke kamar tidurku untuk meninggalkannya. Sungguh mengejutkan saat aku membuka pintu kamar, tiba-tiba dia sudah ada di belakangku menghentikan langkahku.
"Kamu mengikutiku?" tanyaku tidak percaya.
"Ya," jawabnya tenang.
"Zia ..." kataku merasa ini membebani. Tangannya mendorong tubuhku masuk dan menutup pintu kamarku kemudian. Aku hanya diam. Entah kenapa saat ini aku hanya diam.
Sekarang kita benar-benar hanya berdua di dalam kamar ini. Zia menatapku agak lama. Seketika seperti mendapat sebuah perintah, dia membuka pakaiannya sendiri di depan mataku.
"Berhenti, Zia," tahanku memaksa dia untuk tidak melakukan itu. Tangan mungil itu melucuti sendiri pakaiannya. "Jangan membuat dirimu ..." Tiba-tiba tubuh polos Zia mendekat padaku dan mendorongku jatuh ke atas ranjang. Menciumiku dengan penuh hasrat. Aku sedikit terbuai dengan ciumannya yang entah mengapa terasa begitu lembut. Sepertinya dia memperlakukanku dengan begitu manis.
Sentuhannya menggugah hasratku. Zia benar-benar membuatku merasakan nikmat.
"Zia ..." kataku tanpa sengaja menarik tengkuk belakang perempuan ini dan memeluk pinggangnya erat. Aku terpengaruh untuk mengikuti permainannya. Memagut bibir merah Zia yang aku yakini, belum begitu lama terjamah. "Kau akan menyesal Zia ...," bisikku yang sudah tidak bisa di tangani lagi. Aku sudah tidak bisa di hentikan lagi. Aku jatuh dalam godaannya. Kakak iparku.
Setelah percintaan ini berlanjut hingga semuanya berpeluh dan merasakan nikmat yang sama, aku merasa aneh. Sepertinya ada yang aneh pada inti pusat perempuan ini. Apa ia masih belum terjamah? Hingga membuat tubuhku bergetar hebat seraya menyebut namanya dengan serak. Oh, tidak.
"Zia ...."
Saat pagi datang menjelang, aku merasa matahari begitu tajam menyorot celah kamarku. Itu membuatku memicingkan mata. Ini sudah pagi. Aku harus bangun dan bergegas berangkat kerja. Ini hari penting, yaitu hari promosi. Aku harus mengantar Zia kesana dan ikut menyukseskan kegiatan itu.
Saat bangkit dari tidur, aku merasa tubuhku dingin di terpa angin pagi. Pagi ini begitu dingin. Apa aku tidak enak badan? Karena merasa tubuhku juga terasa pegal. Kepalaku menoleh ke kanan dan kiri. Lalu menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhku.
Deg! Dadaku berdebar melihat tubuh bagian bawahku polos. Tidak tertutupi satu kainpun. Aku terkejut. Tidak biasanya aku tertidur dengan telanjang. Mengapa aku telanjang tadi malam?
Ingatanku langsung memutar memori tadi malam. Seketika itu aku langsung membelalakkan mata dan berdiri dengan cepat. Aku ingat bahwa aku disini dengan dia tadi malam. Seorang perempuan yang tidak seharusnya berada di dalam kamar ini dengan tubuh telanjang. Zia. Tadi malam aku ingat tengah bersamanya. Bukan hanya bersama, tapi juga bercinta.
Tanganku mengacak rambut dan mengusap wajah berkali-kali dengan kesal. Dia gila. Aku juga sangat gila. Kita berdua melakukannya tanpa lagi mempedulikan siapa diri kita sebenarnya.
Aku berharap tidak. Berharap ingatan tadi malam adalah sebuah mimpi belaka. Aku berharap itu. Lalu tanganku mengambil kimono mandi yang bertengger di atas gantungan baju. Kemudian nembereskan selimut dan sprei. Mencoba mengulang lagi memori tadi malam. Berharap ingatanku salah dan kali ini bisa menemukan jejak kebenaran dari ingatan di otakku.
Semakin aku membereskan tempat tidur, semakin aku ingat satu persatu apa yang terjadi tadi malam. Ingatan di otakku tidak salah. Aku masih ingat dengan jelas semuanya. Itu adalah kejadian yang sesungguhnya.
Sret! Saat hendak merapikan sprei sebagai alas paling dasar di atas ranjang, aku menemukan jejak. Sebuah jejak kemerahan yang membuatku berpikir. Itu sebuah bercak merah yang aku yakini adalah darah. Apa ... itu darah, Zia? Apa itu berasal dari tubuhnya? Mungkinkah karena terbuai aku sampai lepas kendali dan melukainya?
Ku tarik sprei itu dan menggulungnya dengan cepat. Setelah semua bersih, aku masukkan kedalam tas laundry yang ada di sudut kamar. Melipat semuanya yang ada di atas ranjang tanpa tersisa. Bekas tadi malam harus segera di bersihkan. Setelah selesai aku langsung masuk ke dalam kamar mandi. Berendam dan termenung.
Mencoba mengingat lagi kejadian memabukkan tadi malam. Sungguh gila. Dipikirkan berapa kalipun itu sungguh gila. Apakah, darah itu adalah jejak keperawanan Zia? Bukankah itu mustahil. Mereka memang baru menikah, tapi mustahil jika itu masih bisa terlihat setelah ....
Apakah benar itu memang darah keperawanan Zia? Itu berarti racauannya soal pria itu adalah fakta. Seseorang lebih memilih mencintai dan meniduri wanita lain daripada dirinya. Dan itu pasti adalah Hanen. Zia memang meracau tidak di pedulikan oleh Han, tapi apakah itu mungkin?
Setelah ritual mandi yang agak lama karena merenung, akhirnya aku selesai membersihkan diri. Aku memilih berpakaian terlebih dahulu tanpa melanjutkan bersih-bersih tadi. Ku biarkan ranjangku tidak bersprei. Aku segera keluar memastikan sesuatu.
Kulihat Rara berjalan masuk berjalan menuju dapur dengan pakaian rapi. Aku juga berjalan ke arah yang sama. Di dapur, kulihat Zia sudah bangun dan berkutat membantu bibik. Dia masih saja memasak meski waktu itu mendapat respon kurang baik dari suaminya.
"Kalian datang? Duduklah. Kita akan sarapan pagi," ujarnya sambil meletakkan semua masakan di meja makan. Aku tertegun melihatnya. Ekspresi wajah itu tidak terlihat terguncang atau bagaimana.
Dalam bayanganku dia akan sedikit canggung melihat kehadiranku. Namun nyatanya tidak. Bahkan bisa menawariku sarapan dengan tenang. Meskipun tawaran itu di tujukan bukan hanya untukku.
Rara kulihat tersenyum padanya. Adik perempuanku ini sepertinya dekat dan menyukai dia. Perempuan itu memang pantas di sebut kakak, karena begitu peduli pada kita. Lalu ... kenapa kita ... tadi malam ... Aku tidak bisa berpikir.
Tubuhku mencari tempat duduk. Kemudian mengambil piring yang sudah di sediakan di atas meja. Namun ternyata Zia sudah mengambilnya terlebih dahulu untuk di bagikan kepada semuanya. Kemudian meletakkan piring di depannya, untuk dirinya sendiri.
"Ayo makan," ujarnya wajar. Mungkin Rara bisa bersikap biasa saat di beri keramahan seorang kakak ipar, tapi aku ... Aku terheran-heran. Mengapa dia bisa bersikap wajar saat sudah terjadi kejadian seperti semalam? Bola mataku tidak berhenti memandanginya. "Makan yang banyak, Ga. Kita akan berjuang keras agar sukses promosi nanti," ujarnya sambil sesekali tersenyum.
Kewajaran ini, entah kenapa mengusikku. Sungguh tidak dapat di percaya bahwa dia bisa bersikap biasa atau bahkan lebih tenang daripada biasanya setelah semalam bercinta denganku, adik iparnya.
"Kak Hanen kok enggak muncul, Kak?" tanya Rara heran. Mendengar ini aku coba memperhatikannya. Apa jawaban yang akan keluar dari bibirnya. Jika semalaman dia berada di kamarku, itu berarti Hanen tidak pulang.
"Hanen menginap di apartemen Juno," jawabnya tidak terbebani. Benarkah Han tidur di apartemen kawannya itu? Aku yakin tidak. Karena tadi malam dia sudah tahu keberadaan Han adalah di rumah seseorang. Seorang perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Christy Oeki
trus semangat
2022-07-25
0
Wiwit Fitria Yasmiarta
perih
2022-02-18
0
.
sumpah iih gemes nya na'udzubillah sama si hanen
2021-12-15
0