Kita memasuki ruang meeting khusus tim promosi. Semua anggota tim sudah duduk disana. Setelah itu muncul Hanen dengan gagahnya memasuki ruang meeting ini. Pesona pria ini memang bagus. Dia tampan dan gagah. Bulu-bulu tipis tapi rapi ada pada dagunya.
Dengan setelan jas berwarna abu-abu muda, pria ini semakin menawan. Sudah bisa di pastikan, aku memang semakin menyukainya jik pria ini bersikap baik. Saat inipun saat aku sudah di sakiti dan tidak di anggap, rasa itu masih ada. Aku membuang muka dengan menunduk sambil menghela napas lelah.
"Pria itu menawan. Aku seperti enggak peduli jika dia suamimu, aku ingin menjadikan dia milikku," bisik Memey. Tangannya meremas lenganku pelan. Yang dia maksud adalah Hanen. Aku tersenyum tipis seraya menoleh ke arahnya.
"Silakan," jawabku pelan.
"Kamu bisa mengatakan itu karena aku buruk rupa, Zi. Andai aku cantik jelita, kamu tidak akan berani mengatakannya." Memey mencibir. Bukan karena kamu cantik atau tidak, tetapi karena hati pria itu memang tidak menginginkanku. Aku tidak pernah ada di hatinya.
Kemunculan Hanen di susul oleh dua orang lainnya. Ternyata itu mereka. Gara dan Rara. Jadi mereka sungguh akan menjadi bagian dari perusahaan ini.
"Siapa, Zi?" tanya Memey.
"Adik pak Hanen." Gege menjawab. Aku mengangguk.
"Saya akan memberitahukan anggota baru kita... " Hanen memulai bicara. Dia memperkenalkan kedua adiknya. Ada beberapa orang yang sudah tahu mereka adalah putra-putri keluarga Laksana. Seperti Gege misalnya. Ada juga yang hanya tahu nama tapi tidak tahu wajah sebenarnya dari adik-adik Hanen.
Namun, Gara lebih di kenal mereka karena berita soal pembangkangan dia yang tidak ingin bekerja di perusahaan keluarga, justru bekerja di perusahaan orang lain.Ternyata Gara yang akan menjadi atasanku. Dia wakil manager. Sementara Rara akan jadi partnerku.
Semua menyambut senang. Harus. Bagaimanapun orang-orang ini tidak bisa di ganggu gugat. Mereka anak dari pemilik perusahaan.
Setelah meeting ini, Rara segera mendekatiku. Bibirnya tersenyum ke arahku.
"Akhirnya aku bisa bekerja dengan kakak," ujarnya senang. Aku juga tersenyum senang. Mendapat partner adik ipar sendiri menyenangkan. Apalagi kita memang terbiasa akrab. "Namun aku masih magang. Belum bisa bekerja sepenuhnya."
"Tidak apa-apa, kan? Kita bisa hangout bareng saat makan siang." Rara mengangguk setuju dengan ideku. Aku lihat Gara bersama Hanen masih membincangkan sesuatu di ruangan meeting. "Apa Gara yakin mau bekerja di sini? Seperti yang aku dengar. Dia agak enggan bekerja di perusahaan keluarga."
"Tenang saja, Kak. Kak Gara kali ini tidak akan berontak. Dia akan memaksakan diri untuk betah." Rara seperti sudah tahu rahasia.
"Yakin sekali."
"Karena mama sudah membuat perjanjian dengan kak Gara."
"Apa?"
"Dia di perbolehkan mencari calon istri sendiri tanpa keluarga ikut campur. Mama janji tidak akan menjodohkan kak Gara dengan pilihannya."
Mendengar ini seperti menohokku. Hanen pasti berpikiran sama dengan Gara.
"Maaf, kalau ini sedikit mengganggu kakak. Kalau kak Zia sama Kak Hanen kan bukan hanya di jodohin saja. Karena kalian berdua terlihat saling mencinta, jadi sekalian saja mama papa menjodohkan."
Tidak. Bukan seperti itu.
Gara dan Hanen keluar dari ruang meeting bersamaan. Mereka melihat ke arah kita. Bukan, mereka tengah mendekati kita.
"Gara akan sedikit belajar darimu. Karena Rara masih magang, pekerjaannya tidak terfokus sebagai partnermu. Dia harus mengerjakan yang lain. Gara akan menjadi partnermu terlebih dahulu." Hanen memberitahu.
"Jadi, aku tidak jadi partner kak Zia? Padahal aku sudah senang akan melakukan riset dan promosi bersama kak Zia." Rara sedikit kecewa.
"Kamu masih perlu mengasah semua kemampuan. Bisa saja kamu lebih baik di tempatkan di bagian lain, bukan disini keahlianmu." Hanen memberi penjelasan. Sebagai senior di tempat kerja, Hanen memang memukau. Rara pasrah. "Jika kamu keluar meriset pasar, ajak Gara."
"Sekarang?" tanyaku bodoh.
"Ya," jawab Hanen sabar. Dia sedang berperan sebagai orang baik.
...----------------...
Aku akan membawa mobil perusahaan untuk melakukan riset. Namun Gara menolak.
"Pakai mobilku. Aku tidak mau di sopiri oleh perempuan."
"Aku bukan sopir. Disini aku seniormu," ujarku menanggapi ke engganan Gara.
"Terserah," jawab Gara singkat. Aku mengalah. Kakiku mengikuti Gara menuju mobilnya. Lalu masuk lewat pintu depan.
"Kemana?" tanya Gara yang siap di belakang kemudinya.
"Kita ke mall terbesar dulu, lalu berganti ke toko-toko kecil." Aku memberi penjelasan. Di dalam perjalanan menuju ke tempat yang aku maksud, suasana hening terjadi. Aku memang tidak terlalu akrab dengan adik Hanen ini. Selain karena dia juga tidak berusaha dekat denganku, aku juga terhalang dengan sikap cuek dan tidak pedulinya.
Kita berdua turun dari mobil dan masuk ke mall. Gara terlihat rapi kali ini. Kalau biasanya dia akan memakai pakaian santai yaitu kaos dan celana kargo panjang atau pendek. Kemeja dengan lengan sepanjang siku, membuatnya seperti pria mapan yang siap menikah. Namun jika teringat lagi apa yang sudah di katakan Rara, pria ini tidak mungkin menikah dalam waktu dekat.
Langkah kita membawa menuju outlet produk Glow. Gara tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengikutiku. Seorang spg menyapaku. Mereka tahu aku dari kantor pusat.
"Dia Gara. Akan jadi partnerku beberapa hari ini." Aku memperkenalkan Gara. Wanita itu tersenyum sambil membungkuk sedikit. Tanganku sudah gatal untuk meneliti produk-produk Glow.
"Bagaimana penjualan produk Glow?" tanyaku ke spg itu. Perempuan itu menjelaskan dengan antusias. Saat itu terlihat Hanna dan Wima melintas. Mata mereka membulat saat bersirobok. Bibirku tersenyum bahagia melihat mereka.
"Ziaaaa!!" Mereka langsung menghambur ke arahku. Kami saling berpelukan erat. Sementara Gara melihat tingkahku dengan datar.
"Gimana kabar kamu setelah menikah?" tanya Hanin.
"Seperti yang kalian lihat." Aku membentangkan kedua tanganku.
"Sebentar." Tiba-tiba tangan Hanin menyentuh daguku dan memeriksa wajahku dengan teliti. "Mukamu kok enggak sebening dulu?" tanya Hanin yang membuat Wima ikut memperhatikan.
"Ih, iya nih Zia ..." Wima ikut berkomentar sambil berekspresi ngeri.
"Sudah tua," jawabku sambil bercanda.
"Tua apanya? Meskipun misalnya sudah tua, bukannya suamimu orang kaya? Masa enggak bisa biayain perawatan istrinya. Aneh banget," gerutu Hanin.
"Baru ketemu sudah setor muka jengkel nih..." godaku. Hanin senyum kemudian.
"Lagian kamunya kok kelihatan tidak semenarik dulu."
"Aku tetap menarik kok."
"Memang tetap cantik ... tapi aura kamu kali ini berbeda. Sedikit suram. Kamu memang sedikit enggak pedulian sih ... " Wima menepuk lengan Hanin.
"Kamu mau memuji apa membully?" tanya Wima.
"Kedua-duanya."
"Biasalah si Hanin ..." Aku tersenyum paham.
"Tunggu, suamimu kok berubah?" tanya Hanin yang menyadari keberadaan Gara di sana. Aku ikut menoleh. Wima yang mendengar celetukan Hanin ikut memperhatikan.
"Dia bukan suamiku. Dia Gara. Kenalin. Ga, mereka teman-temanku," ujarku memperkenalkan. Aku sedikit lupa bahwa pria ini tidak suka hal ini. "Eh, tidak usah," potongku cepat. Takut membuat mood Gara gelap.
"Gara," ujar dia seraya mengulurkan tangan. Hanin dan Wima menyambutnya.
"Siapa, Zi? Kok keren juga," bisik Hanin tanpa menyembunyikan tatapan tertariknya pada Gara. Meskipun Gara biasa saja melihat reaksi Hanin, aku merasa tidak nyaman.
"Adik Han. Adik ipar."
"Busyet. Kakak adik oke juga." Aku mendorong dahi Hanin pelan. Sekedar menyadarkan perempuan itu untuk tidak berkata blak-blakan. Setelah berbincang dan menyita waktu, mereka pergi.
"Maaf, sudah membuatmu harus menunggu aku berceloteh dengan mereka tanpa pikir waktu."
"Tidak masalah. Perusahaan itu kan milik papa. Kak Zia sendiri adalah menantunya. Mereka tidak akan meributkan soal kakak yang menghabiskan beberapa waktu untuk bertemu kawan lama."
Aku tidak tahu harus merespon apa dengan kalimat Gara. Ada sindiran tapi juga kebenaran.
"Kamu cukup dingin tapi masuk akal. Keren." Aku kembali berkutat dengan kegiatanku melihat produk yang jadi pajangan etalase. Tidak menyadari pujianku mengusik Gara. Bola matanya mengerjap pelan dan melirikku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
rara
kenapa ya Thor aku lebih suka dengan gara. buat gara jatuh cinta sama Zia. ayo Zia keluar kan inner beauty mu
2022-11-05
1
Christy Oeki
trus berusaha
2022-07-25
0
Andriani
gara akan cinta sama Zia, kereen n cool ceritanya...
2022-02-21
0