Pernikahan...
Mendengar kata itu, Rara menjadi muak. Pernikahan yang hanya diisi dengan kebahagian dan hari-hari menyenangkan bersama suami. Tidak seindah yang dia bayangkan.
Memang Rara tidak pernah berharap lebih dari pernikahan ini. Dia tidak pernah akan mendapatkan cinta dari suaminya. Sebab dia tau dirinya dan Bara hanya terpaksa. Dan satu lagi, Rara tidak akan pernah mencintai Bara.
Tetapi walaupun begitu, setidaknya pernikahan ini tidak membuatnya tertekan. Setiap hari dirinya harus menghadapi wajah dingin dan kaku yang selalu menatapnya tajam. Dan juga perlakuan kasar dan cemoohan dari suaminya.
Untung saja Rara sudah terbiasa dengan ini, jika itu gadis lain, sehari pun pasti tidak akan tahan tinggal bersama pria itu. Rara lebih memilih untuk tidak terlalu termakan hati dan lebih menikmati kedamaian hidupnya, selagi tidak ada lagi yang menindasnya.
Seperti sore ini, Rara sedang berada di taman rumah mewah itu, bersama seorang pelayan wanita yang sedang mengurus tanaman di sana. Rara lebih mengakrabkan diri dengan para pelayan di rumah itu. Berbincang-bincang dan bersenda gurau saat memiliki waktu senggang.
Ada banyak berbagai macam jenis tanaman bunga di sini. Mulai dari tanaman hijau, maupun bunga berwarna-warni, membuatnya begitu senang. Rara memang sosok yang menyukai keindahan bunga, membuatnya sangat bersemangat membantu pelayan itu.
"Bolehkah aku memetik yang ini?" tanya Rara pada pelayan itu.
Pelayan yang sedang menyemprotkan air ke sebuah tanaman itu tersenyum. Dia begitu senang melihat nona mudanya yang malang ini terlihat bahagia dan ceria.
"Tentu saja Nona." jawabnya dengan senang hati.
Pelayan itu mengambil gunting, kemudian memotong satu tangkai bunga mawar berwarna merah muda yang sedang mekar.
Rara berbinar melihat semua ini, "Andai saja bunga-bunga ini ada di kamarku." ujarnya seraya mencium bunga mawar itu.
"Nona menginginkannya?"
Rara mengangguk semangat, "Tentu saja, bahkan di sepanjang jalan menuju kamarku, aku ingin ada bunga."
Pelayan itu menggelengkan kepalanya, begitu senang melihat keceriaan gadis itu.
Rara kembali mengagumi bunga-bunga yang sedang mekar-mekarnya. Dengan begini dia bisa sedikit melupakan beban hidupnya.
"Apa ini?" tanya Rara, melihat rangkaian bunga yang disodorkan pelayan itu padanya.
"Ambil saja Nona. Bunga ini bisa anda bawa ke kamar Nona." ujar pelayan itu, "Nona bisa meletakkannya di dalam wadah berisi air, maka dia akan bertahan beberapa hari."
Rara semakin melebarkan senyumnya, dengan senang hati menerima rangkaian bunga dari setiap bunga yang sedang mekar itu.
"Terima kasih banyak."
"Sama-sama Nona."
"Sebelum bunga ini layu, aku harus cepat-cepat memberikannya air. Au..." karena terlalu bersemangat, duri tajam pada tangkai bunga mawar itu melukai jemarinya.
"Nona tidak apa-apa?" cemas pelayan itu.
"Aku tidak apa-apa,..." tetapi wajahnya tidak bisa berbohong. Siapa yang tidak tau, sakitnya tertusuk duri bunga mawar. Meskipun indah, tetapi menyakitkan.
Seperti itulah yang dirasakannya, ketika Rara melihat dari jauh suaminya sendiri sedang bergandeng mesra dengan kakak tirinya, Dena. Keduanya terlihat cantik dan tampan, Dena dengan gaun indahnya, dan Bara dengan setelan jasnya.
Kemana mereka dengan tampilan seperti itu? Meski Rara mencoba untuk tidak peduli, tetapi tetap saja rasa penasarannya menghantui.
"Nona..."
"Iya?" Rara tersadar, dan melirik mobil yang ditumpangi keduanya sudah meninggalkan pekarangan rumah.
"Aku tidak apa-apa. Aku bisa mengobatinya sendiri." jawab Rara tergesa-gesa kemudian pergi begitu saja. Tidak lupa rangkaian bunga itu dibawanya.
Rara mencoba untuk tidak memikirkan apa yang dilihatnya baru saja, tetapi tetap saja.
"Kau melihat Tuan Bara dan Nona Dena tadi?" langkah Rara terhenti, ketika tanpa sengaja mendengar dua orang pelayan. Rara bersembunyi di balik sebuah pilar besar, untuk menuntaskan rasa penasarannya.
"Iya, Tuan akan menghadiri acara perjamuan, seperti biasa Nona Dena akan mendampingi Tuan Bara." pelayan yang lain menjawab.
"Tetapi bukankah sekarang Tuan Bara sudah menikahi Nona paling kecil? Harusnya Nona Rara yang mendampingi Tuan Bara."
"Aku juga berharap seperti itu, tetapi itu tidak akan mungkin. Kau tau sendiri, tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaan Rara di rumah ini, bagaimana mungkin Tuan Bara membawanya menghadiri acara semacam itu. Yang ada akan menimbulkan banyak pertanyaan."
"Ya, kau benar." pelayan itu menghela nafas, "Malang sekali nasib Nona kecil kita."
"Jangan memikirkannya, Nona Rara adalah gadis yang kuat, dia pasti bisa menghadapi semua ini. Cukup berdoa saja, semoga kebahagiaan menghampirinya."
Tanpa keduanya sadari, percakapannya telah meruntuhkan pertahanan gadis itu. Air matanya luruh membasahi wajahnya. Tangannya memegang erat tangkai berduri itu, tanpa sedikitpun merasakan sakit. Ternyata berpura-pura kuat itu, sangat menyakitkan.
TBC ☘️☘️☘️
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA SAMA GIFT NYA JUGA BIAR OTHOR OLENG SEMANGAT UPDATE NYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʙᷞʏͧ𐐩ᷠ»ͣ❣--ʜ֟͜͡ᴠ--
orang lain hanya bisa melihat,tampa tau yg kamu rasakan
2022-11-01
0
Ernadina 86
kalo aku jd Rara udah bunuh diri dari dulu kyaknya..hidupnya tragis...dan aku belom baca my hot Daddy jadi gak tau Rara seperti apa disana
2022-08-12
0
Muh. Yahya Adiputra
kasihan rara yg keberadaannya tdk pernah dianggap.
😭😭😭😭😫
2021-11-18
0