Di sebuah rumah rumah mewah bergaya modern, sepasang suami istri dan kedua anak perempuannya sedang duduk di sebuah ruangan. Pasangan itu sedang berbincang-bincang sedangkan kedua gadis itu pun asik dengan obrolannya.
Kegiatan mereka terhenti ketika mendengar suara langkah kaki tidak jauh dari mereka. Pandangan mereka teralihkan pada kedatangan seseorang itu. Senyum mereka mengembang saat tau orang itu, namun sedetik setelahnya senyum itu pudar ketika melihat seseorang di dalam gendongan pria itu.
"Kak Bara..." kedua gadis itu menyapa, seraya memperhatikan lekat tubuh mungil yang terkulai dalam pelukannya.
"Kau sudah pulang Nak?" wanita yang merupakan nyonya pemilik rumah itu menyapa putra angkatnya, pun bertanya-tanya melihat gadis yang dibawa oleh Bara.
"Siapa yang kau bawa itu Nak?" tanya wanita bernama Davina itu. Mereka berusaha melihat wajah yang bersembunyi di dada bidang pria itu.
Bara tidak menjawab, hanya menatap mereka dengan wajah datar. Tidak berselang lama, tubuh mungil itu menggeliat, sehingga orang-orang itu dapat melihat wajah itu dengan jelas.
Seketika wajah mereka penuh keterkejutan, yang semakin lama dipenuhi amarah.
"Rara!" pekik kedua kakak beradik itu.
"Kak Bara, kenapa Kakak membawa anak haram ini ke rumah ini?!" Dena putri pertama Derri Pramana menatap tajam pada gadis yang tidak sadarkan diri itu.
"Itu benar-benar Rara kan? Si anak haram itu?" tatapan kebencian jelas terlihat di wajah mereka.
Namun Bara tidak menjawab pertanyaan dari adik-adik angkatnya itu. Kini pandangannya tertuju pada Derri dan Davina.
"Bara..." diantara orang-orang itu, Davina-lah yang paling tertekan melihat kedatangan Rara. "Apa maksud semua ini?" desisnya. "Beraninya kau membawa anak haram itu ke rumah ini! Kau sudah gila?"
Bara yang jengah dengan protes orang-orang itu, memilih melanjutkan langkahnya. Tapi Vina yang belum terima langsung menghadang langkahnya.
"Apa yang kau lakukan Bara?" menatap tidak percaya pada anak angkatnya itu.
"Bawa anak itu pergi dari dari rumah ini!" sentaknya.
Namun Bara tidak menanggapinya, dia melanjutkan langkahnya lagi.
"Kau sudah tidak menyayangi Ibu lagi?" seru Vina dan itu berhasil membuat Bara berhenti, dia tau Bara tidak suka dengan pertanyaan itu.
Sejenak keheningan melanda, "Aku tau apa yang kulakukan Ibu. Ibu tenang saja, aku membawanya pulang bukan untuk bersenang-senang." timpal pria itu tanpa membalikkan tubuhnya. Setelah itu pergi tanpa mendengar respon orang-orang itu.
Mereka menatap punggung Bara yang perlahan menghilang dari pandangan.
"Apa maksud Kak Bara? Ck, anak haram itu, sudah bagus dia pergi dari rumah ini." kesal Safira.
"Heh. Dia pikir dia bisa hidup tenang setelah ini? Lihat saja nanti, aku akan membuat hidupnya menderita. Dasar anak haram!" Safira dan Dena bergantian mengutuki gadis malang itu.
"Dena Safira!" Derri sudah tidak tahan lagi. Sudah cukup dia mendengar anak dan istrinya merendahkan putri bungsunya.
"Kenapa Ayah? Dia memang anak haram bukan?" seru Dena.
"Tutup mulutmu! Rara tidak bersalah di sini, kalian tidak pantas menghina putriku!" Derri sudah muak. Jika di masa lalu dia tidak bisa berkutik untuk melindungi putri bungsunya dari kekejaman anak dan istrinya, kali ini tidak lagi. Dia berjanji setelah ini akan berjuang untuk melindungi Rara, bahkan jika harus melawan istrinya sekalipun.
"Apa maksudmu Derri? Kau membela anak haram itu?" Vina tidak terima.
"Tentu saja. Karena Rara tidak pantas kalian perlakukan seperti itu!"
Vina tertawa sumbang, tidak percaya sekarang suaminya sudah berani berpihak pada Rara.
"Kau... aku tidak percaya ini."
"Vina dengarkan aku baik-baik." menatap lekat sang istri. "Aku akui aku bersalah pada kalian di masa lalu. Tapi maaf, aku tidak bisa diam saja melihat kalian menyiksa Rara. Rara dan Andin tidak bersalah. Aku yang salah Vina." menyentuh kedua sisi bahu Vina. "Sudah berapa kali kukatakan, aku yang membohongi Andin sehingga dia mau menikah denganku! Dia tidak tau apa-apa?" Derri berusaha memberikan pengertian pada istri pertamanya itu.
"Aku tidak peduli!" menyentak tangan Derri dari tubuhnya. "Aku tidak peduli dengan itu semua. Yang aku tau, wanita itu telah merusak keluargaku, aku tidak terima!" teriak Vina histeris.
"Vina!" bentak Derri. "Apa kematian Andin masih belum cukup untuk memudarkan kekecewaanmu padaku? Andin sudah pergi Vina. Dia pergi karena kekejamanmu."
"Mungkin aku bisa memaafkanmu Derri! Tapi tidak dengan wanita murahan itu! Dia memang pantas mendapatkannya. Wanita itu harus membayar mahal semua perbuatannya." tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Vina..." lirih Derri lemah. Dia tidak tau lagi bagaimana cara membuat istrinya itu mengerti.
"Cukup! Bagaimana pun kau membujukku, sampai kapanpun aku tidak akan memaafkannya. Wanita itu harus menderita juga dengan anak haram itu!" pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Sedangkan di dalam sebuah kamar yang terlihat luas, seorang gadis terbaring di atas ranjang. Melihat wajah penuh guratan kesedihan itu, pasti membuat hati terenyuh. Lihat saja, dalam tidurnya pun gadis itu tidak memiliki kedamaian sama sekali, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam.
"Malang sekali hidupmu adikku tersayang." lirih pria yang duduk di sebelah gadis itu. Tatapan tajam itu selalu begitu menatap Rara sejak dulu. Tiga belas tahun yang lalu ketika Bara masih berumur empat belas tahun, dia masih ingat dengan jelas pertengkaran hebat antara Derri dan Davina yang saat itu masih menjadi Paman dan bibinya.
Kedatangan seorang wanita dan gadis kecil berusia lima tahun yang mengaku anak istri dari Derri. Derri tidak menyangkal kebenaran itu, bahwa dirinya telah mengkhianati keluarganya.
Sejak kedatangan wanita itulah kedamaian keluarga Pramana hancur. Setiap hari hanya diisi dengan pertengkaran yang tiada berkesudahan.
Bara saat itu masih labil. Dia sangat menyayangi Davina dan juga Dena dan Safira. Sebab Vina tetap memperlakukannya dengan baik meski dirinya bukanlah keponakan kandungnya. Oleh sebab itulah Bara sangat membenci Rara, karena telah menghancurkan kebahagian bibi dan kedua saudarinya.
Untuk menuntaskan kebenciannya, Bara turut membuat Rara hidup menderita di rumah itu. Mereka tidak membiarkan Rara bisa bernafas lega barang sedetik pun. Bara dan adik-adiknya yang lain selalu menindas Rara, memperlakukan Rara tidak manusiawi. Bahkan ketika ibunda Rara meninggal pun, tidak ada rasa iba sedikitpun dalam hati mereka.
Hingga satu tahun yang lalu, Rara tiba-tiba menghilang entah kemana. Barulah kehidupan di rumah itu kembali damai seperti dulu. Vina bisa hidup tenang tanpa membuat pertengkaran lagi pada Derri.
Memang takdir tidak ada yang tau. Siapa yang menyangka bahwa ternyata Rara berada di Indonesia, tinggal bersama Pamannya. Dan Bara lebih tidak menyangka, ketika mengetahui Rara telah melakukan sebuah kejahatan di rumah itu.
Bara hampir tidak percaya. Karena dia tau betul bagaimana sifat gadis ini. Rara tidak akan pernah berani melawan bahkan separah apapun orang lain menindasnya. Dia hanya diam dan membiarkan orang lain menindasnya.
Tapi tidak mungkin Pamannya itu berbohong padanya. Hingga akhirnya mau tidak mau Bara mempercayai hal itu.
"Apa yang sudah terjadi padamu?"
TBC ☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Andirahmawatiabidin
mulai suka alur ceritanya, pengen tau lebih jauh lagi kk author knp Rara bisa segitu banget hancurnya, jadi kasihan. berbeda skali dgn cerita saat bersama Nesya 🤗🤗
2023-01-25
2
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
blom baca kisah Nesya,tapi udah loncat ke sini Bae🤭
jadi bingung pas baca komen² readers yg pada benci sama rara
2022-08-18
0
Muh. Yahya Adiputra
semua itu berkat kalian semua yg telah menyisakan rara. sehingga rara menjadi depresi.
😡😡😡😡
rara disini juga cuma sebagai korban dan tdk seharusnya kalian semua melimpahkan kesalahan itu kepadanya.
🤧🤧🤧🤧
2021-11-17
1