Tidak butuh waktu lama, Mic dan Rara sudah sampai ke tempat tujuan. Sebuah bar terbesar dan terkenal di kota ini, membuat Rara membelalakkan matanya.
"Mic, kenapa kita kemari?" wajahnya terlihat protes. Rara tentu tau tempat semacam ini. Sebuah tempat yang sangat diharamkan oleh keluarga Pramana untuk dikunjungi.
Begitu pun Rara, terlepas dari peraturan keluarga, dirinya juga tidak mau dan tidak akan pernah mau memijakkan kaki di tempat semacam itu.
"Temanku mengadakan acara di sini." Mic tersenyum, dia dapat melihat kecemasan di wajah cantik itu. "Tenang saja. Mereka menyewa satu lantai, dan tidak akan terganggu oleh pengunjung lainnya. Satu lagi, aku pasti akan menjagamu di sana. Cukup duduk diam di dekatku, maka tidak akan ada yang bisa mengganggumu." Mic meyakinkan Rara.
"Tapi Mic. Jika Pamanku tau, mereka pasti akan sangat marah."
"Pamanmu tidak akan tau jika kau tidak mengatakan apapun."
"Tapi Mic..."
"Sst... jangan khawatir, selama ada aku semua akan baik-baik saja."
"Ayo, mereka sudah menunggu." Mic keluar dari mobil, dan membukakan pintu mobil untuk Rara.
Dengan langkah ragu, Rara turun dari mobil. Seperti yang Mic katakan, semoga tidak terjadi masalah padanya. Karena jika sampai hal itu terjadi, dan keluarganya mengetahuinya, Rara tidak tau lagi.
"Ayo." tanpa Rara duga, tangannya digenggam oleh Mic. Pria itu membawanya masuk ke dalam gedung bar, tanpa tau gadis yang tengah terkejut akan tindakannya. Rara belum pernah melakukan hal ini sebelumnya.
Keduanya sudah sampai di lantai tempat pesta ulang tahun teman Mic diadakan. Tidak seperti yang Rara bayangkan. Pesta ulang tahun yang dipenuhi balon-balon berwarna-warni dan hiasan pernak-pernik dinding.
Dia salah besar, yang ada di pandangannya saat ini, tidak ada bedanya dengan suasana di lantai bawah. Hanya saja di sana lebih ramai daripada di tempatnya saat ini. Cahaya kelap-kelip dari lampu bar membuat kepalanya pusing, pun suara musik yang menggelegar dan memekakkan telinga, dia tidak terbiasa dengan ini semua.
"Mic, kita pulang saja." ucap Rara dengan suara sedikit keras.
Mic hampir tertawa mendengar permintaan Rara, mereka baru saja sampai, dan gadis ini meminta pulang?
"Kau ini. Kita baru saja sampai. Aku bahkan belum menyapa temanku." ujar pria itu, kemudian membawa Rara setelah melihat salah satu temannya memanggil.
Menghampiri sekumpulan anak muda yang sedang duduk di sofa, mengelilingi sebuah meja.
"Woo... Mic. Siapa yang kau bawa ini?" seloroh salah dari mereka. Rara semakin risih, akan tatapan para anak muda itu padanya. Ingin rasanya cepat-cepat pergi dari tempat terkutuk ini.
"Pergi sana!" Mic mendorong pria itu agar menjauh dari Rara, kemudian dengan posesif melindungi Rara dari jangkauan teman-temannya. "Ck. Kalian ini, berhenti melihatnya, atau mata kalian ingin kucongkel saja!" sentak Mic pada mereka. Mic tidak suka akan tatapan dari sahabat-sahabatnya itu.
Terdengar kekehan dari mereka. "Mic.. sejak kapan kau pelit seperti ini? Hanya melihat saja tidak boleh." malah sengaja terus menatap Rara yang berusaha bersembunyi di balik bahu Mic.
"Kau mau mati Nick! Berhenti melihatnya seperti itu." bentak Mic.
"Baiklah, baiklah. Kau ini pemarah sekali." Anak muda bernama Nick itu ternyata hanya sedang bermain-main. Sebenarnya mereka cukup terkejut melihat Mic, sahabat mereka, membawa seorang gadis di perkumpulannya.
"Maaf gadis manis, kami membuatmu takut. Sudah, jangan takut, kami hanya bercanda tadi." Nick mengulurkan tangannya di hadapan Rara. "Kenalkan, aku Mic, sahabat Mic."
Ketakutan Rara sedikit berkurang karena teman-teman Mic tidak menatapnya seperti tadi. Tapi juga masih ragu untuk menyambut tangan Nick.
"Sudah tidak perlu." sebelum Rara menyambut tangan Nick, Mic sudah lebih dulu menepisnya.
"Kau ini pelit sekali, berkenalan saja tidak bisa." kesal Nick, tapi Mic sama sekali tidak peduli.
"Dia siapa Mic, apakah dia kekasihmu?"
"Bukan. Namanya Rara, teman satu sekolahku." ujar Mic.
"Teman sekolah?" Nick mendelik. "Lalu kenapa kau bersikap seolah-olah kau ini kekasihnya. Bahkan kau tidak memperbolehkan untuk berkenalan." Nick kesal, saat tau Mic bukanlah siapa-siapa Rara.
"Memangnya kenapa? Anak-anak turunan iblis seperti kalian tidak pantas dekat-dekat dengannya." desis Mic.
Tentu Mic tau bagaimana sifat-sifat sahabat-sahabatnya ini. Para bajing*n yang sangat suka mempermainkan gadis-gadis. Dan dia tidak mau, anak sepolos Rara menjadi korban mereka. Sebenarnya Mic sama saja dengan mereka. Hanya saja kali ini Mic merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Rara.
Terlepas dari itu, sebenarnya Mic memang tidak suka Rara dekat dengan pria lainnya. Dia ingin menjaga dan melindungi gadis itu.
Entahlah, Mic tidak tau kenapa. Dulu saat dirinya menyukai seorang gadis, belum pernah merasakan perasaan semacam ini. Mic tidak terlalu peduli dan bahkan terkesan dingin, yang mana membuat gadis-gadis itu jengah dan tidak tahan.
"Dasar, kau juga tidak ada bedanya dari kami. Bahkan kau lebih bejat..."
Ucapan Nick terhenti kala melihat tatapan tajam Mic. Dia hampir saja membuka aib Mic di depan Rara.
Seorang pelayan datang membawa minuman untuk Mic dan Rara. Mic memesan minuman bersoda untuk Rara, karena Mic tau Rara pasti belum pernah minum alkohol.
Teman-teman Mic yang lain hanya tersenyum kecil melihat Mic yang sangat posesif terhadap Rara. Mereka tau, Mic sudah jatuh hati pada gadis itu.
Rara hanya duduk tenang di samping Mic, sambil mendengarkan perbincangan Mic dengan teman-temannya yang tidak dia mengerti. Sebenarnya di sana banyak gadis-gadis yang mungkin teman atau kekasih dari teman-teman Mic, yang bisa dia ajak mengobrol. Tapi dia tidak punya keberanian dan juga tidak berminat sama sekali. Yang dia inginkan adalah cepat-cepat pergi dari tempat ini.
Satu jam sudah berlalu, tapi Mic sepertinya belum ada tanda-tanda ingin pulang.
"Mic, kita pulang saja." Rara menarik-narik kemeja Mic agar pria itu mendengarnya.
"Tunggu sebentar lagi." Mic tersenyum geli. Ini masih jam sembilan, terlalu cepat untuk pulang baginya jam segini.
"Pulanglah Mic. Bayi besarmu itu sudah merengek." ejek teman Mic yang lain.
"Diamlah." desis Mic.
Rara menghela nafas, dia akan menunggu beberapa saat lagi, jika Mic belum ingin pulang, dia akan pulang sendiri.
"Permisi." seorang pelayan bar menyapa Mic, kemudian berbisik pada Mic.
Mic cukup terkejut setelah mendengar bisikan pelayan itu. "Rara, aku ke toilet sebentar, kau tunggu di sini sebentar."
"Tapi Mic..." protes Rara, dengan wajah takut.
"Tidak apa-apa. Mereka tidak akan macam-macam padamu." ujar Mic seolah tau kecemasan Rara.
"Nick, tolong jaga Rara!" perintah Mic.
"Tenang saja. Aku pasti akan menjaganya dengan segenap jiwaku."
"Awas kau macam-macam padanya! Nyawamu melayang." ancamnya, kemudian mengusap kepala Rara, "Aku akan kembali." ujarnya lalu berlalu dari sana.
Belum lama Mic pergi, seorang pria yang sedari tadi mengamati perlakuan Mic terhadap Rara, tiba-tiba duduk di sebelah Rara tempat Mic duduk sebelumnya.
"Lucas, apa yang kau lakukan, Mic akan mengamuk kalau kau macam-macam." tegur Nick pada pria yang ternyata bernama Lucas itu.
"Diamlah Nick. Aku hanya ingin berkenalan dengannya, selagi ada si sialan Mic itu tidak ada." pria itu menyeringai, apa lagi melihat wajah ketakutan Rara.
"Namamu Rara bukan? Jangan takut, aku hanya ingin mengobrol denganmu."
Nick kesal, sebab tau Lucas memiliki niat jahat pada Rara. Lucas adalah salah satu orang yang sangat tidak menyukai Mic di geng mereka, sehingga pria itu selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan Mic. Mic pasti akan marah besar, jika sampai tau Lucas mencoba mendekati Rara.
"Bagaimana kau bisa berteman dengan Mic? Kudengar kalian satu sekolah, benar begitu?" Lucas mengabaikan Rara Nick yang terus mengoceh menyuruhnya pergi.
Sedangkan Rara hanya mengangguk pelan, dan semakin merapat ke ujung sofa, dia benar-benar tidak nyaman saat ini.
"Nampaknya kau takut padaku. Hatiku sedikit sakit." pria itu menghela nafas, "Baiklah kalau kau tidak nyaman, aku akan pergi. Tapi sebelumnya mari bersulang, sebagai tanda pertemuan dan perpisahan kita."
Lucas mengambil gelas berisi cairan beralkohol dan gelas milik Rara yang belum tersentuh sedari tadi.
Rara menatap Lucas, ragu apakah harus menerima tawaran pria itu. Tetapi jika dirinya tidak melakukannya, yang ada Lucas akan semakin lama di sini.
Mau tidak mau akhirnya Rara mengambil gelas itu, kemudian berulang bersama Lucas. Dengan ragu, Rara meminum minumannya. Mungkin karena haus, Rara malah menghabiskan minumannya.
Lucas tersenyum puas. Matanya menatap lapar setiap lekuk tubuh mungil Rara. Terlepas dari ingin membuat Mic kesal, ternyata dia juga menginginkan Rara sejak pertama melihat Rara di tempat ini.
Kepergian Mic, dan juga minuman yang baru saja diminum Rara, tidak jauh dari rencananya yang dia susun secepat kilat.
Senyum pria itu semakin lebar kala melihat Rara yang sudah mulai kehilangan kesadarannya. Dengan cepat menangkup Rara yang sudah benar-benar tidak sadarkan diri, kemudian membawanya.
"Lucas, apa yang kau lakukan padanya. Kau...." geram Nick saat tau apa yang sudah Lucas lakukan. Pria ini benar-benar nekat.
"Mic akan murka jika..."
"Diamlah Nick. Gadis ini hanya mainannya, dia tidak akan marah!" Tetap membawa Rara dalam gendongannya.
"Lucas!" Nick masih mencoba menghalau, tapi gagal saat dua orang pemuda yang ternyata tidak menyukai Mic menahannya.
"Apa yang kalian lakukan bodoh!"
Terlambat sudah, Lucas sudah benar-benar pergi membawa Rara. Teman-teman yang lain tidak bisa berbuat apa-apa, sebab mereka juga menakuti Lucas, setelah Mic.
TBC ☘️☘️☘️
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA SAMA GIFT NYA BIAR OTHOR SEMANGAT UPDATE NYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
para bodyguard mata² yg jagain Rara kemana sih😤
2022-08-18
0
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
typo lagi🤭
2022-08-18
0
Ernadina 86
Nick takut Lucas y kok gak ngelawan di suruh jagain gak di jagain minimal larang Rara untuk menerima minuman
2022-08-12
0