Bara menghentak dengan kasar tangan Dena yang hampir menyentuh wajah gadis malang itu. Rara maupun Dena cukup terkejut akan kemunculan Bara yang entah datang darimana.
"Kak Bara..." Dena merasakan ketakutan yang belum pernah dia rasakan terhadap Bara, sebab kakak angkatnya ini selalu memperlakukan dirinya dengan baik dan lembut.
"Berhenti menganggunya!" ucap Bara sarkas.
"Tapi Kak Bara, aku belum selesai menghukum anak haram ini." Dena masih enggan pergi sebelum amarah yang menggerogoti hatinya terselesaikan.
"Keluar!" kini wajah Bara sudah mulai menggelap.
"Ta..tapi Kak...Ba..baiklah. Aku keluar." gadis itu ketakutan. Tetapi sebelum pergi, tidak lupa menatap tajam pada Rara. "Kali ini kau lolos anak haram! Awas saja nanti." desis gadis itu hingga akhirnya pergi.
Bukan tanpa alasan Bara sangat ditakuti di rumah ini. Meskipun dirinya hanyalah anak angkat, tetapi derajatnya sama seperti kakak tertua di dalam sebuah keluarga lazimnya. Selain Bara yang selalu memperlakukan keluarga dengan baik, Bara juga turut mengharumkan nama keluarga Pramana.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, Bara berhasil membawa perusahaan Derri yang dulu biasa saja, hingga maju dan jaya seperti sekarang ini. Perusahaan itu telah berubah menjadi perusahaan raksasa, hingga banyak perusahaan lain yang berlomba-lomba untuk melakukan kerjasama.
Oleh karena itu mereka lebih hormat dan menurut pada Bara. Dan mereka juga tau, Bara memiliki sifat yang tegas dan sulit dibantah. Membuat Dena dan Safira tidak ingin memancing emosinya. Hanya saja setiap melihat Rara, Bara selalu tersulut emosi. Selalu ada yang kurang jika Bara tidak menyiksa gadis itu barang satu hari pun.
Setelah Dena pergi, Rara mengalihkan pandangannya ke arah lain, sebab Bara selalu menyorot tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, membuatnya tidak nyaman.
Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dua orang pelayan wanita masuk dengan mendorong sebuah manekin yang dibalut dengan sebuah gaun putih.
Rara dapat menebak bahwa itu adalah gaun pengantin. Keningnya berkerut keheranan melihat gaun itu sudah berada di hadapannya.
"Bantu dia!" perintah Bara pada dua wanita itu.
Mereka mengangguk, kemudian mendekati Rara hendak meraih lengannya. Namun Rara malah menghindar.
"Kalian mau apa?"
"Menurutlah!" sentak Bara.
"Tidak mau. Sebenarnya ada apa ini?"
"Jangan banyak bicara! Cepat bawa dia!" menatap Rara tajam, membuat Rara mau tidak mau mengikuti kemauan pria itu.
Tidak butuh waktu lama, Rara sudah selesai mengenakan gaun itu. Gaun putih sederhana yang hanya dihias dengan beberapa kombinasi pernak-pernik di pinggirannya. Meski terlihat sederhana, tapi tetap cantik dikenakan oleh Rara. Sepertinya gaun itu memang didesain khusus untuk Rara. Terlihat cantik dan menawan.
Rara keluar dari ruang ganti dengan bantuan kedua wanita tadi. Di kamar ternyata Bara masih ada di sana. Pria itu duduk dengan tenang dengan manik tajamnya fokus pada gawainya.
"Maaf menganggu Tuan. Nona Rara sudah siap." lapor kedua pelayan itu.
"Pergilah!" ucap Bara singkat.
Setelah kedua wanita itu pergi, Bara berdiri dan berbalik untuk melihat calon pengantinnya.
Bara memang seorang yang ulung dalam menyembunyikan ekspresinya. Tapi kali ini, pertahanan pria itu runtuh begitu melihat wanita anggun di hadapannya ini. Manik yang selalu tajam, kini mulai sayu dan melemah. Jelas sekali pria itu sedang terpesona.
Bara menarik sudut bibirnya, namun Rara salah mengartikan senyuman itu. Seolah-olah Bara sangat jijik dengan tampilannya saat ini.
Bara mendekati Rara yang sedang memegangi bajunya. Pria itu berdiri tepat di depan Rara, menjulang tinggi di hadapannya.
Tangan berotot pria itu terulur untuk menyentuh dagu mungil itu, membuatnya mendongak ke arahnya.
"Ternyata kau bisa secantik ini." masih dengan seringaiannya.
Hanya satu kalimat itu, tetapi wajah Rara sudah memerah merona. Ini kali kedua dirinya mendapat pujian itu. Tetapi yang kedua ini, amat sangat menggetarkan jiwanya, bergetar hingga melemahkan tulang-tulangnya. Jelas saja, sebab pria yang memujinya ini adalah orang yang selalu mencela dirinya.
Rara berusaha menyembunyikan kegugupannya akan aura intimidasi pria ini. Menatap Bara dengan berani.
"Apa maksud dari semua ini Kak. Kenapa Rara harus mengenakan gaun ini?" cecar gadis itu.
Bara semakin menipiskan bibirnya, melangkah berdiri di belakang gadis itu.
Rara terkesiap, saat Bara malah meletakkan kepalanya tepat di atas pundaknya. Setiap hembusan nafasnya, membuat tubuhnya meremang. Rara merasa deja vu, teringat saat Bara menjemputnya dari Indonesia. Pria ini melakukan hal yang sama.
Gadis itu sudah tidak terkendali, jantungnya sudah meletup-letup seiring detakannya yang semakin meningkat. Tidak ingin Bara sampai merasakan jantungnya, dengan cepat dia menjauh.
Namun kalah cepat dari yang sudah melilit tubuhnya dari belakang dengan erat.
"Kak..." desis gadis itu. Jantungnya kini sudah bertalu bagai pacuan kuda.
"Jangan gugup begitu." bisik pria itu tepat di telinganya. "Bukankah sebentar lagi kita akan menikah?" dengan santainya pria itu menggigit cuping telinga yang sudah merah padam itu.
"Au...Apa? Me...menikah?" Rara tergugu, ucapan Bara lebih mengejutkannya daripada gigitan di telinganya.
"Hmm Besok kita akan menikah." dengan gerakan seringan bulu, Bara membelai wajah cantik itu. Begitu menggoda dan tidak tau malunya, hingga turun di dadanya putih yang terbuka.
Tunggu tunggu. Menikah? Otak Rara perlu waktu untuk mencerna ucapan pria itu. Hingga dalam hitungan detik Rara akhirnya sadar. Dengan kasar, gadis itu mendorong tubuh Bara.
"Siapa yang akan menikah?" menatap Bara penuh tanya.
"Tentu saja kita... sayang." Bara tersenyum lebar melihat kepanikan gadis mungil itu.
Apa? Rara tidak habis pikir. Ucapan Bara sudah cukup membuatnya shock. Dia tidak tau harus mengatakan apa lagi.
"Ada apa sebenarnya Kak? Aku... aku tidak mengerti..." sungguh Rara berharap telinganya sedang bermasalah saat ini.
Bara masih tersenyum, tapi bagi Rara itu adalah senyum paling mengerikan.
"Kau masih belum paham juga?" Bara mendekat, kali ini dengan paksa menarik pinggang mungil itu hingga menempel sempurna pada tubuhnya.
Untuk yang kesekian kalinya Rara terkejut dibuat pria ini. Melihat tidak percaya akan apa yang Bara lakukan barusan. Pria ini benar-benar mengikis jarak mereka.
Bara lagi-lagi membelai wajah Rara dengan lembut, "Aku dan dirimu akan menikah.... besok."
Rara jengah, dengan sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeraman pria itu. Tapi Bara tidak ingin hal sama terjadi dua kali. Dengan kuat tangannya mencengkram kuat pinggang mungil itu.
"Aku tidak mau menikah denganmu!" teriak Rara.
"Tidak ada yang peduli, kau mau atau tidak. Karena tanpa persetujuanmu pun, pernikahan ini akan tetap terjadi." ucap pria itu dengan dingin.
"Tidak mau! Kakak tidak punya hak membuat keputusan dalam hidupku!"
"Kenapa tidak? Bukankah aku ini kakak angkatmu? Harusnya kau patuh pada Kakakmu ini bukan?"
Pria itu tersenyum miring melihat ketidakberdayaan Rara.
"Aku tidak peduli! Yang penting aku tidak mau menikah, dengan Kakak atau siapa pun. Aku tidak mau!" gadis itu histeris.
"Diam! Jangan berteriak padaku!" mencengkeram dagu mungil itu.
"Kau terlalu berbangga hati anak kecil, kau pikir aku mau menikahi bocah ingusan sepertimu? Jika bukan karena permintaan Ayah, aku juga tidak sudi menjadikanmu sebagai istriku!" desis Bara, dengan tatapan tajam menghunus gadis itu.
Rara tidak tau lagi. Malam ini berbagai kejutan silih berganti mengganggu tidur damainya. Satu keluarga ini selalu memberikan kejutan padanya.
TBC ☘️☘️☘️
...JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA SAMA GIFT NYA JUGA BIAR OTHOR OLENG SEMANGAT UPDATE NYA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Hani Ekawati
Dih, memutar balikan fakta, bukannya kamu yang minta sama ayah Derri untuk menikahi Rara😤
2022-12-29
2
Riani Simatupang
kata nya krna ayah,,padahal kn dy yg mau nikah sma rara,, bener" penipu ulung si bara
2022-04-18
1
Cucu Siti Rodiah
bara2 c munafik😃
2022-01-07
0