Revan hanya menatap datar sosok yang menghampirinya, salah satu dari dua orang yang menyandang status sebagai sahabatnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Revan datar, menyandarkan punggungnya sambil menghela nafas kasar. Memejamkan mata dengan kepala mendogak menatap langit-langit ruangannya.
"Tidak ada. Hanya ingin berkunjung saja," ucap Dave, sahabat Revan yang terkenal kalem, meski sebenarnya brengsek.
Davendra Admaja, salah satu putra orang berpengaruh di Indonesia dan juga salah satu pengusaha muda yang sukses seperti Revan.
"Sungguh tadi kamu terlalu kasar dengan adikmu, Van. Kamu tahu, kan, jika hati wanita itu rapuh. Jadi bersikaplah lembut pada adikmu," nasehat Dave. Meski brengsek, ia tetap menghargai seorang wanita, itu yang sering keluar dari bibirnya.
Revan menoleh, menatap tajam pada sosok sahabat yang kini terlihat begitu santai duduk sofa berhadapan dengannya.
"Katakan tujuanmu yang sebenarnya, jika tidak maka aku dengan senang hati menendang tubuhmu keluar dari ruanganku!" Ucap dingin Revan.
Dave menghela nafas pelan, ia sudah mengatakan tujuannya tapi sahabatnya itu sama sekali tidak percaya dengan ucapannya. Apa dirinya terlihat seperti orang yang memiliki maksud terselubung setiap kali berkunjung?
"Aku sudah mengatakannya tadi, Van. Sungguh aku datang ke sini hanya untuk melihat keadaanmu," jujur Dave seketika tatapan aneh Revan berikan padanya.
"Aku masih normal, tidak suka batang!" Celah Dave menyadari tatapan jijik sahabatnya itu.
Revan membuang muka ke arah lain, memilih untuk diam tanpa berbicara. Mencoba menenangkan diri karena adiknya tadi.
'Yang Zara maksud tadi itu, bukan kejadian satu Minggu yang lalu, kan?!' batin Revan, mengeleng pelan. Tidak ada yang tahu akan hal itu selain dia dan Rania. Ya, itu menurutnya. Jadi, hal apa yang diungkit oleh adiknya itu?!
"REVAN!" teriak keras Dave saat Revan tak mendengar panggilannya.
Dengan malas Revan menoleh, menaikkan sebelah alisnya dengan wajah datarnya.
"Dah, lah! Tinggal satu ruangan denganmu, membuat darah tinggiku semakin tinggi!" Kesal Dave, bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan sahabatnya itu.
Revan hanya diam menatap pintu yang perlahan-lahan semakin tertutup, menghela nafas pelan sebelum memutuskan memejamkan mata. Sungguh ia lelah, butuh istirahat. Selama beberapa hari ini, tidurnya selalu tidak tenang setiap malamnya.
'Sepertinya aku akan kembali ke mansion malam ini, tinggal di apartemen membuat tidurku tidak nyenyak!' monolog Revan dalam hati, beranjak dari duduknya di sofa dan berpindah ke kursi kebesarannya, ia harus mengerjakan semua dokumen penting di atas meja.
Sementara itu, Dave keluar dari lift saat tiba di lobi Perusahaan sahabatnya.
Ia tersenyum begitu menawan saat beberapa karyawan wanita menyapanya. Jika Revan adalah seorang pemain wanita di atas ranjang, maka Dave adalah pemain hati wanita beserta penyuka ONS.
'Ada apa dengan, Revan? Tidak biasanya tingkah lakunya seperti itu. Apa terjadi sesuatu?' batin Dave, memainkan kunci mobilnya sambil melangkah mendekati Lamborgini miliknya di depan pintu lobi.
Dave masuk ke kursi kemudi, menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan Perusahaan sahabatnya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba ponselnya berdering.
Dengan malas ia meraih benda pipih itu, menggeser tombol hijau pada layar ponsel berlogo Apple tersebut.
"Ya, ada apa?" Tanya Dave to the point saat mengangkat telfon dari sahabatnya, yang tentunya lebih brengsek dari dirinya.
"Kamu di mana?"
"Jalan perjalanan pulang setelah dari perusahaan Revan," jawab singkat Dave dengan mata yang fokus ke jalan.
"Eh, sungguh? Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja, kan?"
"Jika khawatir, samperin terus tanyain! Jangan malah bertanya padaku," ketus Dave memejamkan matanya sejenak lalu kembali fokus ke jalan, hingga tiba-tiba menginjak rem mobilnya saat hampir saja menabrak seorang wanita yang berniat menyebrang jalan.
"Ya Tuhan!" Ucap Dave yang begitu terkejut, seketika membuka pintu mobil dan keluar.
"Hey, ada apa? Apa terjadi sesuatu?"
Dave tak menjawab pertanyaan sahabatnya itu, ia memilih mendekati wanita yang kini terduduk di depan mobilnya dengan belanjaan berserakan di mana-mana.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja. Kamu baik-baik saja, apa ada yang terluka?" Tanya Dave, berjongkok di hadapan gadis yang menunduk di depannya, mengabaikan sahabatnya yang bingung di seberang telfon.
"Hey! Kamu melakukan apa? Apa yang terjadi?" Lagi-lagi Dave hanya mengabaikan hal itu, lebih fokus menatap wanita yang masih menunduk sambil sesekali mendesis di hadapannya.
"Ah, iya. Tidak apa-apa."
Dave terdiam, matanya enggan mengerjap kala melihat wajah wanita di hadapannya itu.
"Cantik," guman Dave yang samar-samar di dengar oleh sahabatnya di seberang telfon.
"Hah? Tadi kamu bilang apa?"
Tanpa permisi ataupun berpamitan, Dave memutuskan panggilan sepihak, memasukkan ponselnya ke saku celana.
"Apa ada yang sakit?" Tanya Dave, membantu sosok wanita di hadapannya untuk berdiri.
"Tidak apa-apa, hanya saja belanjaanku ...."
Dave mengedarkan pandangannya, menatap berbagai macam jenis sayuran yang tergeletak di jalan.
"Sekali lagi aku minta maaf, aku akan segera menggantinya," ucap Dave berniat menelfon seseorang untuk membeli bahan makanan baru, mengganti milik gadis di hadapannya.
"Ti-tidak perlu," tolak wanita itu halus dengan senyum lembut di bibirnya.
Lagi-lagi Dave terdiam, terpesona melihat senyuman menenangkan gadis di hadapannya.
'Cantik, senyumnya manis lagi,' Dave membatin dengan senyum kecil di bibirnya. Segera membantu wanita itu memunguti bahan makanan yang bercecer di jalan, bahkan Dave menghentikan beberapa pengendara yang melaju untuk memunguti bahan makanan itu.
Tidak lama kemudian, semua bahan makanan telah berhasil di masukkan kembali ke kresek berukuran besar berwarna merah.
"Terima kasih," ucap wanita itu sambil membungkukkan setengah badannya ke arah Dave, tak lupa senyuman manisnya.
"Ah, iya. Sama-sama," jawab Dave terus memperhatikan gerak-gerik wanita di depannya itu.
Tiba-tiba Dave mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan wanita tersebut.
"Dave!"
Wanita itu sempat terdiam, berusaha mencerna apa yang terjadi hingga akhirnya tersadar dan membalas uluran tangan Dave.
"Rania," ucap wanita itu yang tak lain adalah Rania.
'Rania, nama yang indah.' batin Dave, tersenyum kecil tak jelas di bibirnya.
Dave mengerutkan keningnya saat melihat tingkah Rania yang menatapnya sekeliling, seolah tengah mencari sesuatu.
"Ada apa?"
Rania terkejut, ia fikir Dave telah pergi dari sana.
"Ah, tidak apa-apa," jawab Rania singkat, terus menatap sekeliling untuk mencari kendaraan yang bisa membawanya kembali ke Mansion.
Dave yang menyadari hal tersebut, seketika tersenyum dalam hati. Sepertinya ia memiliki kesempatan untuk bersama gadis itu lebih lama.
Gadis? Dave tidak tahu saja jika Rania sudah tidak perawan:)
Rania terkejut saat tiba-tiba Dave mengangkat dua kresek berisikan belanjaannya.
"Sini, biar aku anterin pulang."
"Eh, ti-tidak perlu, pak Dave. Saya bisa menunggu taksi atau angkutan umum lainnya," ucap Rania, mencoba menghentikan Dave yang berniat membawa belanjaannya ke mobil mewah berwarna biru tua itu.
Kening Dave mengerut mendengar Rania memanggilnya pak.
'Apa aku terlihat setua itu?' batin Dave bertanya-tanya.
"Tidak apa-apa, Rania. Anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena hampir menabrakmu tadi dan juga, tolong jangan memanggilku pak, panggil saja Dave!" Ucap Dave, menekankan.
"Sungguh tidak apa-apa, Dave. Anda sudah membantuku memunguti bahan makanan yang berceceran tadi, jadi ...." Ucapan Rania terhenti kala jari telunjuk Dave berada di bibirnya.
"Tolong, ya, gadis manis. Tenang dan ikut masuk ke mobil, aku sungguh tidak akan melakukan hal aneh padamu. Aku hanya akan mengantarmu sampai selamat ke tempat tujuan," ucap Dave dengan senyuman manisnya, tanpa menunggu persetujuan Rania memasukkan kresek tersebut ke dalam mobilnya.
Rania hanya diam melihat hal itu, masuk ke dalam mobil saat Dave membukakan pintu mobil untuknya.
"Terima kasih," ucap Rania yang dibalas senyuman oleh Dave, lalu pria itu segera mengitari mobil untuk masuk ke kursi kemudi, melajukan kendaraan mewahnya meninggalkan tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Nonasan_34
saingannn cintaaaa😍😍
2021-10-14
0
Linda Hakiman
,mening sama dave aja dech rania
2021-10-09
0
nurry noer
thor..ONS itu apa ya,?😩
2021-08-24
2