Rania menatap sekeliling kamarnya yang tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Ia tersenyum senang, setelah tadi mendapat perlakuan kasar dari beberapa pelayan, ternyata ada juga beberapa orang yang begitu baik padanya.
Seperti Bi Susi, Rara, dan sang koki di mansion itu. Sambil makan tadi, Rara terus berceloteh tanpa henti pada Rania, membuat gadis polos itu tersenyum manis. Dari percakapan dengan Rara tadi, Rania jadi mengetahui jika Rara seumuran dengannya dan bekerja di mansion itu untuk melunasi utang kedua orang tuanya. Sama seperti yang Rania lakukan sekarang.
'Ternyata aku tidak sendiri,' batin Rania sedikit mendogak menatap langit-langit kamarnya.
"Ayah, ibu, Rania janji akan memulai kehidupan baru dan lebih baik lagi di sini. Rania janji, akan bekerja keras untuk melunasi utang," monolog Rania, seolah kedua orang tuanya mendengar apa yang ia katakan.
Dengan senyum yang masih merekah di bibirnya, Rania berjalan mendekati ranjang di dalam kamar itu. Dengan ukuran yang hanya memuat satu orang.
Perlahan Rania merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, senyum di bibirnya terus mengembang sejak tadi hingga perlahan-lahan ia menguap dan memejamkan matanya.
Pagi menjelang, tepat pukul enam Rania telah terbangun dari tidurnya. Rania mendudukkan diri perlahan di atas tempat tidur, menyibakkan selimut tipis berwarna putih polos itu dan beranjak dari sana untuk segera membersihkan diri.
Tiga puluh menit berlalu, kini Rania telah rapi dengan pakaian berwarna hitam dan putih, sama seperti yang Rara dan para pelayan lain kenakan kemarin.
Setelah memastikan penampilannya rapi, Rania segera keluar dari kamarnya. Berjalan ke arah dapur untuk mencari Rara atau Bi Susi yang bisa memberitahukan padanya, hal apa yang harus ia kerjakan.
Setibanya di dapur, Rania menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari Bi Susi. Tapi hasilnya nihil, tidak ada Bi Susi di dapur. Saat Rania berniat mencari Bi Susi di tempat lain, seorang pelayan menghadang jalannya.
"Eh," Rania mendogak menatap wajah wanita di hadapannya itu, wanita yang semalam berlaku kasar padanya.
"Mau ke mana?" Tanya wanita itu dengan ketus.
"Saya mau cari Bi Susi, kak." ucap Rania lirih dengan kepala menunduk.
"Mau tanya soal tugas, ya?" Rania hanya menganggukkan kepalanya.
Seringaian terbit di bibir wanita itu, menatap Rania dengan tatapan penuh arti.
"Itu, banyak cucian di kamar mandi. Kamu kerjain itu! Abis nyuci, kamu sapu lantai dan pel lantai. Jangan lupa beresin setiap kamar yang ada di Mansion ini!" Ucapnya tegas.
Rania mendogak, ia tidak percaya jika mendapat pekerjaan sebanyak itu. Tak mau menunggu, Rania pun mengangukkan kepalanya pada wanita yang lebih tua di hadapannya itu, bergegas memasuki kamar mandi untuk mencuci pakaian.
Setelah Rania pergi, wanita itu memberitahukan pada beberapa pelayan untuk beristirahat dan tidak mengerjakan apapun. Menyerahkan semua tugas pada Rania. Dengan senang hati beberapa pelayan itu melakukannya, bersantai tanpa melakukan apapun.
***
Pukul setengah tujuh, Revan keluar dari kamarnya dengan setelan jas rapi berwarna hitam yang melekat di tubuh atletisnya. Wajah tampannya benar-benar memikat hati para pelayan wanita di rumah itu, hingga beberapa pelayan siap memberikan tubuh mereka. Tapi sayangnya, Revan adalah orang yang pemilih. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah membawa pelayan di rumahnya ke dalam kamar.
Revan Argantara, seorang pria dengan ketampanan bak dewa Yunani. Mampu memikat hati para kaum hawa yang melihatnya, tapi di balik itu ia memiliki sifat yang dingin. Sangat dingin bagai kutub Utara dan juga terkenal sangat kejam pada siapapun yang menghalangi tujuannya.
Revan adalah tipikal pria yang suka bergota-ganti pasangan one night stand, meski tidak setiap malam ia melakukan hubungan panas itu. Hanya saat ia benar-benar lelah dengan urusan Perusahaan hingga mencari kesenangan di club malam.
Kaki Revan melangkah menuruni anak tangga, matanya menyipit kala melihat hanya ada satu pelayan yang membereskan ruang tamu luas Mansion itu.
Revan mengeleng pelan, mengabaikan hal itu, memilih untuk segera memasuki ruang makan dan sarapan pagi.
Seperti hari-hari sebelumnya, hanya ada keheningan saat Revan menyantap sarapan paginya. Para koki hanya diam saat selesai mengantar makanan di meja makan.
Beberapa menit kemudian, Revan menyudahi sesi sarapannya, beranjak dari duduknya dan berjalan keluar ruang makan.
Revan menghentikan langkahnya saat melihat sang sekertaris tengah berbicara dengan sosok gadis yang ia temui kemarin.
Bian yang baru masuk ke mansion, memiringkan kepalanya saat hanya melihat Rania sendiri membersihkan ruang tamu mansion. Ia pun melangkahkan kakinya mendekati gadis polos itu.
"Pagi," sapa Bian dengan wajah datarnya, berhenti tepat di hadapan Rania.
Gadis itu tersentak, memeluk erat sapu yang hampir lepas dari genggamannya. Bian menahan senyum melihat raut wajah terkejut Rania.
"Hanya sendiri?" Tanya Bian menatap sekeliling.
"I-I-iya," jawab Rania gugup dengan kepala menunduk.
"Kamu sudah sarapan?" Tanya Bian lagi, entah mengapa mendadak ia penasaran dengan gadis di hadapannya. Padahal ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Rania hanya mengeleng menanggapi pertanyaan Bian, hingga terdengar suara deheman yang hampir membuat jantung Rania copot.
"Ekhem!"
Sontak Rania dan Bian menoleh, mendapati sosok Revan yang kini berdiri di hadapan mereka.
Mata gadis itu membulat sempurna, dengan cepat ia pergi dari hadapan Bian dan Revan. Mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda.
"Sudah selesai mengobrolnya?" Tanya Revan dengan raut wajah datarnya.
Bian menganggukkan kepalanya, lalu mengikuti langkah Revan yang berjalan lebih dulu mendekati pintu mobil.
Bian segera membuka pintu mobil sedan berwarna hitam itu, menutup pintu dan bergegas masuk ke kursi kemudi, melajukan kendaraan roda empat itu meninggalkan mansion menuju Perusahaan.
Rania mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena terkejut, sekali lagi ia mengakui ketampanan sang pemilik Mansion. Setelah kemarin melihat Revan dengan balutan kemeja putih tanpa jas, kini ia melihat paket komplit Revan dengan setelan jasnya.
'Ya Tuhan, dia tampan sekali,' batin Rania lalu mengeleng pelan menyingkirkan semua hal yang hinggap di benaknya.
"Apa yang aku fikirkan?" Tanya Rania pada dirinya sendiri, menepuk pelan pipinya.
'Aku tidak boleh jatuh hati pada, Tuan Muda. Tugasku di rumah ini hanya untuk bekerja melunasi utang ayah dan ibu,' batinnya, menolak keras perasaan aneh yang sempat hinggap di benaknya.
Rania pun kembali melanjutkan kerjaannya, tak peduli dengan panggilan Bi Susi dan Rara, yang memanggilnya untuk sarapan pagi terlebih dahulu.
***
Pukul empat tepat, Revan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya. Melonggarkan sedikit dasi di keras kemejanya.
Hari ini ia benar-benar lelah dengan tumpukan dokumen penting yang harus ia periksa.
'Malam ini aku harus ke club,' batin Revan lalu bangkit dari duduknya untuk segera pulang.
Saat Revan keluar dari ruangannya, Bian sudah menyambut kedatangannya sambil membungkukkan setengah badan.
"Selamat sore, Tuan."
"Hm," Revan hanya membalas dengan deheman. Berjalan lebih dulu mendekati lift untuk segera tiba di lantai dasar.
Dengan senang tiasa Bian mengekori Revan hingga memasuki lift, memencet tombol lift ke lantai dasar.
Ting!
Pintu lift terbuka, Revan dan Bian berjalan keluar dari lift. Semua karyawan yang ada di lobi, membungkukkan setengah badan saat Revan melewati mereka.
Revan hanya mengabaikan hal itu, masuk ke dalam mobil saat Bian membuka pintu penumpang untuknya.
Dalam perjalanan pulang hanya ada keheningan hingga mobil tiba di Mansion. Bian segera keluar dari kursi kemudi, membuka pintu untuk Revan.
Revan berjalan mendekati pintu masuk, diikuti oleh Bian yang membawa beberapa dokumen penting.
Sesaat setelah mereka melewati ambang pintu mansion, tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak terduga di depan mata mereka.
"NONA RANIA!" teriak Bian, bergegas berlari mendekati tubuh Rania yang terkapar lemas di atas lantai mansion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Al Hayati
iya athor, masak tokoh utamanya suka club
2022-12-24
0
Aspri Yuliatii
aku mampir kak
salam kenal dari cinta tuan muda dan pelayan hati dan bercinta dengan makhluk ghaib juga cinta sang mafia
2021-09-20
0
A. Queen
hmm
2021-08-29
0