Zhu San memacu kudanya ke arah selatan. Ia merasa tenang setelah mendengar informasi dari Pria Bertopeng Putih yang kini menjaga Pamannya untuk beberapa waktu ke depan.
Informasi yang Zhu San dapat dari pria itu, benar-benar diluar dugaannya.
Ayahnya, Bangsawan Zhu Han adalah salah satu dari Empat Bangsawan lain yang ikut mendanai dan bekerjasama dengan Aliansi Aliran Hitam.
Aliansi ini memiliki tujuan untuk menguasai Kekaisaran Liu. Lalu membagi wilayah Kekaisaran menjadi Empat Bagian.
Ke empat bagian tersebut masing-masing akan diurus secara Administratif oleh Empat Bangsawan yang beraliansi dengan mereka.
Para Pendekar dari Aliansi Aliran Hitam ini mendapat bagian untuk mengurusi perdagangan serta keamanan dan militer.
Itulah rencana yang telah disusun dan mulai dilaksanakan oleh Aliansi tersebut dalam tahun ini.
Sementara bagi Bangsawan yang menolak bekerja sama dengan Aliansi itu, mereka akan dibunuh beserta seluruh keluargannya dan diambil alih hartanya.
Sejauh ini, hanya Bangsawan Mu Bai dan Bangsawan Song Yu yang tidak ingin terlibat dalam aliansi tersebut.
Namun konsekuensi dari penolakan itu tidaklah ringan. Teror silih berganti dialami oleh kedua Bangsawan besar itu.
Namun begitu mereka tetap teguh dan setia kepada Kepala Keluarga Bangsawan Liu yang menjadi Kaisar Liu saat ini yaitu Kaisar Liu Feng.
“Sepertinya sebentar lagi akan terjadi kekacauan besar di Kekaisaran Liu Ini, aah dimana aku ?”
Zhu San sedang melintasi sebuah padang ilalang yang membuatnya bertanya, benarkah jalan yang ia tempuh saat ini.
Sudah dua hari ini Ia berkuda dan nyaris tanpa berhenti selain memberi makan atau minum kudanya.
Merasa kebingungan, Zhu San pun memilih untuk beristirahat terlebih dahulu. Ia pun memilih sebuah pohon yang cukup rindang dan duduk santai di bawahnya.
Ia pun membuka peta pemberian sang paman, namun dalam peta tersebut tidak menyebutkan adanya padang ilalang luas yang sedikit di tumbuhi oleh pohon di sepanjang tepi jalan yang membelah Padang Ilalang tersebut..
“Apakah Aku tersesat? Kurasa Aku memilih jalan yang benar saat tadi di persimpangan jalan… ?
Zhu San menepuk jidatnya saat menyadari bahwa kemarin sore Ia telah salah berbelok pada persimpangan sebelumnya.
Saat ini, Ia tengah menuju jalan yang mengarah ke Ibukota Kekaisaran Liu, yaitu Kota Shangyu.
Zhu San mengamati peta tersebut lebih lanjut, setidaknya dibutuhkan waktu satu hari untuk kembali ke persimpangan yang dimaksudkan dalam peta itu.
Zhu San pun kembali mengamati dengan cermat peta yang dibawanya.
“Walau sedikit lebih jauh, tetapi tak ada salahnya aku melanjutkan perjalanan melalui Ibukota Kekaisaran.”
Zhu San memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke kota Shinzu melalui jalur yang berbeda dengan jalan yang ditunjukan oleh sang Paman.
Ia pun kembali memacu kudanya menuju ke tenggara, ke arah Ibukota Kekaisaran yang berjarak tiga hari perjalanan dengan berkuda.
Saat malam tiba, Zhu San telah sampai di sebuah desa kecil yang cukup ramai dan kehidupan rakyatnya pun terlihat cukup makmur.
Zhu San memacu kudanya secara perlahan, lalu menunjukan identitasnya kepada para prajurit penjaga desa yang menjaga gerbang desa tersebut.
Para penjaga pun mengizinkan Zhu San karena melihat lencana identitas yang menunjukan dirinya bagian dari keluarga Bangsawan Mu Bai.
Zhu San pun memasuki desa yang bernama Donghai itu. Matanya menyapu seluruh bangunan untuk mencari sebuah kedai makan sekaligus penginapan.
Ia pun segera menemukan sebuah kedai yang cukup besar dan telah ramai oleh rombongan para pedagang yang memang ingin menginap di desa itu.
“Tolong jaga dan beri makan kuda ini, karena Aku akan menginap disini dan besok baru melanjutkan perjalanan lagi.”
Zhu San berkata kepada pelayan seraya memberinya sebuah koin emas.
Mata pelayan itu melotot lebar saat mendapatkan tips yang cukup untuk hidup beberapa bulan bersama keluarganya itu.
Namun apa yang dilakukan oleh Zhu San, ternyata sedang dilihat oleh dua orang yang sedang minum arak tak jauh darinya.
Zhu San pun memasuki Kedai makan itu dengan santai. Beberapa pasang mata melihat Zhu San dengan senyum di bibir mereka.
Zhu San tak memperdulikan hal itu , Ia lalu mencari pemilik kedai dan menemukannya sedang duduk diam dibalik meja, sedang memperhatikan sebuah catatan.
“Tuan aku memesan makanan terbaik dari kedai ini dan juga seguci arak. Oh iya … Aku dengar kedai ini juga mempunyai ruang untuk menginap. Apakah Aku bisa menyewa satu ruangan?”
“Baik Tuan muda akan segera kami siapkan pesanan anda. Mengenai ruang menginap, hanya tersisa satu ruangan. Dan itu ruang terbaik dan termahal yang kami miliki, apakah anda akan tetap menyewanya?”
Pemilik kedai tersenyum saat melihat Zhu San menganggukkan kepalanya. Zhu San sedikit terkejut saat mendapati harga ruangan itu sebesar tiga keping koin emas.
Namun karena hanya tinggal satu ruangan yang tersisa, Ia pun menyerahkan empat keping koin emas kepada pemilik kedai tersebut untuk membayar sewa kamar dan biaya makanan yang Ia pesan.
Zhu San kembali mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan yang telah penuh dengan mereka yang sedang bersantap, maupun sekedar minum arak.
Ia pun melangkah saat menemukan satu buah meja yang tersisa dan duduk di tempat itu, menunggu pesanannya diantar.
Sesaat kemudian masuklah dua orang wanita yang mengenakan topi tudung bertirai kain putih yang tipis.
Di tangan kiri keduanya terdapat buntalan dan satu buah pedang. Hal yang menunjukan jika mereka berdua adalah seorang pendekar.
Keduanya mengenakan gaun biru bermotif awan putih yang sama persis, sepertinya kedua wanita tersebut berasal dari sekte yang sama.
Ruangan yang semula bising, mendadak menjadi hening. Beberapa orang yang sepertinya adalah pendekar, berbisik-bisik saat melihat keduanya mendekati tempat Pemilik Kedai itu berada.
“Permisi, apakah masih ada satu ruang untuk kami menginap?”
Suara seorang perempuan yang terdengar telah sepuh, terdengar saat berbicara dengan pemilik kedai.
Wanita itu terlihat kecewa saat mendengar ruangan untuk menginap telah penuh. Ia pun akhirnya hanya memesan makanan untuk mereka berdua.
Keduanya lalu berbalik untuk mencari meja yang kosong, namun mereka tidak dapat menemukan satu buah meja pun yang benar-benar kosong.
Saat melihat meja yang Zhu San tempati, Keduanya melangkah menuju kearahnya.
“Permisi Tuan Muda, bolehkah kami bergabung di meja ini? Karena meja yang lain telah penuh, dan hanya meja ini yang terlihat longgar.”
Suara sepuh tersebut berkata kepada Zhu San yang seketika langsung berdiri menerima penghormatan wanita yang sepertinya seorang nenek berusia sekitar tujuh puluhan tahun itu.
“Silakan … Ne eh Nyonya … Kebetulan Saya juga hanya sendirian.”
Suara Zhu San yang terlihat kikuk itu, membuat Nenek tersebut tertawa kecil.
“Terimakasih … Melihat usia anda dan menilik usiaku, sepertinya anda lebih pantas memanggilku Nenek. Perkenalkan namaku Qin Rui dan ini cucuku Qin Yu.”
Nenek bernama Qin Rui itu segera melepas topi tudung bertirai kain tipis itu seraya duduk di kursi yang berada di seberang kursi yang tadi Zhu San duduki.
Sementara perempuan bernama Qin Yu itu segera melepas topi tudungnya seperti yang dilakukan oleh sang nenek seraya duduk di sampingnya.
Mata Zhu San melotot lebar melihat kecantikan yang belum pernah Ia lihat sebelumnya.
“Alamaaaak … Cantik sekali gadis itu ..”
“Ya Ammpuun … cantik sekali…”
Suara-suara saling bersahutan membuat wajah gadis bernama Qin Yu itu seketika memerah.
Sementara Zhu San masih terlihat bengong menatap wajah gadis yang berwajah bagai bidadari itu.
Suara Batuk Qin Rui, menyadarkan Zhu San yang segera duduk dengan raut wajah yang terlihat sedih.
Hal itu karena mengingat perkataan Gurunya tentang Tubuh Istimewanya yang hanya bisa menikahi gadis dengan tubuh Yin Sejati atau gadis bertubuh Yang Sejati saja.
Wajah sedih pemuda yang belum Ia ketahui namanya itu, membuat dahi Nenek Qin Rui mengerut.
Ia heran melihat hal itu, lalu memalingkan wajahnya ke arah Qin Yu untuk mengetahui apakah cucunya itu memarahi pemuda yang baik hati dengan berbagi meja bersama mereka.
Namun raut yang sama sedihnya terlihat di wajah cucunya yang tengah memandang pemuda tampan di hadapan mereka.
Akhirnya Qin Rui pun terdiam menyadari bahwa Qin Yu teringat akan kondisi tubuhnya yang hanya bisa menikahi pemuda dengan Tubuh Yang Sejati.
Saat Ia ingin menanyakan nama Pemuda itu, pesanan mereka datang membuatnya menyimpan pertanyaan itu.
******
Author baru menyadari jika mendapat bonus dari pembaca yang tidak bisa Author Ketahui sesiapa sosok dermawan itu.
Author mengucapkan terimakasih 🙏🙏🙏 yang mendalam atas Apresiasi yang Anda berikan dan itu sangat berarti sekali bagi Author.
Chapter ini Author Dedikasikan untuk Anda dan mohon maaf Author belum mengetahui identitas Anda.
Ilustrasi Qin Yu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Pendekar Rajawali
Sayang nya ga ada cincin penyimpanan nya
2024-09-16
0
Matt Razak
Mantap 💪💯
2024-06-07
1
Johny Fery Polii
ok ..
2024-05-24
0