Zhu San terbangun karena hidungnya menghirup aroma daging Bakar yang harum oleh Bumbu-bumbu yang diracik oleh Lin Kai.
Fu Kuan berdecak kagum pada Jagoan Nomor Satu Aliran Hitam itu. Di balik gelarnya yang menakutkan, tersembunyi kebaikan dan rasa persahabatan yang Ia rasakan begitu tulus.
Ia pun teringat kembali perkataan mendiang gurunya lima puluh tahun silam.
“Tidak ada orang yang dilahirkan untuk benar-benar menjadi baik atau menjadi jahat. Hanya mereka yang mampu mengendalikan hawa nafsunya yang mampu mendekatkan diri pada kebenaran hakiki.”
“San’er bersihkanlah dirimu dan ganti jubah mu dengan jubah guru ini. Kau tidak perlu ke sungai untuk mengambil air, karena di dalam goa ini terdapat mata air yang airnya sangat jernih.”
Lin Kai segera mengambil jubahnya yang lain dan memberikan kepada Zhu San, lalu mengarahkan muridnya itu ke sebuah mata air yang berada dalam goa tersebut.
Zhu San pun tidak membantah perintah Guru Ke Duanya itu. Ia segera melangkah ke arah yang ditunjuk oleh Lin Kai dan kembali tepat saat 3 daging kelinci itu telah matang.
“San’er duduklah disini, kita mengisi perut terlebih dahulu.”
“Terimakasih Guru Pertama, guru Ke dua.”
Zhu San berterimakasih kepada kedua gurunya yang masih terlihat pucat itu setelah menerima daging panggang dari Fu Kuan.
Tak ada satu pun dari ketiganya yang mengeluarkan suara saat menyantap daging panggang tersebut.
“San’er … Guru ingin memeriksa luka di kepala mu untuk melihat apakah ingatan mu bisa pulih kembali atau tidak.”
Fu Kuan berkata kepada Zhu San yang duduk disebelah kanannya, sesaat setelah mereka selesai menyantap daging kelinci panggang yang sangat lezat itu.
Lin Kai dan Fu Kuan menghela nafas panjang setelah selesai memeriksa luka yang menyebabkan salah satu syaraf Yao Chan cidera dan hampir putus itu.
“Tua Bangka Keriput, apakah kau punya solusi untuk cideranya tersebut?”
Lin Kai bertanya dengan suara lesu, Ia merasa tak ada harapan lagi untuk mengembalikan ingatan Zhu San.
Berbeda dengan Fu Kuan, Ia terlihat masih berpikir keras dan beberapa saat kemudian ia tersenyum, membuat Lin Kai merasa kagum dengan keluasan pengetahuan Fu Kuan.
“Bunga Lotus Emas, ya hanya bunga itu yang mungkin untuk menyembuhkan syarafnya itu.”
Lin Kai terdiam sejenak sebelum mengutarakan tentang Bunga Lotus Emas yang Ia dengar hanyalah sebuah mitos.
“Tidak … Bunga Lotus Emas memang ada, hanya saja tidak semua orang beruntung untuk bisa melihatnya. Seandainya dulu Aku tidak membantu Biksu Thio San, mungkin aku tidak akan bisa melihatnya.”
“Thio San!? … Biksu Tangan Seribu dari Kuil Lonceng Dewa!??”
Lin Kai terkejut mendengar bahwa Fu Kuan mengenal Biksu Thio San yang merupakan Jagoan nomor satu Aliran Putih di Kekaisaran Wei itu.
Selain itu sosok itu juga merupakan Ketua Sekte Kuil Lonceng Dewa yang lebih mengutamakan pemurnian hati dan bathin daripada mengurusi kehidupan duniawi.
Fu Kuan membenarkan Perkataan Lin Kai, Ia pun lalu menceritakan tentang kejadian di masa lalu saat ia bertemu Thio San yang sedang bertarung melawan tiga orang Pendekar Aliran Hitam kekaisaran Wei.
Walau Jagoan Nomor Satu, namun di usianya yang telah tua, Ia tidak mampu bertahan lama menghadapi tiga Pendekar yang termasuk dalam sepuluh jagoan Aliran Hitam itu.
Saat tengah terdesak, Fu Kuan yang melihatnya langsung memasuki arena pertarungan hingga ketiga jagoan itu berhasil didesak mundur oleh mereka berdua.
Ketiga Jagoan aliran hitam tersebut pergi meninggalkan mereka dengan rasa kesal kepada Fu Kuan.
Fu Kuan pun membantu Biksu Thio San untuk membawa Dua orang muridnya yang terluka parah kembali ke Kuil Lonceng Dewa.
Saat itulah Fu Kuan melihat Bunga Lotus Emas berada di sebuah Kolam yang di kelilingi pagar besi dengan penjagaan ketat.
“Syukurlah jika begitu San’er memiliki harapan untuk bisa mengingat masa lalunya. Sekarang kita harus mulai melatihnya untuk membentuk tenaga dalam terlebih dahulu. Karena aku tidak memiliki waktu yang lebih lama lagi.”
Lin Kai menanggapi cerita Fu Kuan dengan antusias. Hingga membuatnya terbatuk akibat luka dalamnya tersebut.
“Apa maksudmu dengan “waktu yang tidak lama lagi” Apakah kau juga terluka dalam yang parah seperti diriku?”
Fu Kuan terkejut karena mengetahui bahwa Lin Kai berada dalam posisi yang sama dengan dirinya.
Demikian juga dengan Lin Kai, Ia terkejut mendengar kondisi Fu Kuan yang memiliki waktu hidup tidak lebih lama dari dirinya.
Sementara Zhu San yang sedari tadi hanya diam saja mendengar perbincangan ke dua Gurunya tersebut, tersentak kaget hingga membuatnya merasa sedih dalam seketika.
“Maafkan Aku, karena tidak meneliti kebenaran informasi itu, sehingga kita harus bertarung hingga berakhir seperti ini.”
Fu Kuan menjadi terharu, seorang Jagoan Aliran Hitam meminta maaf adalah hal yang sangat tidak mungkin terjadi.
Keduanya berjabat tangan dan saling memeluk satu sama lainnya untuk meminta maaf karena telah saling melukai.
Dua titik air bergulir dari Mata Zhu San melihat keharuan yan ada dihadapannya. Dua orang Gurunya tersebut yang mulanya saling bermusuhan, kini berpelukan bagai bagaikan seorang saudara.
Kesedihan akan masa hidup kedua Gurunya yang tidak lebih dari setahun lagi, membuat Zhu San bertekad mewarisi seluruh beladiri yang dimiliki oleh kedua Gurunya tersebut, dalam waktu secepat yang Ia bisa.
Ketiganya segera keluar dari goa dimana terdapat sebuah pohon yang sangat besar, berjarak dua meter dari mulut goa tersebut.
Pohon Besar menutupi mulut Goa dari pandangan, dimana di balik pohon besar itu, terdapat tanah lapang yang cukup luas.
Di tanah lapang itulah mereka mulai memberi arahan kepada Zhu San untuk mulai menghimpun tenaga dalam.
“Benar-benar bocah yang beruntung yang cerdas. Ia bisa menggunakan metode mengumpulkan Energi Yin yang kau ajarkan dan metode Energi Yang dari ku.”
“Benar sekali, Ia sepertinya memiliki takdir langit untuk menjadi pendekar yang akan jadi legenda dengan tubuh istimewanya itu.”
Keduanya sedang duduk sambil menatap Zhu Shan yang melepas jubahnya dan bermeditasi di atas sebuah batu.
Dengan Tubuh Istimewanya tersebut, Keduanya tidak khawatir lagi akan terjadi bentrokan energi dalam tubuh Zhu San karena mempelajari metode yang berbeda.
Baik Fu Kuan maupun Lin Kai kini menyadari bahwa mereka berdua memang ditakdirkan langit untuk menjadi guru bagi Zhu San.
Hal itu karena Fu Kuan memiliki Tubuh Yang Sejati, sedang kan Lin Kai memilki Tubuh Yin Sejati.
Cara menghimpun Tenaga Dalam dari keduanya tentu saja berbeda, bahkan bertolak belakang.
Namun dilakukan oleh seorang yang memiliki Tubuh Yin Yang Sejati, perbedaan yang ada kini menjadi satu dan membuathkan hasil yang mengejutkan keduanya.
Mereka segera berdiri setelah lima jam Zhu San bermeditasi. Itu karena mereka melihat bagian kanan Tubuh Zhu San mengeluarkan keringat dan hawa panas yang memancar kuat hingga terasa oleh keduanya.
Sementara bagian tubuh Zhu sSan sebelah kiri, terlihat mengepulkan asap putih kebiruan yang memancarkan hawa dingin sama kuatnya dengan hawa panas tadi.
“Secepat inikah ia berhasil menghimpun Tenaga Dalam?”
Lin Kai menelan ludahnya seraya menatap tajam ke arah tubuh Zhu San yang mulai terlihat bergetar.
“Tunggu, kita harus menghentikan meditasi itu, jika tidak …!”
Fu Kuan menyadari sesuatu karena melihat tubuh muridnya itu mulai bergetar hebat. Lin Kai yang mulanya merasa senang, terkejut saat memiliki kesadaran yang sama.
Keduanya baru saja hendak berteriak untuk meminta Zhu San menghentikan meditasi nya tersebut. Namun keduanya terlambat.
AARRRRRGGGHHHH
Zhu San berteriak sangat kuat, dari tubuhnya memancar Tenaga Dalam luar biasa dahsyat hingga yang memiliki hawa panas yang sangat panas dan hawa dingin yang sedingin Es.
Terpaan hawa Tenaga Dalam yang kuat itu membuat Lin Kai dan Fu Kuan terhuyung-huyung hingga membentur pohon besar yang menutupi goa, tempat dimana mereka tinggal.
Keduanya terkesiap merasakan energi sangat besar yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya selama puluhan tahun menjadi pendekar.
“San’er!!”
Keduanya berseru nyaris bersamaan saat melihat tubuh Zhu San tergeletak. Dengan susah payah mereka berdua melesat untuk melihat kondisi tubuh Zhu San.
Keduanya tiba di tempat Zhu San berada dan raut wajah cemas penuh kekhawatiran segera terlihat di wajah keduanya.
Zhu San tergeletak pingsan dengan mulut mengeluarkan darah. Sebagian tubuhnya masih mengepulkan asap dan sebagian lagi masih terasa panas.
Kedua hawa yang berbeda itu perlahan mereda dan wajah pucat Zhu San perlahan kembali terlihat cerah.
“Bagaimana kondisinya? Apakah dia baik-baik saja?”
Lin Kai terlihat cemas saat melihat Fu Kuan tengah memeriksa kondisi Zhu San. Ia begitu khawatir sehingga terdengar cerewet di telinga Jagoan Aliran putih itu..
“Ini … Kenapa bisa begini..?”
Suara Fu Kuan terdengar bergetar saat telah selesai memeriksa tubuh Zhu San.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Matt Razak
Mantap thor
2024-06-07
0
Yanka Raga
🤩😎
2024-05-04
0
Darwito
fd
2024-02-06
3