Kehilangan

📚

📚

📚

📚

📚

Aqila keluar dari kamar mandi dengan wajah yang memerah, dia masih malu membayangkan tadi malam dia tidur satu ranjang dengan Raffa.

"Astaga, kenapa jantungku kembali berdebar saat melihat wajah Mas Raffa," batin Aqila dengan memegang dadanya.

Aqila kembali bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, Aqila melihat Raffa masih tidur dan dia tidak berani membangunkannya sebenarnya bukan tidak berani tapi Aqila masih malu kalau harus bertatapan dengan Raffa.

Aqila keluar dari kamar dan menuju meja makan, sebenarnya Raffa sudah bangun dari tadi tapi Raffa mengalami hal yang sama dengan Aqila, dia merasa malu karena ketahuan memindahkan Aqila ke tempat tidurnya.

"Selamat pagi Eyang," sapa Aqila dengan semangatnya.

"Selamat pagi Sayang, lho ada apa ini? sepertinya cucu Eyang sedang bahagia," goda Eyang Puteri.

"Ah Eyang, Aqila hanya sedang merasa bahagia saja pagi ini," sahut Aqila.

Aqila dan Eyang melahap sarapan paginya dengan penuh semangat.

"Eyang, Aqila berangkat dulu ya soalnya Aqila ngajar di jam pertama," seru Aqila.

"Ya sudah, kamu diantar Pak Burhan kan?"

"Iya Eyang Aqila berangkat dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aqila pun berangkat menuju ke sekolah, sedangkan Raffa baru saja turun dari kamarnya dan langsung menuju pintu keluar.

"Raffa, kamu tidak sarapan dulu?" tanya Eyang.

"Tidak Eyang, Raffa sarapan di Kantor saja soalnya hari ini Raffa ada meeting mendadak."

"Ya sudah, kamu hati-hati di jalan."

Raffa pergi menuju Kantornya, selama dalam perjalanan Raffa tampak melamun entah apa yang sedang Raffa lamunin.

Sesampainya di Kantor, Clarissa sudah menyambut kedatangannya dengan senyuman termanisnya tapi entah mengapa sekarang justru Raffa tidak mau melihat senyuman itu.

Raffa masuk ke dalam ruangannya tanpa memperdulikan Clarissa dan Clarissa pun segera masuk menyusul Rafa.

"Selamat pagi Mas, apa mau aku buatkan kopi Mas? sepertinya kamu sedang suntuk," tawar Clarissa.

"Tidak usah aku lagi ga mau kopi," sahut Raffa dengan dinginnya.

"Hmmm...apa Mas sudah bicara sama Eyang tentang masalah kita Mas?" tanya Clarissa.

"Clarissa, memangnya kamu pikir ngomong itu mudah apa? aku juga harus memperhatikan kesehatan Eyang juga, aku tidak mau sampai Eyang kembali drop," bentak Raffa.

"Kok Mas bentak aku sih, padahal kan aku cuma mau memastikan saja, kalau Mas takut bicara sama Eyang biar aku saja yang bicara," seru Clarissa.

"Clarissa jangan macam-macam kamu, kalau kamu sampai berani bicara sama Eyang, aku pastikan tidak akan jadi menikahimu," ancam Raffa.

"Mas jahat, Mas hanya mementingkan keadaan diri sendiri dan Eyang saja, sementara Mas tidak memperdulikan aku yang saat ini sedang mengandung anakmu Mas," bentak Clarissa.

"Diam kamu Clarissa, aku pasti akan tanggung jawab tapi bukan sekarang aku lagi menunggu waktu yang tepat."

"Kapan Mas? kamu mau menunggu sampai perut aku membesar dan mendapat gunjingan dari semua orang? jahat kamu Mas," sahut Clarissa dengan tangisannya.

Raffa yang melihat Clarissa menangis hanya bisa mengusap wajahnya kasar, dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Stop Clarissa jangan menangis lagi, nanti di kiranya aku sudah ngapa-ngapain kamu," bentak Raffa.

Clarissa tidak mendengarkan ucapan Raffa, tangisannya malah semakin menjadi-jadi.

"Astaga Clarissa, ok aku akan ngomong sama Eyang sore ini puas kamu," bentak Raffa.

"Benar ya Mas, awas kalau sampai tidak ngomong aku yang akan ngomong langsung sama Eyang," sahut Clarissa dan langsung meninggalkan ruangan Raffa.

"Ah sial...." Raffa terlihat menjambak rambutnya sendiri.

***

Sementara itu di sekolahan, Aqila tidak pernah melepaskan senyuman di wajah cantiknya sehingga membuat rekan-rekan guru merasa aneh dengan tingkah Aqila.

"You sehat Bu Aqila?" tanya Zahra dengan memegang kening Aqila.

"Apaan sih Bu Zahra, aku sehat walafiat sehat banget malah, memangnya kenapa?" Aqila balik bertanya.

"Tidak apa-apa sih, kita semua merasa aneh saja soalnya you dari tadi senyum-senyum sendiri takutnya you jadi gila," cerocos Zahra.

"Enak saja aku disebut gila," sahut Aqila dengan cemberut yang dibuat-buat.

"You sedang dapat lotre ya, wajah you cerah banget pagi ini?" tanya Ranti.

"Kalian itu kenapa sih? disaat aku sedih kalian selalu bilang jangan bersedih tapi sekarang giliran aku sedang bahagia dibilangnya aku gila, terserah kalian sajalah mau kalian apa, yang penting saat ini mood aku lagi sangat baik jadi jangan merusaknya dengan pertanyaan-pertanyaan aneh kalian," sahut Aqila.

Zahra dan Ranti hanya saling pandang satu sama lain.

***

Waktu berjalan dengan cepat, Raffa tidak bisa bekerja dengan baik dan Raffa memutuskan untuk pulang dan akan mencoba bicara dengan Eyang, mudah-mudahan penyakit Eyang tidak kambuh.

"Tuan sudah pulang?" tanya Bi Ria.

"Iya Bi, oh iya Eyang dimana?"

"Ada di kamarnya Tuan."

Raffa langsung menuju kamar Eyang, sedangkan di sekolah setelah berpamitan dengan semuanya Aqila memutuskan untuk pulang, Aqila begitu bersemangat untuk pulang.

"Nyonya sepertinya sedang bahagia?" tanya Pak Burhan.

"Iya Pak, kelihatan ya kalau aku lagi bahagia?"

"Iya Nyonya soalnya dari tadi Nyonya senyum-senyum terus."

Aqila hanya cengengesan mendengar ucapan Aqila, tidak lama kemudian Aqila pun sampai di rumah.

"Bibi, itu minuman buat siapa?" tanya Aqila.

"Buat Eyang sama Tuan Raffa."

"Lho Mas Raffa sudah pulang?" tanya Aqila.

"Sudah Nyonya barusan dan sekarang sedang ada di kamar Eyang."

"Ya sudah sini biar aku saja yang bawakan minuman itu."

"Tapi Nyaonya---"

"Sudah tidak apa-apa sini biar aku yang bawakan ke kamar Eyang."

Bi Ria pun akhirnya mengalah, dengan bibir yang tersungging dengan senyuman Aqila melangkahkan kakinya menuju kamar Eyang.

Sementara itu di kamar Eyang, Raffa tampak sedang berdiri dan ragu-ragu untuk berbicara kepada Eyang.

"Kamu mau ngomong apa Raffa?" tanya Eyang.

Aqila yang sudah sampai di depan pintu kamar Eyang memutuskan untuk diam sejenak mendengar apa yang akan Raffa bicarakan, kebetulan pintu kamar Eyang terbuka sedikit. Tiba-tiba Raffa bertekuk lutut dihadapan Eyang.

"Raffa, apa yang kamu lakukan?" seru Eyang.

"Maafkan Raffa Eyang, Raffa sudah melakukan kesalahan yang sangat besar."

"Maksud kamu apa Raffa?" tanya Eyang bingung.

Raffa terdiam sejenak, entah darimana dia harus memulainya.

"Clarissa..."

"Kenapa dengan wanita ular itu?" tanya Eyang ketus.

"Cla---Clarissa sedang mengandung anak Raffa Eyang," ucap Raffa dengan menundukkan kepalanya.

"Apaaaaa?"

Jedaaaaaarrrrrr.....

Bagai disambar petir disiang bolong, Aqila sangat terkejut dan tanpa terasa airmatanya kembali menetes, tangan yang membawa nampan minuman tampak bergetar.

"Raffa minta izin kepada Eyang untuk menikahi Clarissa."

Praaaaaaaannnngggggg.....

Tangan Aqila sudah tidak kuat lagi mengangkat nampan itu dan gelasnya pun jatuh berserakan dilantai, Eyang dan Raffa menoleh secara bersamaan dan betapa terkejutnya Raffa saat melihat Aqila ada disana.

Aqila dengan cepat berlari meninggalkan kamar itu dan Raffa pun segera mengejar Aqila, sedangkan Eyang terlihat sudah memegang dadanya yang terasa sakit.

"Tunggu Aqila," Raffa berhasil menarik tangan Aqila.

"Lepasin Mas, aku mau pergi," ucap Aqila dengan deraian airmata.

"Aqila, dengarkan aku dulu tolong jangan pergi."

"Kenapa Mas? selama ini Mas tidak pernah menganggap aku ada dan aku anggap itu sudah biasa, Mas juga selalu bersikap dingin dan kasar sama aku dan aku anggap itupun sudah biasa, mengapa sekarang Mas melarang aku untuk pergi?" tanya Aqila dengan deraian airmata.

Raffa hanya bisa menundukkan kepalanya dia sama sekali tidak bisa menjawab, dengan kasarnya Aqila menghempaskan tangan Raffa dan pergi meninggalkan Raffa menggunakan taxi.

Raffa hanya bisa mematung dengan perkataan Aqila.

"Tuan maaf, Eyang Puteri pingsan," seru Bi Ria dengan panik.

"Apa?"

Raffa segera berlari dan membawa Eyang ke rumah sakit. Raffa benar-benar frustasi dibuatnya, Eyang wanita yang paling Raffa sayangi harus masuk lagi rumah sakit gara-gara dirinya.

Sedangkan Aqila pulang ke rumahnya dengan membawa hati yang hancur. Ternyata harapannya tinggal harapan, Aqila pikir Raffa sudah berubah ternyata kenyataannya Raffa hanya kasihan saja terhadap dirinya.

"Aqila," seru Ibu Ami.

Aqila tidak mendengarkan panggilan Ibunya, Aqila segera berlari ke kamarnya dan menguncinya.

"Kenapa lagi dengan dia? perasaan Aqila selalu saja menangis, sepertinya aku harus bicara dengan Nak Raffa dan menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi," gumam Ibu Ami.

Raffa tampak kacau saat ini, tatapannya kosong ke depan melihat Eyang yang saat ini harus dirawat lagi di rumah sakit.

"Maafkan Raffa Eyang," lirih Raffa.

Keesokkan harinya....

Seperti kebetulan dan sehati, semalaman Aqila dan Raffa sama-sama terjaga tidak bisa tidur bahkan saat ini mata Aqila sudah terlihat bengkak karena terus menangis.

Ibu Ami tidak membangunkan Aqila, sengaja karena Ibu Ami tahu kalau saat ini Aqila pasti sedang tidak mau diganggu. Ibu Ami memilih langsung berangkat ke sekolah.

"Aqila, Ibu berangkat dulu ya kalau mau sarapan Ibu sudah buatkan nasi goreng di meja," teriak Ibu Ami.

Dengan malas Aqila melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Begitu juga dengan Raffa yang terpaksa harus meninggalkan Eyang karena pekerjaan yang banyak dan tidak bisa ditinggalkan.

"Suster, saya titip Eyang saya kalau ada apa-apa cepat hubungi saya," seru Raffa.

"Baik Tuan."

Raffa pun berangkat menuju Kantor, sedangakan Rey sudah menunggu di parkiran. Raffa tampak melamun, tidak tahu kenapa Raffa kepikiran terus kepada Aqila.

Sesampainya di Kantor, Raffa langsung memasuki ruangannya.

"Jangan ada yang menggangguku hari ini," seru Raffa dengan dinginnya.

"Baik Bos," sahut Rey.

Sementara itu di sekolah, Zahra dan Ranti saling sikut satu sama lain ketikan melihat Aqila kembali bersedih.

"Aqila kenapa lagi tuh? perasaan kemarin senyum-senyum sendiri kaya orang gila, lah sekarang malah sedih lagi," seru Zahra.

Ranti hanya mengangkat kedua bahunya, dia tidak mau ikut campur urusan sahabatnya itu biarlah Aqila yang menyelesaikannya sendiri, toh nanti juga kalau saatnya Aqila butuh bantuan pasti dia bakalan bicara dengan sendirinya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang waktunya istirahat dan makan siang. Clarissa masuk kedalam ruangan Raffa, dilihatnya Raffa sedang menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya dengan mata yang terpejam.

Perlahan Clarissa menghampiri Raffa dan duduk dipangkuan Raffa membuat Raffa terkejut dan membuka matanya.

"Mas kenapa? apa Mas sedang sakit?" tanya Clarissa dengan manjanya.

Raffa tidak menjawab ocehan Clarissa biarlah dia mengoceh apapun, saat ini Raffa sedang malas berdebat.

Sedangkan itu di lobi Kantor, Ibu Ami baru saja sampai dia bermaksud ingin menemui Raffa dan meminta penjelasan apa yang sudah terjadi dengan Aqila dan Raffa sehingga Aqila selalu menangis.

"Maaf Mbak saya mau tanya, ruangan Raffa dimana ya?" tanya Ibu Ami.

"Ibu siapa? apa Ibu sudah membuat janji dengan Pak Raffa?" tanya Resefsionis itu.

"Belum sih."

Rey yang baru saja keluar dari lift melihat Ibu Ami yang tampak sedang kebingungan dan menghampirinya.

"Ibu Ami," sapa Rey.

"Nak Rey."

"Ibu sedang apa disini?"

"Ibu ingin bertemu dengan Raffa, apa dia ada?" tanya Ibu Ami.

"Ada Bu, mari ikut dengan saya."

Ibu Ami pun mengikuti langkah Rey menuju ruangan Raffa, disaat sampai di depan ruangan Raffa, Ibu Ami dan Rey menghentikan langkahnya saat mendengar didalam Raffa sedang berbicara dengan seseorang.

"Mas apa Mas sudah bicara dengan Eyang? aku ga mau sampai lama-lama menunggu karena semakin hari perut aku akan semakin membesar," seru Clarissa.

"Aku sudah bicara sama Eyang, dan kamu tahu sekarang Eyang dirawat di rumah sakit penyakitnya kambuh," betak Raffa.

"Ya terus bagaimana? kapan Mas mau nikahin aku, aku ga mau perut aku terus membesar aku malu apa kata orang-orang nanti," seru Clarissa.

Ibu Ami dan Rey yang mendengar percakapan di dalam ruangan Raffa, dadanya bergemuruh hebat dengan amarah yang memuncak, Ibu Ami membuka pintu ruangan Raffa dengan paksa.

Ibu Ami melotot saat melihat Clarissa yang saat ini sedang duduk dipangkuan Raffa sementara Raffa yang terkejut langsung berdiri dan menghampiri Ibu Ami.

"I--Ibu," ucap Raffa tergagap.

Plaaaaaakkkkkk....

Ibu Ami menampar Raffa, membuat Rey dan Clarissa terkejut. Ibu Ami meneteskan airmatanya sembari memegang dadanya.

"Keterlaluan kamu Raffa, pantas saja Aqila selalu menangis ternyata seperti ini kelakuan kamu, ceraikan Aqila sekarang juga," teriak Ibu Ami.

Ibu Ami limbung memegang dadanya, Raffa langsung memburu Ibu.

"Ibu, Ibu tidak apa-apa?" tanya Raffa panik.

Ibu Ami menghempaskan tangan Raffa...

"Jangan sentuh aku," bentak Ibu Ami.

Ibu Ami berdiri dengan tertatih-tatih tapi baru saja dua langkah, Ibu Ami jatuh tak sadarkan diri.

"Ibuuuuuu...."

Raffa segera membawa Ibu Ami ke rumah sakit sama dengan tempat dimana Eyang dirawat. Dengan cepat Dokter membawa Ibu Ami masuk kedalam IGD, Rey segera menghubungi Aqila.

"Apa?"

Aqila berdiri dengan airmata yang sudah menetes karena mendapat telpon dari Rey, dengan cepat Aqila membereskan mejanya.

"Ada apa Qila?" tanya Fathir khawatir.

"Ibu, Ibu dibawa ke rumah sakit."

"Apa? ya sudah kalau begitu aku antar kamu ke rumah sakit."

Aqila pun pergi bersama Fathir ke rumah sakit, selama dalam perjalanan Aqila tidak henti-hentinya menangis membuat Fathir merasa sakit melihatnya. Sedangkan di rumah sakit, Raffa tampak panik menunggu Dokter yang sedang memeriksa Ibu Ami.

Rey dan Clarissa ikut ke rumah sakit juga, Raffa menjambak rambutnya sendiri karena merasa bersalah.

📚

📚

📚

📚

📚

Jangan lupa

like

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU😘😘😘

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝓴𝓵 𝓼𝓪𝓶𝓹𝓮 𝓲𝓫𝓾𝓷𝔂𝓪 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓲𝓷𝓰𝓰𝓪𝓵 𝓯𝓲𝔁 𝓲𝓷𝓲 𝓶𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓷𝓰𝓰𝓪𝓵𝓲𝓷 𝓪𝓳𝓪 𝓡𝓪𝓯𝓯𝓪 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪😡😡😡😡

2022-10-01

0

tata 💕

tata 💕

sadar kan lu, nyesel kan lu
dasar dah enak sm clarissa br sadar n nyesel dah buat salah huh.....

2022-07-15

0

Mastiri

Mastiri

thor maaf aqila sm Raffa cerai saja... dia sangat kejam

2021-07-04

2

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Rencana Eyang Part I
3 Rencana Eyang Part II
4 Permintaan Part I
5 Permintaan Part II
6 Permohonan Eyang Puteri
7 Menentukan Keputusan
8 Kejutan Tak Terduga
9 Pernikahan
10 Pernikahan Part II
11 Awal Penderitaan
12 Pura-pura Bahagia
13 Istri Pajangan
14 Menyakitkan
15 Mencintai Orang Yang Salah
16 Hati Yang Tersakiti
17 Sedikit Perhatian
18 Pria Yang Kejam
19 Kabar Mengejutkan
20 Kehilangan
21 Kehilangan Part II
22 Mengambil Keputusan
23 Kepergian Aqila
24 Penyesalan
25 Hancur dan Kacau
26 Sakit
27 Kebusukan Clarissa
28 Kemarahan Raffa
29 Merelakan
30 Bayi Siapa Itu??
31 Kepulangan Aqila
32 Hot Daddy
33 Bertemu Kembali
34 Bertemu Kembali Part II
35 Penyesalan Raffa
36 Meminta Maaf
37 Perjuangan Dimulai
38 Gagal Lagi..Gagal Lagi..
39 Mulai Cemburu
40 Merindukanmu
41 Honey Moon
42 Honeymoon Part II
43 Kedatangan Clarissa
44 Kebenaran Terungkap
45 Menerima Kenyataan
46 Pertemuan Tak Terduga
47 Sensitif Tingkat Dewa
48 Positif
49 Moment Mengharukan
50 Kejutan
51 Perlakuan Manis
52 Angel Carolina Rahadian
53 Bertemu
54 Possesif
55 Terkejut
56 Raffa Nakal
57 Para Cogan dan Kekonyolannya
58 Bertahan Demi Cinta
59 Liburan Bersama
60 Cemburu Tak Beralasan
61 Semua Karena Aqila
62 Menyusun Rencana
63 Surprise Untuk Aqila
64 Akhirnya
65 Ngambek
66 Senang, Sedih, Terharu
67 Keseruan Semuanya
68 Rinduku
69 Menyesakkan Dada
70 TAMAT (END)
71 Extra Part RAQILA
72 PENGUMUMAN
73 Kabar Bahagia
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Awal Kisah
2
Rencana Eyang Part I
3
Rencana Eyang Part II
4
Permintaan Part I
5
Permintaan Part II
6
Permohonan Eyang Puteri
7
Menentukan Keputusan
8
Kejutan Tak Terduga
9
Pernikahan
10
Pernikahan Part II
11
Awal Penderitaan
12
Pura-pura Bahagia
13
Istri Pajangan
14
Menyakitkan
15
Mencintai Orang Yang Salah
16
Hati Yang Tersakiti
17
Sedikit Perhatian
18
Pria Yang Kejam
19
Kabar Mengejutkan
20
Kehilangan
21
Kehilangan Part II
22
Mengambil Keputusan
23
Kepergian Aqila
24
Penyesalan
25
Hancur dan Kacau
26
Sakit
27
Kebusukan Clarissa
28
Kemarahan Raffa
29
Merelakan
30
Bayi Siapa Itu??
31
Kepulangan Aqila
32
Hot Daddy
33
Bertemu Kembali
34
Bertemu Kembali Part II
35
Penyesalan Raffa
36
Meminta Maaf
37
Perjuangan Dimulai
38
Gagal Lagi..Gagal Lagi..
39
Mulai Cemburu
40
Merindukanmu
41
Honey Moon
42
Honeymoon Part II
43
Kedatangan Clarissa
44
Kebenaran Terungkap
45
Menerima Kenyataan
46
Pertemuan Tak Terduga
47
Sensitif Tingkat Dewa
48
Positif
49
Moment Mengharukan
50
Kejutan
51
Perlakuan Manis
52
Angel Carolina Rahadian
53
Bertemu
54
Possesif
55
Terkejut
56
Raffa Nakal
57
Para Cogan dan Kekonyolannya
58
Bertahan Demi Cinta
59
Liburan Bersama
60
Cemburu Tak Beralasan
61
Semua Karena Aqila
62
Menyusun Rencana
63
Surprise Untuk Aqila
64
Akhirnya
65
Ngambek
66
Senang, Sedih, Terharu
67
Keseruan Semuanya
68
Rinduku
69
Menyesakkan Dada
70
TAMAT (END)
71
Extra Part RAQILA
72
PENGUMUMAN
73
Kabar Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!