📚
📚
📚
📚
📚
Malampun tiba....
Aqila tampak cantik menggunakan dress motif bunga-bunga dengan panjang selutut, rambutnya Aqila biarkan tergerai indah.
Taxi online yang dipesannya sudah menunggu diluar, Aqila memutuskan untuk memesan taxi online karena tidak mungkin malam-malam begini mengendarai motornya mana sudah dandan cantik pagi.
Aqila segera meraih kardigan dan tas selempangnya, tidak lupa Aqila mengunci rumahnya karena Ibu Ami saat ini sedang mengikuti acara camping yang diadakan sekolah tempatnya mengajar.
Butuh waktu lumayan lama karena jarak antara rumah Aqila ke Pondok Indah lumayan jauh. Sesampainya di rumah Eyang Puteri, Aqila langsung disambut oleh Satpam yang bernama Trisno itu.
"Non Aqila ya?"
"Iya Pak."
"Kata Eyang Puteri, Non Aqila disuruh langsung masuk saja."
"Oh iya, terima kasih ya Pak."
"Sama-sama Non."
Aqila pun melangkahkan kakinya menuju rumah Eyang Puteri. Sementara itu didalam rumah, Raffa tampak bingung sebenarnya siapa yang sedang Eyangnya tunggu.
"Sebenarnya Eyang sedang menunggu siapa sih?" tanya Raffa tidak sabaran.
"Sebentar lagi dia datang kok."
Tiba-tiba pintu rumah itubpun terbuka, dengan langkah yang ragu-ragu Aqila masuk kedalam rumah itu.
"Nah itu dia orangnya sudah datang," tunjuk Eyang Puteri.
"Se--selamat malam Eyang," sapa Aqila dengan ragu-ragu.
"Kamu....." seru Raffa dengan memperlihatkan tampangnya yang bengis.
"Raffa, bisa sopan ga sama tamu Eyang," bentak Eyang.
"Ngapain Eyang pakai ngundang dia segala?" tanya Raffa dengan ketusnya.
Eyang Puteri tidak menghiraukan pertanyaan Raffa, Eyang langsung menghampiri Aqila dan memeluknya dengan sangat erat.
"Kamu cantik sekali malam ini Aqila," puji Eyang.
"Ah Eyang bisa saja."
"Ayo kita makan malam bersama dulu, nanti habis itu kita ngobrol," ajak Eyang Puteri dengan menarik tangan Aqila.
Aqila tampak canggung sekali, Aqila sampai menundukan kepalanya dia tidak mau melihat wajah Raffa yang sangat menyeramkan itu. Dengan perasaan kesal karena tidak diperdulikan, akhirnya mau tidak mau Raffa mengikuti kedua wanita itu ke meja makan.
"Ayo Nak, makan yang banyak jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri," seru Eyang Puteri.
Aqila hanya mampu menganggukan kepalanya lemah, sedangkan Raffa tampak menatap tajam kearah Aqila.
Setelah menjalani makan malam bersama, Eyang Puteripun mengajak Aqila dan Raffa untuk mengobrol diruangan keluarga sembari ngeteh bersama.
"Aqila, sebenarnya tujuan Eyang menyuruh kamu kesini itu karena ada sesuatu hal yang ingin Eyang bicarakan sama kamu," seru Eyang Puteri.
"Eyang mau bicara apa sama Aqila?" tanya Aqila.
"Raffa, Aqila, Eyang ingin kalian menikah," ucap Eyang Puteri.
"Apaaaa?" ucap Aqila dan Raffa bersamaan.
Aqila dan Raffa tampak terbelalak mendengar ucapan Eyang Puteri.
"Maksud Eyang apa?" tanya Raffa dingin.
"Raffa, Eyang ingin kamu menikah dengan Aqila."
"Eyang jangan bercanda deh, ga lucu Eyang," sahut Raffa.
"Eyang tidak bercanda, Eyang serius."
"Tapi kenapa Eyang? Raffa belum mau menikah, pokoknya Raffa tidak mau menikah apalagi dengan wanita itu, Raffa sama sekali tidak mengenalnya," sentak Raffa dengan menunjuk kearah Aqila.
"Raffa kamu itu sudah dewasa, sudah sepantasnya kamu menikah dan memberikan cicit buat Eyang, materi kamu sudah mapan apalagi yang kamu tunggu?" bentak Eyang Puteri.
"Pokoknya Raffa tidak mau menikah," ketus Raffa dan hendak meninggalkan Eyang dan Aqila.
Tapi tiba-tiba Eyang Puteri memegang dadanya dan meringis kesakitan.
"Eyang, Eyang kenapa?" tanya Aqila panik.
Raffa yang berniat untuk naik ke kamarnya, seketika mengurungkan niatnya dan berbalik melihat Eyang kesayangannya sedang merasakan sakit.
"Eyang."
Raffa berlari mengambilkan obat yang berada didalam laci dan langsung memberikannya kepada Eyang. Eyang Puteri menarik nafasnya dan duduk dikursi dengan bersandar kedada Raffa.
"Raffa berjanjilah kalau kamu mau menikahi Aqila, Eyang sangat menyukai Aqila tidak ada yang Eyang inginkan lagi di dunia ini selain melihatmu bahagia bisa melangsungkan pernikahan," jelas Eyang pelan.
"Tapi Eyang----"
"Kamu sayang kan sama Eyang Raffa? kamu tidak mau kan membuat Eyang sedih? kamu ingin membahagiakan Eyang kan?" tanya Eyang Puteri.
"Tentu saja Eyang," jawab Raffa.
"Kalau begitu menikahlah dengan Aqila," seru Eyang Puteri.
Aqila hanya bisa diam, dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Eyang, lebih baik Eyang istirahat saja jangan dulu banyak pikiran masalah ini kita bicarakan lagi lain waktu," seru Aqila.
"Tidak Aqila, Eyang ingin jawabannya dari Raffa sekarang juga."
Raffa tampak berpikir keras, dia bingung harus jawab apa, disatu sisi dia ingin setia dengan calon istrinya yang sudah meninggal, tapi disisi lain Raffa pun tidak mau membuat Eyangnya sedih karena Eyang Puteri merupakan wanita yang sangat Raffa sayangi melebihi dirinya sendiri.
"Ahh..." keluh Eyang dengan memegang dadanya.
"Baiklah Eyang, Raffa akan menikahi dia," seru Raffa pelan.
Eyang Puteri tampak senang sedangkan Aqila melototkan matanya, dia tidak percaya dengan ucapan pria yang ada di hadapannya itu.
"Ya sudah, sekarang Eyang istirahat dulu ya di kamar," seru Raffa.
Eyang Puteripun menganggukan kepalanya...
"Eyang, kalau begitu Aqila lebih baik pulang dulu ya," seru Aqila.
"Tunggu kamu disana jangan kemana-mana, nanti biar aku anterin kamu pulang," seru Raffa dinginnya.
Eyang Puteri tampak senang dan dia tersenyum sembari menganggukan kepalanya pertanda kalau Aqila harus menurut dengan yang Raffa ucapkan.
"Astaga, aku mau dianterin pulang sama Raffa bukannya senang malah ngeri membayangkannya juga," batin Aqila.
Tidak lama kemudian, Raffa pun menuruni anak tangga dengan menenteng jaket ditangannya. Tanpa bicara sepatah kata pun, Raffa berjalan melewati Aqila yang tampak tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Raffa.
"Woi, mau pulang ga atau mau nginep disini?" sentak Raffa.
"Ah..i--iya."
Aqila langsung berlari menyusul Raffa dan dengan cepat masuk kedalam mobil sport milik Raffa. Tanpa banyak bicara Raffa mulai melajukan mobilnya.
"Kenapa tadi kamu diam saja? kenapa kamu tidak menolak apa yang dikatakan oleh Eyang? jangan-jangan kamu sengaja ya, karena kamu memang mau menikah denganku?" seru Raffa dengan dinginnya tanpa melihat kearah Aqila.
"Apa? jangan sembarangan kamu kalau ngomong, memang siapa juga yang mau menikah dengan pria sombong kaya kamu," sahut Aqila.
"Terus kenapa kamu diam saja?" tanya Raffa.
"Ya terus aku harus ngomong apa?"
"Ya langsung tolak saja, jangan-jangan kamu tahu kalau aku tidak bisa menolak permintaan Eyang, makannya kamu diam saja ternyata pintar juga kamu," ketus Raffa.
Aqila tampak tertawa kecut mendengar ucapan Raffa.
"Maksud kamu apa?" tanya Aqila.
"Jangan pura-pura bego deh kamu, semua orang mengenal siapa aku, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Abraham, semua wanita mengantri untuk bisa menjadi istriku tapi kamu begitu sangat pintar mendekati Eyang untuk bisa menikah denganku karena kamu tahu kelemahanku adalah Eyang. Apa perlu sekarang kita pergi ke hotel, aku tahu kamu hanya ingin tidur denganku kan?" ledek Raffa.
Mata Aqila membulat sempurna, sungguh Aqila tidak menyangka pria yang berada disampingnya itu akan merendahkannya.
Plaaaaaakkkkkk....
Raffa langsung menginjak rem secara mendadak, untung jalanan tidak terlalu ramai seketika Raffa menatap Aqila dengan tatapan membunuh dengan emosi yang memuncak, Raffa mencengkram wajah Aqila.
"Berani-beraninya kamu menamparku," bentak Raffa dengan matanya yang sudah memerah menahan emosinya.
Seketika air mata Aqila menetes....
"Jangan samakan aku dengan wanita lain, aku bukan wanita yang gila harta dan asalan kamu tahu, aku sama sekali tidak mengenal dirimu ataupun Eyang jadi tidak ada niat sedikitpun dihati aku untuk menikah denganmu," ucap Aqila dengan menepis tangan Raffa.
Dengan cepat Aqila melepaskan sabuk pengamannya dan dengan cepat keluar dari mobil Raffa. Kebetulan ada taxi yang lewat, Aqila langsung menghentikan taxi itu.
Aqila tampak menangis didalam taxi, barubkali ada seorang pria yang terang-terangan merendahkannya. Sedangkan Raffa tampak memukul stir mobilnya.
"Aaaaa....kurang ajar, barani sekali dia menamparku," gumam Raffa dengan mengeraskan rahangnya.
Tidak lama kemudian Aqila pun sampai di rumah, Aqila berjalan gontai dan tidak bersemangat hatinya begitu sakit mendegar perkataan Raffa.
Tanpa mengganti pakaiannya, Aqila menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur dan tidak terasa air matanya kembali menetes.
"Dasar pria sombong, seenaknya saja menghina orang sembarangan, mentang-mentang orang kaya merendahkan orang seenak jidatnya, semoga aku tidak akan pernah lagi bertemu dengan pria itu," gumam Aqila.
***
Satu minggu kemudian...
Semenjak kejadian itu, Aqila tidak pernah berhubungan lagi dengan Eyang dan cucunya yang sombong itu, bahkan Eyang beberapa kali menghubunginya tapi Aqila tidak pernah mengangkatnya.
Bagi Aqila cukup sudah penghinaan yang diucapkan oleh Raffa, dia tidak mau berurusan lagi dengan keluarga orang kaya itu lagi.
"Woi, you kenapa melamun aja," seru Ranti.
"Ga apa-apa," jawab Aqila singkat.
"Jangan bohong deh, ada masalah apa? ayo cerita sama kita," sambung Zahra.
Saat ini mereka bertiga sedang berada di Kantin sekolah untuk makan siang, Aqila mendapat jadwal di jam ketiga mengajar alias di jam terakhir.
"Beneran ga ada masalah apa-apa kok," sahut Aqila dengan menyeruput es teh manis pesanannya.
"Hallo semuanya..." sapa Fathir.
"Hallo Pak Fathir," sahut Ranti dan Zahra bersamaan.
"Boleh aku gabung?"
"Boleh dong Pak, silakan," sahut Ranti.
Ranti dan Zahra tahu kalau Fathir menyukai Aqila, mereka berdua saling pandang satu sama lain seperti memberikan kode.
"Aduh, aku lupa belum memeriksa hasil pekerjaan anak-anak, aku ke ruangan guru dulu ya," seru Ranti dan langsung ngacir.
"Ah iya, aku lupa Pak Bambang tadi manggil aku, duluan ya Aqila bayarin makanan kita," teriak Zahra.
"Ih nyebelin banget sih kalian, mana kalian makannya banyak banget lagi," ketus Aqila.
"Sudah-sudah, nanti biar sekalian aku yang bayar," seru Pak Fathir.
"Ga usah Pak Fathir, biar aku aja."
"Lho, aku juga kan ini baru makan ya udah ga apa-apa nanti sekalian aku yang bayar, aku ikhlas kok kamu tenang saja, kamu juga kalau mau tambah ambil aja," seru Fathir dengan senyumannya.
"Tidak terima kasih, aku sudah kenyang."
"Ya sudah aku makan dulu ya."
Aqila pun menganggukan kepalanya, Fathir makan dengan lahapnya tanpa sadar Aqila memperhatikan Fathir makan dan kemudian senyumannya mengembang.
"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Fathir yang baru saja selesai makan.
"Ah tidak apa-apa Pak," sahut Aqila dengan wajah yang memerah karena ketahuan sedang memperhatikan guru tampan itu.
"Besok malam minggu ya, aku punya dua tiket nonton di bioskop kamu mau nemenin aku ga? itu juga kalau kamu ga ada acara lagi," seru Fathir.
"Ehmm...bisa ga ya?" sahut Aqila pura-pura mikir.
"Tidak apa-apa kalau kamu ada acara, tiketnya aku kasih aja sama Ranti dan Zahra," ucap Fathir.
"Eh jangan enak aja di kasih sama dua mercon itu, aku juga mau nonton kali," seru Aqila.
"Hah..seriusan kamu mau pergi nonton sama aku," ucap Fathir dengan tidak percaya.
"Iya aku mau."
"Yess, ok besok aku jemput kamu jam 19.00 malam ya."
"Ok."
Fathir begitu sangat bahagia akhirnya ajakannya disetujui oleh Aqila.
***
Sementara itu dirumah mewah milik Eyang Puteri, semua orang termasuk Raffa sedang kelimpungan karena Eyang Puteri tidak mau makan sama sekali. Sampai-sampai Raffa pulang ke rumah karena merasa khawatir dengan keadaan orang kesayangannya itu.
"Eyang, kenapa Eyang tidak mau makan nanti Eyang sakit," seru Raffa dengan duduk disamping ranjang Eyang.
Eyang tidak menghiraukan ucapan Raffa malahan sekarang Eyang memalingkan wajahnya seakan tidak mau melihat kearah cucunya itu.
"Eyang, apa Eyang marah sama Raffa?" tanya Raffa dengan lembutnya.
"Jangan pedulikan Eyang, kamu memang sudah tidak sayang lagi sama Eyang."
"Kok Eyang ngomongnya seperti itu sih? Raffa itu sayang banget sama Eyang, justru Raffa sangat khawatir saat mendengar Eyang tidak mau makan, makannya Raffa cepat-cepat pulang karena Raffa takut terjadi kenapa-napa sama Eyang," seru Raffa.
Eyang malah merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Raffa. Raffa tahu kalau Eyang sedang marah kepada dirinya, Raffa menghela nafasnya panjang.
"Eyang, maafkan Raffa apa yang harus Raffa lakukan supaya Eyang memaafkan Raffa dan Eyang mau makan," seru Raffa frustasi.
"Bawa Aqila kemari, gara-gara kamu Aqila tidak mau mengangkat telpon Eyang," ketus Eyang Puteri.
"Apa? tapi Eyang----"
"Ya sudah kalau kamu tidak sanggup membawa Aqila kesini, jangan harap Eyang akan makan dan biarkan Eyang mati saja," seru Eyang.
"Baiklah Eyang, Raffa akan bawa wanita itu kesini," sahut Raffa.
Raffa pun keluar dari kamar Eyang, dengan perasaan tidak menentukan.
"Apa yang harus aku lakukan, kemana aku harus mencari wanita itu?" gumam Raffa.
Raffa mengotak-ngatik ponselnya dan menghubungi Asisten pribadinya.
"Rei, tolong kamu cari tahu alamat rumah wanita yang bernama Aqila dan aku ingin hari ini juga kamu mendapatkan informasinya," seru Raffa.
Raffa segera menutup telponnya dan memutuskan untuk ke meja kerjanya yang ada dirumahnya itu. Raffa membuka sebuah laci dan mengambil sebuah foto.
"Sayang, apa yang harus aku lakukan aku tidak mau menikah dengan wanita manapun, cintaku hanya untukmu, cinta dan hatiku sudah kamu bawa pergi dan tidak tersisa untuk wanita lain," gumam Raffa.
Raffa tampak merenung dan mengusap foto wanita cantik yang tidak lain adalah Claudia, calon istri Raffa yang meninggal karena kecelakaan mobil.
📚
📚
📚
📚
📚
Hai..hai..ketemu lagi, ayo dong minta dukungannya buat Author🙏🙏😘😘
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
berani mba indonya 🤭🤭
klau barani minang mba ku tayang 🤭🤭
artian nya sama cuma pengucapan nya berbeda 🤭🤭✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏✌️✌️✌️
2023-01-12
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓡𝓪𝓯𝓯𝓪 𝓴𝓵 𝓶𝓼𝓱 𝓬𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓴𝓮𝓷𝓪𝓹𝓪 𝓰𝓴 𝓷𝔂𝓾𝓼𝓾𝓵 𝓪𝓳𝓪 𝓴𝓮 𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓑𝓪𝓻𝔃𝓪𝓱 𝓳𝓭 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓰𝓪𝓴 𝓾𝓼𝓪𝓱 𝓳𝓪𝓱𝓪𝓽 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪 𝓼𝓾𝓶𝓹𝓪𝓱 𝓰𝓮𝓭𝓮𝓰 𝓵𝓲𝓪𝓽 𝓡𝓪𝓯𝓯𝓪 𝓹𝓮𝓷𝓰𝓮𝓷 𝓷𝓪𝓶𝓹𝓸𝓵😡😡😡😡😡
2022-10-01
1
lovely
hampir semua novel isinya nikah paksa klo ga ortunya nenek kakeknya tag egois yg mnderita ceweknya yg laki kejam tukang mnghina bahkan selingkuh ma manta dah ktebakkk🥴
2022-05-18
1