📚
📚
📚
📚
📚
Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi dini hari, Raffa mengerjapkan matanya dan memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing.
Perlahan mata Raffa terbuka, Raffa langsung mendudukan tubuhnya karena merasa ada tangan yang memeluk perutnya. Betapa terkejutnya Raffa saat melihat dirinya sedang tidur satu ranjang bersama Clarissa, bahkan saat ini mereka berdua tidak memakai selehelai benang pun ditubuhnya.
"Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Raffa.
Raffa mencoba mengingat kejadian sebelumnya, dia ingat Clarissa memberinya minum setelah itu kepalanya sedikit pusing dan berhalusinasi kalau Clarissa itu seperti Claudia dan selanjutnya...
"Aaarrrgggghhhh...." Raffa tampak mengacak rambutnya karena frustasi.
Dengan gerakan cepat, Raffa langsung memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan rumah Clarissa.
Selama dalam perjalanan, Raffa tampak frustasi dia tidak pernah menyangka kalau dia akan melakukan hal seperti itu. Sungguh menjijikan, itulah pikiran Raffa.
Meskipun seperti itu, Raffa tidak pernah melakukan hal segila itu. Raffa adalah pria yang menghargai seorang wanita dia tidak pernah melakukan hal bejad itu, bahkan saat berhubungan dengan Claudia pun, Raffa sangat menghargai Claudia dia tidak mau merusak masa depan seorang wanita sebelum dia menikahinya.
Tapi sekarang, apa yang sudah Raffa lakukan dengan Clarissa bahkan saat ini bayangan wajah Aqila memenuhi otaknya. Ada perasaan bersalah di dalam diri Raffa karena Raffa sudah bersikap kasar kepada Aqila.
Tidak lama kemudian Raffa sampai di rumah, rumah terlihat masih sepi karena waktu masih menunjukan pukul 03.30 bahkan sekurity rumah Raffa pun merasa aneh melihat Raffa pulang sepagi ini.
Raffa langsung menuju ke kamarnya, dilihatnya Aqila masih tertidur dengan lelapnya dipipinya jejak-jejak airmata masih terlihat, ada perasaan sakit yang menjalar dihati Raffa. Raffa langsung ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Aqila tampak merentangkan tangannya, perlahan mendudukan tubuhnya dengan mata masih terpejam. Sesekali Aqila menutup mulutnya karena menguap, Aqila tidak menyadari kalau dari tadi ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.
"Astaga, Mas Raffa," gumam Aqila dengan memegang dadanya.
"Kenapa? memangnya kamu pikir aku hantu?" seru Raffa dengan dinginnya.
"Ti--tidak."
Aqila tidak mau memperpanjang lagi, dia capek harus berdebat terus, akhirnya Aqila lebih memilih masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Seperti biasa tanpa diminta pun Aqila menyiapkan pakaian kantor Raffa, sementara Raffa dari tadi hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Aqila, entah mengapa Raffa tidak mau memalingkan pandangannya dari Aqila walaupun hanya sedetik.
"Semuanya sudah aku siapkan, aku tunggu di bawah untuk sarapan," ucap Aqila dengan datarnya.
Raffa merasa tidak enak hati dan seakan merasa bersalah kalau ingat dengan kejadian semalam.
"Selamat pagi Nyonya."
"Selamat pagi Bi, oh iya Eyang kemana Bi kok aku tidak melihatnya dari kemarin?" tanya Aqila.
"Memangnya Eyang tidak bilang ya sama Nyonya, kalau Eyang kemarin berangkat ke Semarang ada sesuatu yang harus Eyang urus katanya," seru Bi Ria.
"Oh begitu ya."
Tidak lama kemudian, Raffa turun ke bawah dan langsunh duduk di hadapan Aqila. Tanpa disuruh pun Aqila langsung membuatkan sereal untuk Raffa.
Raffa masih saja memperhatikan Aqila tapi sayang Aqila bersikap datar dan seakan tidak mau bicara dan menatap kearah Raffa. Tidak ada yang bersuara mereka berdua saling bungkam satu sama lain.
Aqila sudah selesai sarapan, dia mulai beranjak dati duduknya kemudian menghampiri Raffa dan menarik tangan Raffa dan menciumnya.
"Aku berangkat dulu, Assalamualaikum," ucap Aqila tanpa melihat kearah wajah Raffa.
Entah kenapa setiap Aqila mencium punggung tangannya, darah Raffa langsung berdesir tak karuan, perasaan hangat langsung menghinggapi hati dingin Raffa. Tapi kejadian malam itu kembali mengusik pikiran Raffa, tiba-tiba Raffa tidak bersemangat sarapan dan langsung pergi menuju Kantornya.
***
Sementara itu di kediaman Clarissa, Mama Mirna sudah pulang dan saat ini sedang berada dikamar Clarissa dan memperhatikan Clarissa yang saat ini sedang merias dirinya di depan cermin.
"Bagaiman, apa semuanya berjalan dengan lancar?" tanya Mama Mirna.
"Lancar Ma, dan aku yakin setelah ini Mas Raffa akan menikahiku Ma," sahut Clarissa dengan senyumannya yang mengembang.
"Apa Raffa menyadarinya kalau kamu sudah tidak perawan lagi?"
"Sepertinya tidak, karena tadi malam Mas Raffa setengah sadar pasti dia tidak akan mengetahui kalau ternyata aku sudah tidak perawan lagi," sahut Clarissa.
"Kamu itu benar-benar berbeda dengan Claudia, pergaulan kamu sungguh bebas, apa dulu Papamu tidak sanggup membiayaimu? sehingga kamu menjadi wanita m*****n seperti ini?" tanya Mama Mirna dengan kesalnya.
"Boro-boro membiayaiku Ma, Papa itu kerjaannya hanya mabuk-mabukkan saja dan selalu meminta uang kepadaku, kalau aku tidak memberikan uang, Papa akan menyiksaku. Awalnya aku terpaksa melakukan semua ini, tapi lama-kelamaan aku jadi ketagihan menjadi s******n Para Bos kaya raya semua yang aku inginkan terpenuhi dan aku bisa hidup bergelimangan harta dan kemewahan, aku sudah tidak peduli dengan masa depanku yang terpenting aku bisa hidup enak," seru Clarissa dengan santainya.
"Dasar gila kamu Clarissa," sahut Mama Mirna.
"Gila-gila gini juga anak Mama, sudahlah Mama jangan munafik, bukannya Mama ingin hidup mewah dan enak? sekarang Mas Raffa sudah pasti jatuh kepelukkanku dan Mas Raffa secepatnya akan menceraikan istrinya itu," seru Clarissa dengan senyuman puasnya.
***
Sesampainya di sekolah...
"Pak Burhan, nanti jangan jemput ya soalnya aku mau pulang ke rumah dulu mau ngambil motor soalnya aku sudah rindu dengan motorku," seru Aqila dengan ramahnya.
"Tapi Nyonya kalau sampai Eyang dan Tuan tahu, saya bisa kena marah," jawab Pak Burhan.
"Pak Burhan tenang saja, kalau Eyang dan Mas Raffa marah biar aku yang ngomong ya."
"Tapi Nyonya..."
"Pokoknya Pak Burhan jangan jemput."
"Baiklah Nyonya."
Pak Burhan pun meninggalkan sekolahan dengan pasrah, pasalnya Pak Burhan sudah diwanti-wanti oleh Eyang kalau jangan membiarkan Nyonya mudanya mengendarai motor.
"Selamat pagi semuanya," sapa Aqila.
"Qil, tadi Pak Gustav nyariin kamu," seru Zahra.
"Waduh Pak Gustav pagi-pagi sudah datang, ada apa beliau memanggilku?"
"Mana aku tahu, sana temui dulu Pak Gustav," seru Zahra.
"Baiklah, aku ke ruangan Kepsek dulu ya."
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Selamat pagi Pak."
"Oh Ibu Aqila, mari masuk silakan duduk."
"Tadi Bu Zahra bilang, Bapak mencari saya ada apa Pak? apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Aqila.
"Begini Bu Aqila saya dapat surat edaran, bahwa saat ini KEMEDIKBUD sedang membuat program GGD (Guru Garis Depan). GGD adalah salah satu program pemerintah yang menerjunkan sejumlah guru ke daerah pelosok pedalaman, nantinya para kandidat guru ini akan diangkat menjadi pegawai negeri sipil, ini kan jadi kesempatan bagi Bu Aqila yang masih menjadi guru honorer, lagipula dulu kan Bu Aqila pernah ngomong kalau Ibu Aqila ingin mengajar di pelosok pedalaman untuk membantu anak-anak pedalaman supaya menjadi pintar," jelas Pak Gustav.
"Kapan Pak?" tanya Aqila.
"Programnya masih dua bulan lagi, jadi Ibu Aqila masih bisa mempertimbangkannya secara matang," jawab Pak Gustav.
"Baiklah Pak terimakasih, saya akan mempertimbangkannya."
"Jangan sampai salah menentukan pilihan Bu Aqila, ini adalah kesempatan Bu Aqila jangan sampai disia-siakan."
"Iya Pak saya tahu, kalau begitu saya permisi dulu Pak."
"Silakan."
Aqila pun kembali keruangan guru masih dengan perasaan bimbang.
"Ada apa? Pak Gustav bilang apa sama you?" tanya Ranti yang langsung menghampiri Aqila.
Bahkan sekarang Zahra dan yang lainnya pun sudah menghampiri Aqila karena penasaran dengan apa yang sudah Pak Kepala Sekolah bicarakan.
"Astaga kenapa kalian kesini semua?" tanya Aqila.
"Kita kan Kepo, iya kan Pak Beno."
"Muhun, panasaran Pak Gustav teh nyarios naon ka Bu guru geulis teh (iya penasaran, Pak Gustav sudah ngomong apa kepada Bu guru cantik)," sahut Pak Beno.
"Aduh, Pak Beno bisa tidak ngomongnya pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar jangan pakai bahasa daerah kita sama sekali tidak mengerti," sewot Bu Wati.
Aqila tampak menghela nafas dan mulai menjelaskan apa yang sudah Pak Gustav bicarakan dengan dirinya.
"Terus kamu menyetujuinya?" tanya Fathir.
"Belum sih, soalnya Pak Gustav memberikan jangka waktu dua bulan untuk aku berpikir," jawab Aqila.
"Kalau kita terserah kamu saja, kita akan selalu mendukung apa yang akan menjadi keputusanmu nanti," seru Zahra.
"Semangat Bu guru geulis," teriak Pak Beno dengan mengangkat tangannya memberikan semangat kepada Aqila.
***
Sedangkan di Perusahaan Raffa....
Saat ini Raffa sedang berbicara dengan Clarissa diruangannya, Clarissa tampak menangis supaya Raffa merasa iba kepada dirinya.
"Maafkan aku Clarissa, aku tidak ingat kalau tadi malam aku sudah melakukan hal menjijikan kepadamu," seru Raffa frustasi.
"Mas tahu, kalau Mas sudah merengguk kesucianku tadi malam aku sudah berusaha menolak Mas tapi Mas tetap memaksa sehingga kejadian itu pun terjadi, sekarang aku harus bagaimana Mas? aku takut hamil," seru Clarissa dengan tangisan buayanya.
"Aaarrrrggghhh...kenapa tadi malam aku bisa sampai khilaf seperti itu, kamu tenang dulu Clarissa jangan menangis, aku janji aku akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannku," sahut Raffa.
"Aku takut, bagaimana kalau aku hamil? sementara Mas saat ini masih mempunyai seorang istri, lagipula Eyang pasti bakalan marah banget sam aku, terus nanti bagaimana dengan nasib aku?"
Clarissa tidak henti-hentinya menangis, sampai akhirnya Raffa menghampiri Clarissa dan memeluknya.
"Maafkan aku Clarissa, aku janji aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku tapi kamu harus sabar karena aku harus bicara pelan-pelan kepada Eyang."
"Iya Mas, aku akan menunggumu."
Clarissa tampak tersenyum puas mendengar jawabam dari Raffa.
***
Waktu pun berjalan dengan cepat, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sore.
Hari ini Raffa tidak fokus bekerja, ingatannya selalu mengenai Clarissa bagaimana nanti jadinya kalau Eyang tahu yang sebenarnya, apa yang harus dia lakukan. Raffa tiba-tiba ingat sesuatu dan langsung mengotak-ngatik ponselnya.
"Hallo Jin, gue tunggu lo di tempat biasa ada sesuatu yang harus gue ceritakan sama lo," seru Raffa dan langsung menutup sambungan telponnya.
Raffa membereskan meja kerjanya dan bersiap-siap menuju kesebuah club langganannya bersama Jino. Sesampainya di Club, Raffa sampai duluan dan menunggu kedatangan Jino.
"Sorry Bro, gue telat soalnya barusan ada rapat dadakan jadi gue harus menghadiri rapat dulu," seru Jino dan langsung duduk di samping Raffa.
"Tidak apa-apa, lagipula gue juga baru sampai."
"Lo mau cerita apa sama gue?" tanya Jino.
"Gue lagi banyak pikiran Jin, selama hidup gue baru kali ini gue melakukan hal menjijikan."
"Hal menjijikan, maksud lo apa?" tanya Jino merasa bingung.
"Gu--gue tadi malam ti-tidur sama Clarissa," ucap Raffa menundukkan kepalanya.
"Apa? wah parah lo Raff, sumpah ini gila namanya," seru Jino.
"Gue ga sadar Jin, tadi malam gue pergi ke rumah Clarissa tiba-tiba saja kepala gue pusing dan gue juga berhalusinasi dan menganggap Clarissa itu adalah Claudia, terus selanjutnya gue ga tahu apa yang terjadi yang jelas pas gue bangun tidur, Clarissa sudah ada di samping gue dengan keadaan kita sama-sama tidak memakai baju," jelas Raffa menjambak rambutnya sendiri.
"Terus apa yang akan lo lakukan selanjutnya?"
"Ya mau tidak mau, gue harus bertanggung jawab atas apa yang sudah gue lakukan, apalagi gue sudah merusak masa depan seorang gadis."
"Lo yakin kalau Clarissa masih perawan?" tanya Jino.
"Maksud lo apa?"
"Gue juga ga tahu, soalnya gue sama sekali ga inget sama yang gue lakukan."
"Kok aneh sih, tiba-tiba kepala lo bisa pusing dan berhalusinasi, apa si Clarissa ngasih lo sesuatu?" tanya Jino penuh selidik.
"Gue cuma minum teh yang dia buat saja."
"Nah, itu dia pasti di dalam teh itu Clarissa memasukan sesuatu."
"Tapi buat apa dia melakukan hal seperti iti?" tanya Raffa bingung.
"Ya buat apa lagi kalau bukan buat dapatin lo dan miliki lo."
"Tapi kan gue sudah bilang sama dia untuk bersabar, setelah gue membalaskan dendam gue baru gue bakalan nikahin Clarissa."
"Parah banget lo Raff, kurang apa lagi Aqila sudah cantik, baik, lemah lembut, keibuan, Aqila itu merupakan istri idaman tapi lo malah berencana mau membuang sebongkah berlian demi serpihan kaca, kalau gitu cepetan lo ceraikan Aqila biar gue yang nikahin Aqila," seru Jino.
"Apa lo bilang? jangan mimpi, sampai kapan pun gue ga bakalan ceraikan Aqila," sentak Raffa yang langsung berdiri dan meninggalkan Jino.
"Kenapa sih tuh orang, katanya mau menyingkirkan Aqila tapi disaat gue mau nikahin Aqila dia malah marah-marah, jangan-jangan si Raffa sudah mulai mencintai Aqila, gue harus cari tahu tentang Clarissa kayanya ada yang tidak beres dengan wanita itu," gumam Jino.
Raffa sangat emosi mendengar ucapan Jino, tidak tahu kenapa darahnya langsung mendidih saat mendengar Jino ingin menikahi Aqila.
"Enak aja, tidak ada yang boleh miliki Aqila selain gue," gumam Raffa.
Tanpa sadar hati Raffa ingin memiliki Aqila tapi bayang-bayang masalalu selalu membuatnya bersikap kasar kepada Aqila walau pun pada kenyataannya Raffa tidak ingin melakukannya.
Tidak tahu kenapa, bahkan saat ini Raffa ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan bertemu dengan Aqila. Sesampainya di rumah, Raffa dengan cepat menuju kamarnya dilihatnya Aqila tertidur dengan posisi duduk di sofa dan laptop berada di pangkuannya.
Perlahan Raffa mendekati Aqila dan berjongkok dihadapan Aqila, diperhatikannya wajah Aqila yang tampak memejamkan matanya.
"Cantik...sangat cantik," batin Raffa dan seulas senyumannya pun terukir di bibirnya.
Perahan Raffa mengambil laptop yang berada di pangkuan Aqila, kemudian Raffa mengangkat tubuh Aqila dan membenarkan posisi tidurnya kemudian menutup seluruh tubuh Aqila dengan selimut.
Raffa mulai tersadar kembali...
"Apa-apaan aku ini," gumam Raffa.
Dengan cepat Raffa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan kemudian merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya yang super empuk dan besar itu.
📚
📚
📚
📚
📚
Hallo Readerku tercinta, maaf kalau mulai besok Author akan telat up nya soalnya Authornya mau ikutan lomba menulis cerpen jadi Author butuh konsentrasi dulu🙏🙏
Mohon pengertiannya ya dari para reader-readerku tercinta, dan minta do'anya supaya Cerpen Author bisa menang🙏🙏🤗🤗
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓮𝓶𝓸𝓰𝓪 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪 𝓽𝓱 𝓴𝓮𝓫𝓮𝓳𝓪𝓽𝓪𝓷 𝓡𝓪𝓯𝓯𝓪 𝓳𝓭 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪 𝓫𝓲𝓼𝓪 𝓬𝓮𝓻𝓪𝓲 😡😡😡😡😡
2022-10-01
0
tata 💕
dah tidur bateng sm rubah br sadar deh kl suka sm bini, ngeselin banget si raffa tuh
2022-07-15
0
£oN€LY
Raffa jadi seperti orang berkepribadian dua 🙄🙄🙄😪
2022-06-03
1