📚
📚
📚
📚
📚
Dari lantai bawah Bibi Ria yang merupakan kepala pelayan di rumah itu tampak menyunggingkan senyumannya, Bibi Ria tahu Raffa mulai menyukai wanita cantik itu.
"Mudah-mudahan saja Tuan Muda berjodoh dengan Nona Aqila, mereka tampak serasi apalagi Nona Aqila terlihat sangat lemah lembut sekali, kasihan Tuan Muda terlalu lama menderita," gumam Bibi Ria.
Raffa pun memutuskan untuk meninggalkan dua wanita beda generasi itu.
"Tuan muda, Tuan belum makan siang menu apa yang Tuan inginkan, biar saya memasakkannya untuk Tuan," seru Bibi Ria.
"Apa semur daging buatan wanita itu masih ada?" tanya Raffa dengan sedikit ragu-ragu.
"Masih banyak Tuan, soalnya Nona Aqila tadi masak lumayan banyak, apa Tuan ingin mencicipi masakan Nona Aqila?"
"Iya, aku makan siang itu saja."
"Baiklah, Bibi akan segera menyiapkannya."
Bibi Ria segera menyiapkan semur daging buatan Aqila, sementara Raffa sudah menunggunya di meja makan.
"Silakan Tuan."
Awalnya Raffa begitu ragu, perlahan dia menyendokan nasi dan semur daging itu kedalam mulutnya, Raffa merasakan sensasi berbeda dimulutnya.
"Wow, lezat sekali masakannya lidahku cocok dengan masakan wanita itu," batin Raffa.
Tanpa Raffa sadari, dia makan dengan lahapnya sehingga dia sampai nambah dua kali, baru pertama kalinya Raffa makan selahap itu biasanya dia makan hanya sedikit walaupun tukang masak dirumah itu seorang chef profesional.
Masakan Aqila begitu membuatnya ketagihan, enak sekali rasanya sangat pas di lidah Raffa. Bibi Ria yang dari tadi memperhatikan Raffa makan mulai mengembangkan senyumannya melihat Raffa makan selahap itu.
Sementara itu di kamar Eyang Puteri....
"Sebentar Eyang, Aqila mau menyimpan piring ini dulu."
"Sudah biarkan saja Aqila, nanti biar pelayan yang membawanya, sini kamu duduk di samping Eyang ada sesuatu yang ingin Eyang bicarakan," seru Eyang Puteri dengan menepuk tempat kosong disampingnya.
Aqila pun menurut dan duduk disamping Eyang Puteri.
"Ada apa Eyang?"
"Aqila, pasti kamu sudah tahu apa yang mau Eyang bicarakan, sejak pertama Eyang bertemu denganmu Eyang merasa sangat suka dengan kepribadian kamu, selain kamu cantik, kamu juga sangat ramah dan lemah lembut, Eyang sangat mengharapkan kamu mau menjadi cucu mantu Eyang," jelas Eyang Puteri.
Deg....
"Kisah hidup Raffa begitu sangat menyedihkan, diusianya yang masih kecil Raffa sudah kehilangan kedua orang tuanya, bahkan calon istrinya pun meninggal akibat kecelakaan diwaktu satu minggu menuju pernikahan, dulu Raffa seorang pria yang ceria dan baik hati tapi semenjak Raffa di tinggalkan oleh orang-orang yang dia cintai, senyum dan keceriaan Raffa seakan musnah tak bersisa bahkan Raffa tidak mau menikah dan mengenal seorang wanita lagi, hatinya sudah tertutup," jelas Eyang Puteri dengan meneteskan air matanya.
Ada perasaan miris mendengar penjelasan Eyang Puteri ternyata Raffa yang dingin dan nauzdubillah sombongnya minta ampun memiliki masa lalu dan kisah hidup yang sangat menyedihkan.
"Aqila, mau kan kamu menikah dengan Raffa? Eyang mohon sekali sama kamu, sepertinya kamu pantas bersanding dengan Raffa," ucap Eyang memegang tangan Aqila dengan deraian air mata.
"Tapi Eyang---"
"Eyang mohon Aqila, didalam hidup Eyang tidak ada yang Eyang inginkan kecuali ingin melihat cucu Eyang satu-satunya bahagia dan menikah."
"Maaf Eyang, Aqila belum bisa menjawabnya sekarang kasih waktu buat Aqila berpikir," jawab Aqila.
"Baiklah, Eyang akan memberimu waktu untuk berpikir tapi jangan lama-lama dan Eyang berharap kamu mau menerima permintaan Eyang," seru Eyang Puteri.
Aqila menganggukan kepalanya lemah, tiba-tiba ponsel Aqila berbunyi dan tertera nama Ibu Ami yang menghubunginya.
"Hallo, Assalamualaikum Bu."
"........"
"Aqila sedang di rumah teman Bu, sekarang Aqila pulang kok Bu, ya sudah Aqila tutup dulu dulu, Assalamualaikum."
Aqila pun mengakhiri percakapannya...
"Siapa Aqila?" tanya Eyang.
"Ibu Aqila, beliau khawatir soalnya Aqila belum pulang kalau begitu Aqila pulang dulu ya Eyang."
"Kamu harus janji akan memikirkan permintaan Eyang."
"Iya Eyang Insyaalloh, kalau begitu Aqila pamit dulu... Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aqila pergi meninggalkan kamar Eyang dengan sebelumnya mencium punggung tangan Eyang terlebih dahulu.
Aqila tampak celingukan turun dari kamar Eyang, rumah yang begitu megah dan besar.
"Nona Aqila mau kemana?" tanya Bibi Ria.
"Aqila mau pulang dulu Bi sudah sore soalnya, oh iya Mas Raffa kemana kok sepi?"
"Mungkin Tuan Muda sedang berada di ruangan kerjanya."
"Oh ya sudah, kalau begitu Aqila pamit dulu nanti Bibi tolong kasih tahu kepada Mas Raffa kalau Aqila pulang," seru Aqila.
"Baik Nona, Nona hati-hati di jalan."
"Iya, terima kasih Bi."
Aqila pun meninggalkan rumah megah itu, didalam ruangan kerja Raffa, dia tampak melihat Aqila yang keluar dari rumahnya melalui jendela.
Sesampainya dirumah, Aqila langsung membersihkan diri dan makan malam bersama dengan Ibunya tercinta setelah makan malam Aqila pun pamit untuk istirahat kedalam kamarnya.
Aqila merebahkan tangannya, pandangannya lurus ke langit-langit kamarnya. Aqila sangat bingung dengan permintaan Eyang Puteri.
"Apa yang harus aku lakukan, disatu sisi aku kasihan kepada Eyang tapi disisi lain aku ga bisa kalau harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak aku cintai apalagi Mas Raffa juga sepertinya tidak mencintaiku," gumam Aqila.
Aqila tampak menghembuskan nafasnya kasar...
"Bodo ah, aku pusing," gumam Aqila kembali dan mulai memejamkan matanya.
***
Sementara itu dikamar Eyang Puteri, Raffa sedang duduk disamping Eyang karena Eyang Puteri memanggilnya.
"Apa yang mau Eyang bicarakan dengan Raffa?" tanya Raffa.
"Raffa, apa kamu sayang sama Eyang?"
"Kenapa Eyang bicara seperti itu, ya jelaslah Raffa sangat menyayangi Eyang, didunia ini hanya Eyang yang Raffa punya," sahut Raffa.
"Apa kamu mau mengabulkan permintaan terakhir Eyang?" tanya Eyang.
"Eyang..."
"Jawab saja, mau atau tidak?" tegas Eyang.
"Selama Raffa mampu, Raffa akan mengabulkan semua keinginan Eyang, memangnya apa yang Eyang inginkan dari Raffa?" tanya Raffa.
"Menikahlah dengan Aqila."
Degg....
"Kenapa Eyang selalu minta itu? memangnya Eyang tidak ada permintaan selain itu?"
"Tidak ada, hanya itu permintaan Eyang satu-satunya, Eyang ingin melihat kamu menikah dengan Aqila, dia wanita yang sangat baik, Eyang yakin Aqila bisa membuatmu kembali bahagia seperti dulu," seru Eyang Puteri.
"Darimana Eyang tahu kalau wanita itu adalah wanita baik-baik? sedangkan Eyang baru bertemu dua kali dengan dia, dan asalan Eyang tahu sudah tidak ada lagi wanita didunia ini yang bisa membuat hati Raffa bahagia, semuanya sudah pergi bahkan cinta Raffa pun sudah ikut pergi dan hilang bersamaan dengan kepergiannya Claudia," bentak Raffa.
Raffa tidak sadar karena emosi, Raffa sampai membentak Eyangnya sendiri membuat Eyang Puteri melotot dan terkejut sembari memegang dadanya.
"Wanita itu hanya menginginkan harta kita sama seperti wanita-wanita lainnya, cinta mereka itu palsu Eyang jadi Eyang jangan tertipu dengan wajah dia yang polos, sampai kapanpun Raffa tidak mau menikah dengan wanita itu," sentak Raffa dan langsung pergi meninggalkan kamar Eyangnya.
Eyang Puteri meringis menahan sakit didadanya, baru kali ini Eyang melihat Raffa semarah itu sampai berani membentak dirinya. Eyang tampak kesusahan saat ingin menekan bel yang langsung terhubung ke kamar Bibi Ria.
Dengan susah payah, akhirnya Eyang mampu menekan bel tersebut tapi sayang Eyang terjatuh dari tempat tidurnya dan mengakibatkan Eyang tak sadarkan diri.
Tok..tok..tok...
Bibi Ria membuka pintu kamar Eyang Puteri dan betapa terkejutnya Bibi Ria saat melihat Eyang Puteri yang sudah tak sadarkan diri diatas lantai.
"Astagfirullah Eyang Puteri..." teriak Bibi Ria.
Dengan cepat Bibi Ria memanggil Pak Rizal selaku sopir pribadi Eyang dan Pak Trisno selaku security di rumah Eyang. Sementara Pak Rizal dan Pak Trisno membawa Eyang kedalam mobil, Bibi Ria segera berlari ke kamar Raffa.
Didalam kamarnya Raffa tampak frustasi dia mondar-mandir dan tampak menjambak rambutnya sendiri.
Tok..tok..tok..
"Siapa?" terika Raffa.
"Ini saya Tuan, Bibi Ria."
Raffa membukakan pintu kamarnya...
"Ada apa Bi?" tanya Raffa dengan nada yang masih tidak bersahabat.
"Maaf Tuan mengganggu, tapi ini gawat Eyang Puteri jatuh dari tempat tidur dan sekarang tidak sadarkan diri saat ini Bibi akan membawa Eyang ke rumah sakit," jelas Bibi Ria.
"Apa?"
Tanpa menunggu lagi, Raffa langsung berlari menyusul Eyang yang sudah berada didalam mobil. Raffa langsung masuk begitupun dengan Bibi Ria yang ikut masuk juga.
"Cepat jalan Pak," teriak Raffa.
"Baik Tuan."
Selama dalam perjalanan, Raffa tampak sangat panik dia merutuki perbuatannya yang jelas-jelas tadi sempat membentak Eyang.
"Bangun Eyang, maafkan Raffa Eyang," gumam Raffa yang tanpa sadar sudah meneteskan air matanya.
Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah sakit. Eyang langsung mendapat penangan secara intensive karena pihak rumah sakit sudah sangat mengenal siapa keluarga Abraham bahkan keluarga Abraham pun menanamkan sahamnya di rumah sakit itu.
Raffa tampak mondar-mandir didepan ruangan pemeriksaan Eyang, dia takut terjadi kenapa-napa sama Eyang, orang yang paling Raffa sayangi di dunia ini. Raffa berjanji, kalau Eyang sadar nanti Raffa akan menyetujui permintaan Eyang untuk menikahi Aqila.
Tidak lama kemudian Dokter pun keluar dari ruangan pemeriksaan itu.
"Bagaimana Dok, keadaan Eyang saya?" tanya Raffa panik dan tidak sabaran.
"Alhamdulillah, saat ini Eyang anda sudah bisa melewati masa kritisnya dan untung saja Eyang anda cepat di bawa ke rumah sakit kalau tidak bisa berakibat fatal bahkan akan mengakibatkan kematian juga," jelas Dokter.
Raffa terbelalak mendengar penjelasan Dokter, dia sangat menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan kepada Eyang, seandainya waktu dapat diputar Raffa akan memilih menurut daripada harus melihat Eyang seperti ini.
"Kalau begitu saya permisi dulu, masih ada banyak pasien yang harus saya tangani," seru Dokter.
Raffa hanya mampu menganggukan kepalanya pelan, perlahan Raffa membuka pintu ruang rawat Eyang. Dilihatnya Eyang yang terbaring lemah diatas ranjang pasien, tubuhnya penuh dengan kabel yang menempel.
Raffa duduk disamping Eyang dan meneteskan air matanya, dia menyesal sudah membuat Eyangnya seperti ini.
"Maafkan Raffa Eyang, Raffa berjanji akan menuruti semua keinginan Eyang asalkan Eyang sembuh dan bisa sehat seperti sedia kala," gumam Raffa menggenggam tangan Eyangnya dengan deraian air mata.
Bibi Ria mengusap pundak Raffa dengan lembut, Bibi Ria sudah menganggap Raffa seperti anaknya sendiri karena membatu mengurus Raffa sejak kecil adalah dirinya dan begitu juga dengan Raffa, meskipun Bibi Ria adalah seorang pelayan tapi Raffa sangat menghormati Bibi Ria.
"Bibi pulang saja, Eyang biar Raffa yang jagain."
"Baiklah kalau begitu, Bibi pulang dulu Tuan."
Raffa pun menganggukan kepalanya dan Bibi Ria pun pergi meninggalkan rumah sakit.
***
Keesokan harinya....
Hari ini adalah malam minggu, Aqila sudah janjian dengan Fathir akan nonton di Bioskop dan saat ini Aqila sedang dandan.
"Astaga, Puteri Ibu cantik banget mau kemana?" tanya Ibu Ami.
"Mau malam mingguan dong Bu, kan Qila juga ingin kaya orang lain bisa malam mingguan," sahut Aqila dengan masih fokus memoles wajahnya.
"Ciee...malam mingguan sama siapa? pasti sama Ranti dan Zahra ya?"
"Ya ampun Ibu, kalau malam mingguan sama duo mercon itu Qila ga bakalan dandan kaya gini kali Bu, malam ini Pak Fathir ngajak Qila nonton."
"Oh guru tampan itu, apa kamu sudah pacaran sama dia?" tanya Ibu Ami.
"Apaan sih Bu, Qila ga pacaran kok sama Pak Fathir dia cuma ngajak Qila nonton saja," sahut Aqila dengan wajahnya yang merah merona.
Ibu Ami pun hanya tersenyum dengan penuturan Aqila.
Sementara itu, di rumah sakit walaupun Eyang sudah dinyatakan sudah melewati masa kritis tapi Eyang masih belum sadarkan diri semenjak kemarin malam membuat Raffa khawatir dan cemas.
"Aqila...Aqila..." seru Eyang dengan suara yang pelan.
Raffa sangat terkejut ternyata Eyang hanya mengigau tapi Eyang masih menyebut nama Aqila didalam mimpinya. Raffa dengan cepat menekan bel dan tidak lama kemudian Dokter dan Suster pun datang.
"Ada apa Tuan, apa Eyang sudah sadar?" tanya Dokter.
"Barusan Eyang mengigau tapi sekarang kembali tertidur."
Dokter pun memeriksa keadaan Eyang Puteri..
"Eyang anda memang sudah kembali stabil tapi sepertinya Eyang anda tidak ada semangat untuk bangun, apakah barusan Eyang anda mengigau menyebutkan nama seseorang? bisa jadi Eyang anda merindukannya dan ingin bertemu dengannya, dan kemungkinan besar kalau orang itu dibawa kesini, Eyang anda bisa sadar kembali," jelas Dokter.
Raffa hanya diam saja...
"Kalau begitu saya permisi dulu."
Raffa menganggukkan kepalanya dan Dokterpun pergi meninggalkan ruangan rawat Eyang. Sejenak Raffa berpikir tentang apa yang barusan Dokter ucapkan, dan tanpa membuang-buang waktu lagi Raffa langsung pergi.
Raffa akan menemui Aqila dan membawanya ke rumah sakit, masa bodo dengan harga dirinya yang jelas saat ini yang ada di pikirannya hanya ingin melihat Eyang sembuh.
Raffa mengemudikan mobil sportnya dengan kecepan tinggi, untung Rei waktu itu memberikan informasi yang lengkap jadi Raffa tahu dimana alamat rumah Aqila.
Sedangkan disisi lain, Fathir sudah terlihat tampan menunggu Aqila didepan rumah Aqila hati Fathir begitu sangat bahagia akhirnya dia bisa jalan juga dengan Aqila.
"Yuk, kita berangkat sekarang," seru Aqila tiba-tiba.
Mata Fathir melotot hampir keluar melihat penampilan Aqila yang sangat cantik.
"Kenapa Pak, apa ada yang aneh dengan penampilanku?" tanya Aqila.
"Ah tidak, justru malam ini kamu cantik sekali Qila membuat aku pangling," puji Fathir.
"Ah Bapak bisa saja," sahut Aqila dengan wajah yang merona.
"Oh iya, kita kan ga lagi ada di sekolah bisa ga kamu jangan panggil aku Bapak, panggil Fathir saja."
"Baiklah Fathir."
Fathir pun segera membukakan pintu mobilnya untuk Aqila, tapi di saat Aqila baru saja ingin masuk kedalam mobil tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
"Aqila..."
Aqila dan Fathir pun menoleh bersamaan...
"Mas Raffa..." seru Aqila.
"Kamu kenal sama dia Qila?" tanya Fathir.
Aqila menganggukan kepalanya, Raffa melangkah menghampiri Aqila.
"Tolong ikut aku ke rumah sakit," seru Raffa datar.
"Ada apa? apa Eyang sakit?" tanya Aqila.
"Iya, Eyang sudah dari kemarin malam tidak sadarkan diri dan Eyang selalu menyebut nama kamu disela-sela tidurnya jadi aku mohon ikutlah denganku ke rumah sakit," seru Raffa.
Aqila menatap Fathir..
"Tapi aku----"
"Pergilah Qila, aku ga apa-apa kok kita bisa jalan lagi lain waktu," potong Fathir dengan senyumannya.
"Tapi Fathir, aku sudah janji sama kamu."
"Tidak apa-apa, sana pergi," ucap Fathir dengan mengusap kepala Aqila dengan lembut.
"Maafkan aku Fathir, aku janji lain kali kita pasti bisa jalan keluar."
Fathir menganggukan kepalanya, Aqila pun melangkah memasuki mobil Raffa, ada perasaan kecewa didalam hati Fathir walaupun Fathir tidak tahu siapa yang mereka sebut Eyang, tapi Fathir tahu kalau saat ini dia lebih membutuhkan Aqila.
📚
📚
📚
📚
📚
Mohon dukungannya ya Reader-readerku tercinta🙏🙏😘😘😘
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓪𝓫𝓪𝓻 𝓕𝓪𝓽𝓱𝓲𝓻
2022-10-01
1
lovely
fafthir lebih ganteng ga sombong pula thour bacanya ngos2an 🥴
2022-05-19
1
DSW
ya ampuunn..Fathir sabar n baek bgt siihh..
2022-05-16
2