📚
📚
📚
📚
📚
Keesokan harinya....
Aqila merentangkan kedua tangannya dan mulai bangun.
"Lho, kok aku sudah tidur seperti ini? perasaan tadi malam aku tidur sambil duduk deh," gumam Aqila.
Tanpa curiga apapun, Aqila langsung menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Sudah menjadi rutinitas Aqila selalu menyiapkan segala keperluan Raffa karena meskipun Raffa tidak pernah menganggapnya ada tapi status Aqila itu sebagai istri Raffa jadi Aqila mempunyai kewajiban untuk melayani Raffa yang notabene sebagai suaminya.
Dilihatnya Raffa masih tertidur dengan lelapnya, Aqila memperhatikan wajah Raffa yang sangat tampan, mata, hidung, bibir, semuanya sangat sempurna. Setelah puas memandangi suaminya, Aqila memutuskan untuk berangkat ke sekolah tanpa membangunkan Raffa.
"Bi, Eyang kapan pulang?" tanya Aqila.
"Katanya sih malam ini Nyonya."
"Oh, Bi kalau begitu Aqila berangkat dulu ya tolong nanti bangunkan Mas Raffa soalnya ini masih pagi jadi aku tidak bangunin Mas Raffa kasihan sepertinya Mas Raffa kelelahan," seru Aqila.
"Baik Nyonya."
Aqila pun mulai melangkahkan kakinya menuju keluar, disana Pak Burhan sudah membukakan pintu mobil untuk Aqila.
"Silakan Nyonya."
"Maaf, Pak Burhan sepertinya hari ini aku mau naik motor saja."
"Tapi Nyonya..."
"Jangan khawatir, aku sudah minta izin kok sama Eyang dan Eyang mengizinkannya," dusta Aqila.
Pak Burhan hanya diam saja antara percaya dan tidak percaya, Aqila mulai memanaskan motor kesayangannya itu dan perlahan melajukannya menuju sekolah.
Aqila tampak bahagia sekali karena hari ini dia bisa menggunakan motornya kembali. Seperti biasa Aqila bernyanyi-nyanyi kecil selama dalam perjalanan.
Hari ini adalah jadwal olahraga jadi Aqila menggunakan seragam olahraga dengan rambut ia kuncir satu. Sesampainya di sekolah, Aqila langsung memarkirkan motornya dan bersamaan dengan Zahra dan Ranti yang juga sedang memarkirkan motornya.
"Lho, kok you pakai motor? mobil mewah sama sopir pribadi you kemana?" tanya Zahra.
"Aku lagi ingin naik motor saja rasanya sudah rindu dengan motor kesayangannku ini," sahut Aqila.
"Hai Oneng, kalau aku jadi you aku sudah buang tuh motor ke rongsokan, sudah ada mobil mewah plus sopir pribadi juga masih saja ingin naik motor," ledek Ranti.
"Enak saja dibuang, ini motor sangat bersejarah tahu buat aku dari masih zaman kuliah sampai awal-awal aku jadi guru, aku ngumpulin uang sedikit demi sedikit buat beli motor ini sampai kapanpun aku tidak akan menjual motor ini," sahut Aqila.
"Hayo pagi-pagi sudah pada ngegosip," goda Fathir.
"OMG, Pak Fathir makin hari semakin tampan saja bikin hati Eneng meleleh melihat senyumanmu," goda Zahra.
"Huuu...dasar genit," seru Aqila dengan menoyor kepala Zahra.
"Ih jahat banget you," ketus Zahra.
Mereka semua pun pergi ke kelas masing-masing untuk mengajar, sementara Aqila sudah berada di lapangan bersama Pak Beno untuk mengajarkan pelajaran olahraga.
Waktu berjalan dengan cepat, tepat pukul 12.00 siang Aqila pamitan pulang.
"Semuanya, aku pamit ya pulang duluan," seru Aqila.
"Ok, hati-hati Bu Aqila."
Aqila pun menuju parkiran dan memanaskan motornya untuk segera pulang ke rumahnya. Seperti biasa, dengan riangnya Aqila bernyanyi-nyanyi kecil tiba-tiba Aqila menghentikan motornya karena kebetulan lampu merah.
Aqila tidak menyadari kalau di samping dia ada mobil Raffa, Raffa baru saja kembali menjemput tamu istimewa dari Singapura karena tamu ini sangat penting makannya Raffa dengan terpaksa harus menjemput tamu itu.
"Tuan Raffa apa itu istri anda?" tunjuk Mr.Lie kepada Aqila dengan menggunakan bahasa inggris.
Seketika Raffa, Rey, dan Clarissa menoleh dan benar saja ada Aqila yang sedang duduk diatas motornya dengan riang gembira.
"Ah, iya benar," jawab Raffa gugup.
"Mengapa anda membiarkan istri anda mengendarai motor? apa anda tidak merasa kasihan atau malah anda sengaja tidak memberikan mobil untuk istri anda?" tanya Mr.Lie dengan sangat penasaran.
"Apa?"
"Masa seorang Pengusaha sukses dan kaya seperti anda tidak mampu membelikan mobil untuk istri anda, apa jangan-jangan anda tidak mencintai istri anda sehingga anda dengan teganya membiarkan istri anda mengendarai motor seperti itu?" seru Mr.Lie.
Raffa yang mendengar sindiran Mr.Lie merasa sangat emosi dan Raffa mengepalkan tangannya dan rahangnya pun terlihat mengeras.
"Oh jadi itu istrinya Mas Raffa, idih ternyata jauh kalau dibandingkan denganku, pantas saja Mas Raffa lebih memilihku," batin Clarissa.
"Aduh, kasihan Nyonya Aqila pasti Tuan Raffa marah besar kepada Nyonya Aqila," batin Rey.
Lampu pun berubah menjadi hijau, mobil Raffa yang dikendarai oleh Rey langsung melaju meninggalkan Aqila yang masih berada dibelakang.
Selama dalam perjalanan, Raffa terlihat bungkam tidak berbicara sedikitpun karena otaknya saat ini dipenuhi dengan sindiran-sindiran yang barusan diberikan oleh Mr.Lie.
Berbeda halnya dengan Aqila, sesampaunya dirumah Raffa, Aqila langsung memarkirkan motornya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Lho, Eyang sudah pulang," seru Aqila yang langsung memeluk Eyangnya itu.
"Iya, baru saja Eyang sampai. Oh iya, kata Pak Burhan kamu naik motor lagi ya? kan Eyang sudah bilang, kamu tidak boleh bawa motor lagi Eyang takut terjadi kenapa-napa sama kamu Aqila."
"Eyang, Qila itu sudah terbiasa naik motor jadi Qila merasa rindu ingin naik motor kesayangan Qila itu, sekali-kali boleh ya Eyang Aqila naik motor? please..." seru Aqila dengan tampang yang memelas.
"Ok boleh, tapi denga satu syarat."
"Apa syaratnya Eyang?" tanya Aqila.
"Kamu hanya bisa memakai motor kamu 2x dalam seminggu tidak boleh lebih."
"Baiklah Eyang, Qila akan menurutinya terima kasih ya Eyang," ucap Aqila memeluk Eyang dan mencium pipinya.
"Sama-sama Sayang."
"Kalau begitu Aqila mandi dulu ya, habis itu kita makan siang bersama."
Aqila pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Setelah selesai makan siang bersama, Aqila meminta izin untuk istirahat sebentar karena Aqila merasa lelah. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Aqila terlelap menuju alam mimpinya.
Sementara itu, Raffa baru saja selesai membicarakan perihal kerjasama dengan Mr.Lie, Raffa sudah tidak sabar ingin segera pulang ke rumah dan memberi pelajaran kepada Aqila karena dia sudah berani mempermalukannya di depan Mr.Lie.
"Clarissa kamu urus semua pekerjaan, cancel saja jadwal pertemuanku hari ini, aku sekarang pulang dulu," seru Raffa.
"Baik Pak."
"Ayo Rey."
Dengan langkah terburu-buru, Raffa segera melangkahkan kakinya ke lobi dan dengan cepat masuk ke dalam mobil, Rey juga langsung melajukan mobilnya.
"Gawat, Nyonya Aqila pasti bakalan kena bahaya ini," batin Rey.
Rey yang tahu saat ini Raffa dalam keadaan emosi, berinisiatif memberitahukan kepada Jino sahabatnya Raffa karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan kepada Aqila. Tapi sayang, Jino sedang meeting jadi tidak mengetahui kalau Rey mengirimkan pesan.
Sesampainya di rumah, semua pelayan tampak takut melihat raut wajah Raffa yang terlihat menyeramkan. Sekilas Raffa melihat motor yang tadi Aqila pakai, emosinya semakin memuncak dengan cepat Raffa mengambil tongkat baseball miliknya.
Tanpa diduga Raffa langsung menghancurkan motor Aqila dengan tongkat baseball itu, semua orang tampak terkejut tidak sedikit pun pelayan yang menangis karena merasa kasihan kepada Aqila.
Bi Ria langsung ke kamar Eyang dan mbangunkan Eyang Puteri yang saat itu sedang istirahat.
"Eyang, maaf saya mengganggu waktu istirahat Eyang."
"Ada apa Ria, kenapa kamu tampak pucat seperti itu?" tanya Eyang.
"Itu Eyang, diluar Tuan Raffa sedang menghancurkan motor milik Nyonya Aqila."
"Apa?"
Dengan langkah tertatih-tatih, Eyang segera menghampiri Raffa dan betapa terkejutnya Eyang saat ini motor Aqila sudah setengah hancur karena Raffa dengan membabi buta memukulkan tongkat baseball itu seperti kesetanan.
"Raffa, hentikan apa yang sudah kamu lakukan," teriak Eyang Puteri.
Raffa tidak mendengarkan teriakan Eyang, dia terus saja menghancurkan motor Aqila. Sedangkan Jino yang baru saja selesai meeting langsung melihat ponselnya dan Jino membaca pesan yang dikirim oleh Rey.
"Ah sial...."
Dengan cepat Jino langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Aqila terkejut saat mendengar bunyi gaduh dari luar, dengan masih menguap Aqila turun ke bawah untuk melihat ada apa.
Setelah sampai diluar, matanya terbelalak rasa ngantuknya kini sudah menguap, tanpa disadari air mata Aqila sudah menetes, dengan berlari sekuat tenanga Aqila menghalangi Raffa yang sedang menghancurkan motornya.
"Hentikan, Mas apa-apaan mengapa motor aku dihancurkan?" teriak Aqila dengan histeris.
"Minggir, aku akan hancurkan motor butut ini karena gara-gara motor ini kamu sudah mempermalukanku didepan kolega bisnisku," bentak Raffa dengan mata yang sudah memerah menahan amarah.
Raffa dengan kasar menarik Aqila dari motornya dan mendorong Aqila sampai Aqila jatuh tepat Jino datang.
"Aqila kamu tidak apa-apa?" tanya Jino.
Aqila hanya menangis meraung-meraung, begitu pun dengan Eyang dan Bi Ria yang sudah menangis melihat Aqila.
"Jangan hancurkan motor aku, motor itu sangat berharga buatku," teriak Aqila.
Jino menghampiri Raffa....
Bughhh...bughhh...bugghhh....
Seketika Raffa tersungkur dengan sudut bibir yang terlihat sobek dan mengeluarkan darah karena saking kerasnya pukulan Jino.
"Apa yang lo lakukan Raffa?" bentak Jino menggelegar di halaman rumah itu.
"Ngapain lo kesini? jangan ikut campur urusan gue, lo tidak tahu kalau wanita itu sudah membuat gue malu di depan kolega penting gue, dia mengendarai motor butut itu seakan-akan gue tidak mampu membelikan dia mobil, dasar wanita bodoh diberikan fasilitas mewah bukannya senang, malah membuat membuat gue malu," bentak Raffa.
Aqila terus saja menangis meraung-raung...
"Lo memang sudah gila Raffa, tidak seharusnya lo ngelakuin hal kaya gini, jadi lo lebih memikirkan omongan kolega lo dibandingkan istri lo sendiri," bentak Jino.
"Gue kan pernah bilang, kalau gue itu tidak pernah mencintai wanita itu pernikahan ini adalah pernikahan terpaksa, dan tadi wanita itu sudah membuat gue malu," sentak Raffa yang mulai memukul kembali motor Aqila.
Aqila berlari dan memeluk motor yang sudah hancur itu sehingga Raffa menghentikan aksinya yang akan memukul kembali motor Aqila.
"Minggir Aqila atau kamu akan terkena pukulanku," bentak Raffa.
Dengan amarah yang memuncak, Aqila langsung berdiri dihadapan Raffa dengan deraian airmata.
"Jika menyakiti aku bisa membuatmu bahagia maka lakukanlah Mas, tapi tolong jangan sampai merusak barang kesayanganku, Mas bisa kan bicarakan semuanya secara baik-baik denganku, asalan Mas tahu aku mendapatkan motor ini dengan susah payah, menabung sedikit demi sedikit untuk membelinya, sisanya Ayahku yang menambahkan uang hasil kerjanya, Mas tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya susah karena Mas terlahir dari keluarga kaya dan Mas juga tidak akan pernah tahu apa itu arti sebuah pengorbanan karena Mas tidak pernah menghargai ketulusan dari orang lain," seru Aqila.
Aqila menghapus airmatanya dengan kasar dan memilih meninggalkan rumah itu, Aqila menyetop taxi dan pergi. Sementara Eyang sudah lemas dan menangis melihat Aqila pergi, Eyang lebih memilih kembali ke kamarnya dengan dipapah oleh Bi Ria.
"Puas lo sekarang Raffa, satu yang harus lo ingat sifat lo sama Aqila terkadang terlalu acuh dan masa bodoh, tanpa lo sadari diluaran sana banyak laki-laki yang ingin menggantikan posisi lo, jika lo terlalu sering membuat Aqila menjatuhkan airmatanya, jangan salahkan dia jika dia mencari orang yang mampu membuat bibirnya tersenyum kembali, dan kalau lo sudah merasa tidak sanggup untuk membahagiakan Aqila, gue yang bakalan bahagiakan dia," seru Jino dengan menepuk pundak Raffa dan Jino langsung meninggalkan Raffa yang masih diam membeku.
Raffa menjatuhkan tongkat baseball itu dan melihat kearah motor yang sekarang sudah hancur berantakan, Raffa terduduk lemas dihalaman rumahnya.
Ada perasaan bersalah yang menyelimuti hatinya tapi semuanya sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur dan Aqila pun sudah pergi dari rumah itu.
Selama dalam perjalanan, Aqila tidak henti-hentinya menangis, hatinya begitu sakit dan sesak melihat motor kesayangannya yang selama ini dia jaga baik-baik harus hancur ditangan suaminya sendiri.
Sesampainya dirumahnya, Aqila langsung memasuki rumah kebetulan hari sudah menjelang maghrib.
"Astagfirullah Aqila, kamu kenapa Nak kok menangis?" tanya Ibu Ami khawatir.
Aqila langsung memeluk Ibunya dan menangis sejadi-jadinya dipelukkan Ibunya.
"Aqila sudah tidak kuat lagi Bu, Aqila ingin bercerai dengan Mas Raffa," seru Aqila.
"Sayang, tenangkan dulu kamu masih dalam keadaan emosi, ayo duduk."
Ibu Ami pun mengajak Aqila untuk duduk dan membawakan Aqila minum.
"Ini kamu minum dulu."
Aqila langsung menghabiskan minumannya dalam satu kali tegukkan.
"Ayo cerita sama Ibu, apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Ibu Ami.
"Qila sudah tidak kuat lagi Bu, Qila ingin berpisah dengan Mas Raffa."
"Apa yang sudah membuatmu ingin berpisah dengan Nak Raffa? kamu itu tidak boleh berbicara seperti itu, Ibu kan sudah bilang kalau kalian ada masalah selesaikan dengan kepala dingin jangan seperti ini," seru Ibu Ani.
"Tapi Bu---"
"Sudahlah, lebih baik sekarang kamu istirahat dulu biar nanti Ibu yang berbicara sama Nak Raffa."
Ibu Ami pun kembali ke dapur untuk membuatkan makan malam, sementara Aqila pergi ke kamarnya dan kembali menangis sejadi-jadinya.
"Kamu adalah pria yang paling kejam yang pernah aku temui Mas," gumam Aqila.
Sedangkan di dalam kamar Raffa, dia tampak sedang merokok di balkon kamarnya. Raffa bukan seorang perokok tapi dia suka merokok pada saat dia sedang mengalami stres dan banyak masalah.
Sekelebat bayangan Aqila yang sedang menangis selalu terbayang di pikiran Raffa, ada perasaan menyesal dan sakit dihati Raffa.
"Aaaaarrrrrrggggghhhhh......." teriak Raffa.
Raffa mengacak rambutnya frustasi.
📚
📚
📚
📚
📚
Hallo semuanya, maaf ya baru bisa up lagi🙏🙏
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Rosikh Nurhayati
kunaon cenah jang raffa teh ??cageur
2024-01-18
1
Devi Sihotang Sihotang
bodoh raffa
2022-12-20
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓼𝓪𝔂𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓪𝓶𝓪 𝔂𝓰 𝓼𝓮𝓽𝓾𝓳𝓾 𝓴𝓵 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪 𝓬𝓮𝓻𝓪𝓲 𝓭𝓻 𝓡𝓪𝓯𝓯𝓪😡😡😡😡😡
2022-10-01
1