📚
📚
📚
📚
📚
Aqila sampai di rumah hampir pukul 20.30 malam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, astaga Aqila kamu dari mana saja jam segini baru pulang? Ibu khawatir banget."
"Maaf Bu, tadi Aqila membeli sepatu dulu ke Mall dan di Mall Aqila tidak sengaja bertemu dengan Nenek-nenek yang tersesat, ya sudah deh Aqila antarkan Nenek itu pulang dulu," jelas Aqila.
"Oh begitu ya, ya sudah sana mandi dulu habis itu kamu makan, Ibu akan menghangatkan kembali makanannya karena sekarang sudah dingin."
***
Keesokan harinya....
Dengan semangat empat lima, Aqila bangun pagi-pagi sekali dan memasak sarapan untuk dirinya dan juga Ibunya.
Tok..tok..tok..
"Bu, ayo sarapan dulu Aqila sudah buatkan nasi goreng," teriak Aqila.
"Iya Nak sebentar."
Aqila dan Ibunya pun akhirnya sarapan bersama. Ibu Aqila bernama Aminah beliau seorang guru juga disebuah SMA ternama di kota itu.
Ibu Aminanh sudah menjadi PNS, berbeda dengan anaknya Aqila yang masih menjadi guru honorer.
"Sayang, besok sekolah Ibu akan mengadakan camping selama satu minggu, kamu tidak apa-apakan dirumah sendirian?" tanya Ibu Ami.
"Iya Bu tidak apa-apa, Aqila sudah besar kok, Ibu jangan khawatir."
"Jaga diri kamu baik-baik ya, kalau mau tidur jangan lupa kunci semua pintu, Ibu berangkat siang ini."
"Iya Bu."
Anak dan Ibu itu sama-sama pergi ke sekolah, Ibu Aminah pergi ke sekolah dengan menggunakan taxi online, sementara Aqila menggunakan motor matic kesayangannya.
Pagi ini Aqila menjalankan motornya dengan santai karena pagi ini dia kebagian jam kedua jadi tidak terlalu buru-buru. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil, Aqila bersenandung dengan riangnya.
Sementara itu mobil yang berada di belakang motor Aqila merasa jengkel karena Aqila mengendarai motornya agak ditengah sehingga menghalangi jalan mobil itu.
"Kenapa sih Rei, jalannya lambat banget kaya kura-kura," sentak Raffael.
"Maaf Tuan, didepan ada yang mengendarai motor jalannya terlalu tengah jadi saya tidak bisa mendahuluinya," sahut Rei.
"Sial, kalau yang mengendarai seorang wanita entah itu mobil atau motor selalu saja menjengkelkan," gerutu Raffael.
"Sabar Raffa, pagi-pagi sudah marah-marah," seru Eyang puteri.
"Kalau jalannya lambat seperti ini, kapan mau sampainya, bunyiin klaksonnya," perintah Raffael.
Rei pun mengikuti perintah sang atasan, Rei membunyikan klaksonnya beberapa kali sehingga membuat Aqila kaget dan motornya pun menjadi tidak seimbang.
Bruuuuukkkkk......
Aqila jatuh dari motornya...
"Astaga Raffa, kasihan kan orang itu jadi jatuh," seru Eyang Puteri.
"Biarkan saja Eyang, siapa suruh menjalankan motor di tengah-tengah seperti itu," sahut Raffa dengan angkuhnya.
"Rei, hentikan mobilnya," seru Eyang Puteri.
"Baik Eyang."
Rei pun segera menepikan mobilnya seperti yang diperintahkan oleh Eyang Puteri.
"Eyang mau ngapain?" tanya Raffa.
"Mau menolong wanita itu, kasihan."
Eyang Puteri pun dengan cepat turun dari mobilnya dan menghampiri wanita yang saat ini sedang meringis kesakitan, sedangkan Raffa dan Rei pun ikut turun dari mobilnya menyusul Eyang Puteri.
"Maaf Nak, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Eyang Puteri.
Aqila pun mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya Aqila saat melihat siapa orang yang ada dihadapannya itu.
"Eyang..."
"Aqila..."
"Ya ampun, kamu tidak apa-apa Nak? maafkan Raffa ya Nak, yang sudah menyembunyikan klaksonnya," seru Eyang Puteri.
"Siapa suruh mengendarai motor di tengah-tengah kaya gitu, memangnya kamu pikir jalan ini milik Nenek moyangmu apa?" sentak Raffa.
"Astaga Raffa, kenapa kamu ngomongnya seperti itu, cepat bawa Aqila ke rumah sakit," perintah Eyang Puteri.
"Ah tidak usah Eyang, ini cuma lecet saja tidak ada yang serius kok," sahut Aqila.
"Tuh Eyang dengar sendiri kan, kata wanita itu tidak apa-apa, ayo cepetan Eyang pagi ini kita ada rapat dengan para Dewan Direksi nanti terlambat," seru Raffa ketus.
"Aqila, boleh Eyang minta nomor ponselmu? nanti kalau ada apa-apa seperti badanmu ada yang sakit cepat hubungi Eyang," seru Eyang Puteri.
Eyang Puteripun menyerahkan ponselnya dan dengan cepat Aqila menuliskan nomornya kedalam ponsel Eyang Puteri.
"Ini Eyang sudah."
"Maaf ya Nak, Eyang harus cepat pergi soalnya ada rapat penting di Perusahaan Eyang, kamu harus janji kalau ada apa-apa cepat hubungi Eyang."
"Iya Eyang."
Dengan berat hati Eyang Puteripun meninggalkan Aqila, sementara Raffa sudah menunggu didalam mobil.
"Sial banget sih hari ini, mana bertemu lagi dengan pria sombong itu membuat mood aku hancur saja," gumam Aqila.
Aqila pun dengan sekuat tenaga mengangkat motornya ternyata kakinya juga terkilir, dengan menahan rasa sakit, Aqila mengendarai motornya menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, Aqila cepat-cepat memarkirkan motornya rasanya dia sudah tidak kuat merasakan sakit pada kakinya.
"Selamat pagi semuanya, Aqila Citra Kirana come back," teriak Aqila dengan semangatnya.
Semua guru yang merupakan teman Aqila tidak menghiraukan teriakan Aqila mereka semuanya fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing, mereka sudah terbiasa mendengarkan teriakan melengking Aqila di pagi hari.
Aqila berjalan dengan terpincang-pincang, membuat perhatian semuanya tiba-tiba teralihkan yang tadinya tidak mau memperdulikannya malah sekarang mereka penasaran.
"Kenapa dengan kaki kamu?" tanya Zahra yang merupakan sahabat Aqila.
"Barusan aku keserempet mobil," sahut Aqila.
"What...mobilnya tidak apa-apa kan?" seru Rantu yang juga merupakan sahabat Aqila juga.
"Ah dasar, jahat banget you sahabat macam apa bukannya nanyain keadaan aku malah nanyain mobil yang menyerempetnya," keluh Aqila.
"Ya kalau you kan sudah ketahuan masih sehat wala'fiat kaya gini, ga usah di tanyain," sahut Ranti.
Zahra mengambil obat yang ada di kotak P3K dan mengobati lecet disiku lengan Aqila.
"Aw...pelan-pelan Oneng, sakit tahu," keluh Aqila.
"Sudah diam jangan manja," seru Zahra.
Tiba-tiba seorang guru tampan idola semua murid dan guru-guru datang setelah dia mengajar di jam pertama.
"Lho, kamu kenapa Qila?" tanya Fathir.
"Ini Pak Fathir, si Aqila habis keserempet mobil katanya," sahut Zahra.
"Hah..keserempet mobil, kamu ga apa-apa kan Qila? mana yang sakit?" tanya Fathir panik dan langsung duduk didepan Aqila.
"Yaelah, biasa aja kali Pak Fathir wajahnya khawatir banget," ledek Ranti.
Fathir hanya cengengesan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Terima kasih ya Zahraku, sayangku, cintaku, sekarang aku mau ke kelas dulu," seru Aqila.
Tapi disaat Aqila mau berdiri, Aqila limbung dan duduk kembali di kursi karena merasakan kakinya yang sakit.
"Aw...." pekik Aqila.
"Kamu kenapa Qila? mana yang sakit?" tanya Fathir dengan raut wajah yang khawatir.
"Kaki aku sakit," sahut Aqila.
"Mana, coba aku lihat kaki kamu," seru Fathir dengan berjongkok di hadapan Aqila.
"Ah tidak usah Pak Fathir," sahut Aqila dengan malu-malu.
"Sini aku lihat kakinya, takutnya ada yang terkilir."
Dengan perasaan malu, akhirnya Aqila pun memperlihatkan kakinya, terlihat pergelangan kaki Aqila memerah.
"Tuh kan benar kaki kamu terkilir Qila, sebentar aku coba obati kaki kamu, tahan sedikit ini pasti akan terasa sakit," seru Fathir.
Fathir pun menyimpan kaki Aqila di pahanya, Aqila hanya pasrah dan menuruti apa yang akan dilakukan Fathir. Tanpa aba-aba Fathir langsung memutar kaki Aqila dengan diselingi pijitannya.
"Aaaaaaa..."
Reflek Aqila menjerit dengan apa yang dilakukan oleh Fathir, sementara Ranti dan Zahra tampak meringis melihatnya.
"Coba kamu tapakkan kaki kamu," ucap Fathir.
Perlahan Aqila pun berdiri dan menghentak-hentakkan kakinya kemudian melompat-lompat.
"Wah Pak Fathir hebat, kaki aku langsung ga sakit lagi terima kasih ya Pak kalau begitu aku mau ke kelas dulu," seru Aqila dengan senangnya.
"Tunggu..." teriak Zahra.
"Ada apa lagi sih?" tanya Aqila dengan kesalnya.
"Ibu Aqila yang cantik cetar membahana, kalau mau mengajar itu pakai dulu sepatunya jangan nyeker seperti itu," sahut Zahra.
Aqila melirik kearah kakinya, sementara itu Ranti, Zahra, dan Fathir sudah tertawa melihat kelakuan Aqila itu. Dengan cengengesan Aqila segera mengambil sepatunya dan langsung ngacir meninggalkan ruangan guru.
"Dasar anak itu," gumam Ranti dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sementara itu di Perusahaan Abraham Corp, Raffa dan Eyang baru saja selesai mengadakan rapat dengan para Dewan Direksi.
"Eyang, apa Eyang mau pulang sekarang?" tanya Raffa.
"Iya deh kayanya, Eyang capek ingin istirahat."
"Ya sudah, Rei tolong antarkan Eyang pulang."
"Siap Bos."
"Raffa, nanti malam tolong pulang cepat Eyang ingin kita makan malam bersama," seru Eyang Puteri.
"Baik Eyang, akan Raffa usahakan."
"Pokoknya Eyang tidak mau tahu kamu harus pulang cepat dan makan malam dirumah," tegas Eyang Puteri.
"Iya baiklah Eyang, Raffa akan makan malam di rumah," sahut Raffa pasrah.
Eyang sangat puas mendengar jawaban dari Raffa, dengan senyum yang terus mengembang Eyang meninggalkan Perusahaan itu. Sebenarnya Eyang Puteri mempunyai rencana ingin mempertemukan Raffa dengan Aqila.
Eyang Puteri berencana ingin menjodohkan Raffa dengan guru cantik itu.
***
"Baiklah anak-anak pelajarannya cukup sampai disini dulu ya, besok kita sambung lagi sekarang kalian boleh pulang tapi seperti biasa jangan berebut harus rapi jangan saling dorong," seru Aqila.
"Baik Bu."
Aqila berdiri didepan pintu dan satu persatu anak-anak berbaris dan memberikan salam kepada Aqila.
Setelah semua anak-anak didiknya keluar, Aqilq pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruang guru, tapi baru saja dua langkah ponsel Aqila berbunyi. Aqila tampak mengerutkan keningnya, pasalnya yang menghubunginya merupakan nomor baru.
"Hallo...." sapa Aqila.
"Hallo Aqila, ini Eyang Puteri."
"Eyang Puteri, ah iya ada apa Eyang?" tanya Aqila seramah mungkin.
"Begini, apa nanti malam kamu ada acara?" tanya Eyang Puteri.
"Ehmmm...sepertinya tidak ada, memangnya kenapa Eyang?"
"Eyang mau mengundang kamu untuk makan malam di rumah Eyang, apa kamu bersedia?" seru Eyang Puteri.
"Makan malam?" Aqila mengulang perkataan Eyang barusan.
"Iya makan malam, sebagai ucapan permintaan maaf Eyang atas apa yang sudah tadi Raffa lakukan sama kamu."
"Tidak usah repot-repot Eyang, Aqila tidak apa-apa kok jadi Eyang tidak usah minta maaf segala," sahut Aqila.
"No..no..no..pokoknya Eyang tidakau tahu, nanti malam Eyang tunggu kamu di rumah Eyang jam 19.00 malam ok, kalau begitu sampai bertemu nanti malam cantik," ucap Eyang Puteri dan langsung mematikan sambungan telponnya.
"Apa-apaan ini, suruh makan malam bersama berarti aku harus bertemu lagi dengan pria sombong itu, aduh kenapa aku jadi bisa berhubungan dengan Eyang Puteri lagi sih? kenapa tadi pagi aku nurut aja coba pas Eyang minta nomor ponsel aku, benar-benar nih bego aku sudah berkembang biak dengan pesat," gumam Aqila.
Aqila pun melanjutkan langkahnya menuju ruang guru, langkahnya terlihat gontai dan tidak bersemangat.
"Ran, kenapa tuh Miss rusuh kok tidak bersemangat seperti itu?" seru Zahra.
Ranti hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu dan tidak mau tahu juga, Zahra merupakan orang yang sangat kepo karena dia merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Akhirnya Zahra menghampiri Aqila yang sedang merapikan mejanya dan bersiap-siap untuk pulang.
"Hai Miss rusuh, you kenapa kok tidak bersemangat seperti itu?" tanya Zahra.
"Tidak apa-apa," jawab Aqila singkat.
"Jangan bohong deh, pasti you sedang ada masalah ya?" tanya Zahra yang masih kepo dengan sahabatnya itu.
"Ih sorry ya hidup aku itu tidak pernah ada masalah, memangnya you selalu mempermasalahkan kehidupan orang lain," aahut Aqila dengan santainya.
"Apaan, jahat banget you."
"Sudah ah aku pulang duluan ya, mata pelajaran aku sudah selesai sampai jumpa besok," seru Aqila.
"Ran, aku pulang duluan ya!! Pak Beno, Aqila yang cantik dan imut pulang duluan ya," teriak Aqila.
"Ok sip, hati-hati di jalan Bu guru cantik," teriak Pak Beno yang merupakan guru olahraga itu.
"Pasti."
Aqila pun pergi meninggalkan sekolah, Fathir yang baru saja selesai mengajar dan melihat Aqila yang sedang menyalakan motornya lantas cepat-cepat menghampirinya.
"Qila..." panggil Fathir.
"Pak Fathir, ada apa?"
"Nanti malam kamu ada acara ga?" tanya Fathir ragu-ragu.
"Memangnya kenapa?"
"Kalau kamu tidak ada acara, aku mau ngajak kamu jalan nanti malam," seru Fathir dengan malu-malu.
Baru saja Aqila mau menjawab tidak, tapi Aqila langsung ingat dengan Eyang Puteri yang mengundangnya makan malam.
"Maaf Pak Fathir, sepertinya nanti malam aku tidak bisa soalnya aku sudah ada janji dengan seseorang," sahut Aqila.
"Seseorang? apa dengan pacar kamu?" tanya Fathir.
"Pacar apaan, Pak Fathir menghina nih mana ada aku punya pacar, aku ini kan ikatan jomblo-jomblo bahagia," sahut Aqila.
Ada perasaan lega dihati Fathir karena Aqila belum mempunyai pacar.
"Ya sudah tidak apa-apa, lain kali saja."
"Maaf ya Pak Fathir, setiap Pak Fathir ngajak jalan aku selalu ga bisa karena selalu berbarengan dengan kepentingan lainnya, tapi aku janji lain kali kalau aku lagi ga ada acara, kita jalan ya," sahut Aqila dengan senyumannya yang manis.
"Iya tidak apa-apa kok, aku akan selalu menunggumu."
"Ok, kalau begitu aku pulang dulu ya."
"Kamu hati-hati di jalan."
Aqila mengacungkan jempolnya seraya tersenyum, Fathir sosok guru tampan yang sudah sejak lama menyukai Aqila tapi Fathir tidak berani mengutarakan perasaannya karena Fathir tidak mau merusak jalinan pertemanan antara mereka.
📚
📚
📚
📚
📚
Hallo bertemu lagi dengan Author kece badai, minta dukungannya ya untuk karya terbaruku🙏🙏😘😘
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
sahut mba ku tayang 😘😘😘✌️✌️✌️✌️
2023-01-12
0
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
Aqila = Aqiliq 🤭🙈
2023-01-12
0
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
Ranti mba bukan Rantu...
emng Rantu itu siapa 🤭🤭
2023-01-12
0