📚
📚
📚
📚
📚
Selama dalan perjalanan tidak ada pembicaraan sama sekali antara Aqila dan Raffa, keduanya sama-sama diam membisu dengan pikiran mereka masing-masing.
Sesampainya di rumah sakit, Raffa belum juga membuka mulutnya Aqila hanya mampu mengekori Raffa tanpa banyak bicara. Raffa membuka pintu ruangan rawat Eyang, Aqila tampak terkejut melihat Eyang yang saat ini sedang terbaring lemah.
Perlahan Aqila mendekat kearah ranjang Eyang, digenggamnya tangan Eyang Puteri yang tampak dingin itu.
"Assalamualaikum Eyang ini Aqila, Aqila datang menjenguk Eyang katanya Eyang rindu ya sama Aqila padahal kemarin sore Eyang sudah bertemu dengan Aqila, apa jangan-jangan Eyang ingin mencicipi masakan Aqila lagi ya, ok Aqila akan memasakan lagi buat Eyang tapi Eyang harus bangun dulu," cerocos Aqila dengan lembutnya.
Raffa terus saja memperhatikan tingkah Aqila, dan ternyata benar saja tiba-tiba tangan Eyang Puteri bergerak dan perlahan Eyang Puteri membuka matanya.
"Eyang, Eyang sudah bangun," seru Aqila.
"Aqila..." panggil Eyang lemah.
"Iya Eyang ini Aqila, Eyang jangan dulu banyak bicara ya lebih baik sekarang Eyang istirahat dulu, Aqila tidak akan pergi kok Aqila akan menemani Eyang disini," seru Aqila dengan senyumannya.
Eyang Puteri pun menganggukan kepalanya lemah dan mulai menutup kembali matanya.
"Aqila, bisa kita bicara berdua sebentar," seru Raffa.
"Boleh."
"Kita bicara di caffe sebrang rumah sakit saja, nanti biar suster yang menemani Eyang disini selama kita tidak ada," sahut Raffa.
Aqila menganggukan kepalanya dan kembali mengikuti langkah Raffa menuju caffe yang berada di seberang rumah sakit.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Raffa datar.
"Nasi goreng seafood saja minumnya lemontea panas," sahut Aqila.
"Mbak pesan nasi goreng seafood dua sama minumannya lemontea panas satu, sama vanilka latte satu," seru Raffa.
"Baik Tuan ditunggu sebentar."
Selama menunggu makanan datang, mereka berdua hanya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, hingga tidak lama kemudian makanan pesanan mereka pun datang.
Tanpa menunggu lagi, Aqila langsung melahap makanan yang ada di hadapannya itu. Aqila bukan wanita yang suka menjaga imagenya kala sedang bersama seorang pria, Aqila makan seadanya tanpa harus menyuapkan makanannya sedikit-sedikit seperti kebanyakan wanita saat makan dengan pacar atau gebetannya.
Bahkan kebanyakan wanita selalu menyisakan makanannya karena malu padahal jauh di dalam lubuk hatinya mereka masih terasa lapar. Aqila tidak mau seperti itu sok-sok'an jaga image sampai menyiksa batinnya.
Raffa mulai melirik kearah Aqila yang sedang melahap makanannya, lagi-lagi sudut bibirnya terangkat sedikit.
"Wanita ini sebenarnya unik, dia tidak pernah jaim dihadapan pria dan terlihat apa adanya, dan ya Tuhan kenapa aku baru sadar kalau wanita yang berada dihadapan aku ini sudah dandan dengan sangat cantik," batin Raffa.
Raffa memalingkan wajahnya saat Aqila melihat kearahnya, Aqila tampak mengerutkan keningnya dan terlihat masa bodo dan kembali menyantap makanannya.
Tidak lama kemudian mereka berdua pun selesai makan.
"Apa yang mau Mas Raffa bicarakan sama aku?" tanya Aqila.
"Ah iya, kamu sudah tahu kan kalau Eyang adalah segalanya buat aku, dan sekarang Eyang di rawat di rumah sakit itu gara-gara aku, Eyang sangat ingin melihat aku menikah denganmu jadi sepertinya aku akan mengabulkan permintaan Eyang," seru Raffa dengan dinginnya.
"Ma--maksud Mas Raffa apa?" tanya Aqila terkejut.
"Kita harus menikah demi Eyang."
"Apa?" terika Aqila yang tidak sadar meninggikan suaranya sehingga membuat semua orang melihat kearahnya.
"Astaga, bisa ga kamu bicara biasa saja tidak perlu teriak-teriak segala," sentak Raffa.
"Maaf, barusan aku cuma kaget saja," sahut Aqila dengan menundukan kepalanya.
"Bagaimana?"
"Aku ga bisa Mas, aku tidak mencintai Mas Raffa lagipula buat aku pernikahan itu hanya sekali seumur hidup aku ga mau sampai mempermainkan pernikahan," sahut Aqila.
"Memangnya kamu pikir aku juga mencintai kamu, ini hanya demi Eyang aku ga mau melihat Eyang sakit lagi seperti ini, hanya Eyang yang aku punya di dunia ini aku ingin mengabulkan permintaan terakhir Eyang," ucap Raffa lemah.
Aqila tampak mengusap wajahnya kasar, dia tampak frustasi mendengar ucapan Raffa.
"Aku tahu kamu sudah punya kekasih, aku tidak akan melarang kamu untuk menjalin hubungan dengan kekasih kamu, aku tidak akan mencampuri urusan kamu dan sebaliknya kamu juga tidak boleh ikut campur dengan urusanku, pernikahan ini hanya sebagai status saja tidak akan mengubah semuanya," jelas Raffa.
"Aku tidak punya kekasih," sahut Aqila pelan dengan menundukan kepalanya.
"Apa? bukannya pria tadi kekasih kamu?" tanya Raffa.
"Bukan, dia teman aku sesama guru tadi aku dan dia hanya ingin jalan-jalan saja."
"Aku pikir dia kekasih kamu, soalnya tatapan dia sangat terlihat kalau dia mencintai kamu," seru Raffa dengan santainya.
Aqila hanya tersenyum kecut dengan penuturan Raffa.
"Jujur, aku sudah tidak mempunyai cinta untuk wanita manapun jadi kamu jangan khawatir setelah menikah denganku kamu masih bebas melakukan apapun yang kamu mau aku tidak akan melarangnya, asalkan kamu tahu batasannya. Maksud batasan disini, aku adalah seorang Pengusaha sukses dan pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Abraham jadi semua orang sangat mengenalku, setelah kamu menikah denganku otomatis kamu pun menjadi sorotan semua orang jadi kamu harus menjaga image dan prilakumu diluaran sana. Aku memang membebaskanmu untuk berhubungan dengan siapapun tapi jangan sampai ada media yang melihatnya karena kalau sampai itu terjadi akan berakibat fatal buat karirku," jelas Raffa panjang lebar.
"Cih sombong sekali dia, belum menikah saja sudah banyak aturan pasti hidupku bakalan terkekang," batin Aqila.
"Bagaimana, kamu mau kan bekerjasama denganku? aku hanya ingin membahagiakan Eyang tidak lebih," seru Raffa.
Aqila benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan Raffa, dia bingung harus menjawab apa.
"Bolehkah aku memikirkannya dulu," jawab Aqila dengan ragu-ragu.
"Ok, aku kasih kamu waktu dua hari aku tipe orang yang tidak suka menunggu jadi pikirkanlah baik-baik tapi aku harap kamu bisa diajak bekerjasama," ucap Raffa.
Aqila dan Raffa pun memutuskan untuk kembali keruangan rawat inap Eyang Puteri dan sesampainya disana, Aqila dan Raffa sangat terkejut karena Eyang Puteri sudah bangun dan saat ini sedang mengobrol dengan Suster yang menjaganya.
"Eyang..." panggil Aqila.
"Aqila..."
"Karena Nona dan Tuan sudah datang, saya sekarang pamit dulu."
"Terima kasih Suster," seru Aqila.
Aqila langsung duduk di samping Eyang dan menggenggam tangan Eyang.
"Bagaimana, apa Eyang sudah merasa baikkan sekarang?" tanya Aqila.
"Iya, Eyang sudah sangat baik apalagi ada kamu disini, Eyang tambah baik sekarang."
"Syukurlah, tapi sekarang Eyang harus istirahat karena sudah malam tidak baik buat kesehatan Eyang," seru Aqila.
"Baiklah, kalau kamu yang ngomong Eyang akan menurutinya," sahut Eyang Puteri dengan matanya yang melirik kearah Raffa.
"Eyang maafkan Raffa," seru Raffa.
Eyang Puteri tidak menghiraukan ucapan Raffa karena Eyang Puteri masih marah sama cucunya itu.
"Buat apa kamu kesini, jangan pedulikan Eyang, Eyang tidak butuh kamu, kamu sudah tidak menyayangi Eyang lagi," ketus Eyang.
"Kok Eyang ngomongnya seperti itu sih, Raffa sangat menyayangi Eyang melebihi diri Raffa sendiri, Eyang minta Raffa untuk menikahi Aqila kan? baik Raffa akan menikahi Aqila kalau itu bisa membuat Eyang memaafkan Raffa," seru Raffa tiba-tiba.
Aqila tampak melototkan matanya....
"Gila nih cowok, baru saja aku minta waktu untuk memikirkan semuanya malah sekarang dengan entengnya bilang mau menikahi aku, percuma dong aku minta waktu kalau ujung-ujungnya dia sendiri yang mengambil keputusan," batin Aqila dengan kesalnya.
Sedangkan Eyang yang awalnya ingin memejamkan matanya, tiba-tiba langsung melotot mendengar ucapan Raffa, Eyang langsung menoleh kearah Raffa dengan tatapan yang berbinar.
"Benarkah itu Raffa? kamu tidak sedang membohongi Eyang kan?" seru Eyang dengan antusiasnya.
"Iya Eyang, Raffa dan Aqila sudah membicarakannya barusan dan Aqila juga menyetujuinya, iya kan Aqila?" tanya Raffa dengan tatapannya yang tajam sebagai kode kalau Aqila harus mengiyakan ucapannya.
Aqila menjadi gelagapan, pria yang ada dihadapannya ini sungguh menyebalkan tidak bisa menepati janjinya.
"Benarkah itu Aqila? kamu bersedia menikah dengan Raffa cucu Eyang?" tanya Eyang Puteri dengan senyumannya yang mengembang.
"Ah..hmm..hmm.."
"Aduh bagaimana ini, sial banget sih aku malam ini," gerutu Aqila didalam hatinya.
"Aqila kenapa kok malah bengong?" sentak Eyang yang membuat Aqila langsung tersadar.
"I--iya Eyang A--Aqila bersedia men--menikah dengan Mas Raffa," sahut Aqila terbata-bata.
"Alhamdulillah, akhirnya kalian mau menikah juga Eyang sangat bahagia mendengarnya."
"Mampus kamu Aqila, sudah menjawab seenaknya kamu sudah tidak bisa mundur lagi sekarang dan rasain karena begomu sekarang sudah naik level ke tingkat kronis," batin Aqila pasrah dan lemas.
"Ya sudah sekarang Eyang mau istirahat dulu, sekarang Eyang sudah tenang jadi Eyang sudah bisa tidur dengan tenang," sahut Eyang.
Eyang Puteripun merebahkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.
"Kalau begitu aku permisi pulang dulu," seru Aqila.
"Biar aku antar."
Selama dalam perjalanan tidak ada perbincangan diantara keduanya, apalagi Aqila yang sangat kesal dengan keputusan Raffa yang tidak menanyakan terlebih dahulu kepada dirinya.
"Maaf, tadi aku langsung menentukan keputusan tanpa meminta persetujuanmu," seru Raffa memecahkan keheningan.
"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi aku sudah tidak bisa menolak ataupun mundur sekarang karena Mas Raffa sudah menjawabnya, aku hanya bisa pasrah," sahut Aqila lemas.
Tiba-tiba Raffa menyerahkan ponselnya kearah Aqila...
"Masukan nomor ponsel kamu, supaya aku mudah menghubungimu," seru Raffa dengan dinginnya.
Aqila pun dengan cepat memasukan nomornya dan kembali menyerahkan ponselnya ke Raffa.
Aqila hanya bisa menghela nafasnya dalam-dalam, bagaimana nasib Aqila kedepannya dan harus menjalani pernikahan yang menurutnya tidak normal.
Tidak lama kemudian, tepat pukul 22.00 malam Aqila pun sampai di rumahnya, Aqila turun dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Raffa.
***
Keesokan harinya....
Hari ini hari minggu, Aqila masih bergelung dengan selimutnya kejadian tadi malam membuat Aqila susah tidur dan alhasil pukul 01.00 dini hari Aqila baru bisa memejamkan matanya.
"Astaga Aqila, ini sudah siang masa anak gadis jam segini belum bangun sih," teriak Ibu Ami.
"Masih ngantuk Bu, sebentar lagi ya tadi malam Aqila tidak bisa tidur," sahut Aqila dengan suara parau.
"Ya sudah, Ibu mau ke Pasar dulu ya soalnya stok bahan makanan kita sudah pada habis, cepetan bangun pokoknya setelah Ibu pulang dari Pasar kamu harus sudah bangun," seru Ibu Ami.
"Hmmm..."
Ibu Ami pun pergi meninggalkan anak gadisnya yang masih tertidur. Tidak lama kemudian onsel Aqila berbunyi dengan kerasnya membuat sang empunya merasa frustasi karena tidurnya terganggu.
"Aduh siapa sih, mengganggu waktu tidurku saja," gerutu Aqila.
Dengan susah payah Aqila menjangkau ponselnya yang berada diatas nakas setelah berhasil di ambil, tanpa melihat siapa yang menghubunginya Aqila langsung mengangkatnya.
"Hallo, siapa sih gangguin orang tidur saja," ketus Aqila dengan matanya yang masih terpejam.
"Aqila Sayang, ini Eyang maaf sudah mengganggu tidur kamu," sahut Eyang Puteri.
Aqila langsung melotot mendengar siapa yang sudah menghubunginya, dilihatnya layar ponselnya dan benar saja ternyata Eyang Puteri yang menghubunginya.
"Astaga, aduh maaf Eyang kirain teman Aqila soalnya mereka selalu gangguain Aqila," dusta Aqila.
"Iya tidak apa-apa, Eyang cuma mau ngasih kabar sama kamu kalau nanti malam Eyang dan Raffa mau ke rumah kamu, mau membicarakan mengenai tanggal pernikahan kalian," seru Eyang Puteri dengan antusiasnya.
"Apa?" teriak Aqila yang tidak sadar.
"Astaga Aqila, Eyang sampai kaget untung jantung Eyang tidak kumat lagi."
"Ah maaf Eyang, Aqila sangat terkejut kenapa bisa secepat ini? bukannya Eyang masih sakit ya?" tanya Aqila dengan polosnya.
"Eyang sekarang sudah sembuh dan sudah diperbolehkan untuk pulang, lagipula Eyang ingin cepat-cepat melihat kalian menikah, kalian kan sudah sama-sama dewasa jadi mending pernikahan kalian dipercepat saja," seru Eyang Puteri.
"Tapi kan Eyang, menikah itu butuh biaya bagaimana kalau Ibu Aqila belum siap?" tanya Aqila dengan ragu-ragu berharap Eyang akan mengundurkan pernikahannya.
"Masalah biaya, kamu tenang saja karena semuanya Eyang yang tanggung jadi kamu dan Ibu kamu tidak usah memikirkan masalah biaya."
Skakmat, Aqila sudah tidak bisa berkutik lagi, Aqila lupa kalau Eyang adalah orang kaya kalau soal masalah pernikahan itu adalah urusan kecil buat Eyang.
"Baiklah, terserah Eyang saja," sahut Aqila pasrah.
"Ya sudah sampai bertemu nanti malam, kamu siap-siap ya, Assalamualaikum cantik."
"Waalaikumsalam."
Aqila melempar ponselnya, Aqila tampak frustasi dia mengacak rambutnya dan berguling-guling diatas tempat tidurnya bak ikan yang kekurangan air.
"Aaaaaaa....menyebalkaaaaaaannnnn," teriak Aqila.
Akhirnya Aqila bangun, mendengar pernyataan Eyang membuatnya kembali segar dan rasa ngantuk yang tadi Aqila rasakan sekarang menghilang entah kemana.
Ibu Ami pun sudah pulang dari Pasar, Aqila tampak cemberut dengan menonton tv di ruangan keluarga, Ibu Ami yang merasa ada yang aneh pada anaknya langsung menghampiri Aqila.
"Sayang, kamu kenapa kok cemberut kaya gitu?" tanya Ibu Ami.
"Ibu, Aqila harus bagaimana sekarang?" rengek Aqila.
"Lho, ada apa sebenarnya? coba cerita sama Ibu."
Aqila menarik nafasnya perlahan-lahan dan membuangnya secara kasar, kini Aqila menghadap kearah Ibunya.
"Begini Bu, Ibu ingat waktu itu Aqila pernah cerita kalau Aqila membantu Nenek-nenek di sebuah Mall?"
Ibu Ami tampak menganggukan kepalanya..
"Namanya Eyang Puteri, dan ternyata dia itu adalah pemilik kerajaan bisnis Abraham Corp."
"Apa? wow, berarti Eyang Puteri itu seorang Miliarder dong? terus apa masalahnya sampai kamu cemberut seperti itu?" tanya Ibu Ami.
"Eyang Puteri itu mempunyai cucu yang bernama Raffael Abraham, dan Eyang Puteri itu ingin Aqila menikah dengan cucunya itu dan nanti malam Eyang mau datang ke rumah kita untuk menentukan tanggal pernikahan," seru Aqila dengan tertunduk lemas.
"Apa?"
"Terus bagaimana denganmu? memangnya kamu menerima lamarannya cucunya Eyang itu?" tanya Ibu Ami.
"Justru itu Bu, Aqila terpaksa menerimanya karena Eyang Puteri mempunyai penyakit jantung, Eyang ingin Aqila menikah dengan cucunya sampai-sampai kemarin Eyang pingsan dan di rawat di rumah sakit karena Mas Raffa menolak pernikahan ini."
"Astaga Aqila, memangnya kamu pikir pernikahan itu ajang main-main apa? Ibu tidak setuju, pernikahan itu sifatnya sakral Ibu tidak mau kamu menikah hanya karena merasa kasihan kepada si Eyang karena penyakit yang dideritanya," sentak Ibu Ami.
Aqila tertunduk lemas, Aqila baru pertama kali ini melihat Ibunya sampai marah seperti itu. Aqila merasa semakin bingung dengan situasi ini, apa yang harus Aqila lakukan.
📚
📚
📚
📚
📚
Ayo dukungannya kasih vote sebanyak-banyaknya biar Authornya semakin semangat lagi🙏🙏🤗🤗
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
Vanilla latte mba 🤭🤭🙈🙈🙈
2023-01-13
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪 𝔂𝓰 𝓼𝓪𝓫𝓪𝓻 𝔂𝓪💪💪💪💪💪💪
2022-10-01
0
NurIla Rahmatiah
apa untungnya coba buat Aqila..mau2nya nurut gitu ajja 🤔😂 .. mending kalo cowoknya baik..lah iniii😜
2022-06-09
1