📚
📚
📚
📚
📚
Selama dalam perjalanan, Aqila tidak henti-hentinya menangis bahkan airmatanya tidak bisa berhenti terus saja keluar dengan tidak tahu malunya.
"Kenapa hati aku sakit melihat Mas Raffa bermesraan dengan wanita lain? apa aku sudah mencintai Mas Raffa?" batin Aqila.
Memang entah sejak kapan, tapi Aqila merasa sakit dan terluka disaat Raffa membicarakan wanita lain dihadapannya, malahan Raffa terang-terangan meminta izin kepada dirinya untuk berselingkuh.
Kalaupun Aqila merasa tidak mencintai Raffa, tidak mungkin hatinya merasakan perih dan sesakit ini. Sepertinya Aqila sudah mulai mencintai Raffa yang notabene adalah suaminya sendiri.
"Mengapa aku harus mencintai orang yang salah? orang yang jelas-jelas tidak mencintaiku tapi malah membenciku," batin Aqila.
Sesampainya di rumah, Aqila langsung masuk kedalam kamarnya. Untung tadi pagi Aqila menghubungi Ibunya kalau Aqila mau ke rumah jadi Ibu Ami menyimpan kunci rumahnya ditempat biasa.
Aqila menumpahkan semua rasa sakit dan sesaknya, Aqila menangis sejadi-jadinya. Kalau tidak memikirkan perasaan Ibunya mungkin Aqila sudah meminta cerai tapi Aqila tidak mau membuat Ibunya sedih, pernikahannya baru saja tiga hari masa harus berpisah.
"Maafkan Qila Ibu, karena Qila harus pura-pura bahagia dihadapan Ibu, suatu saat nanti Qila akan menyerah dengan sendirinya tapi tidak sekarang, ini terlalu cepat Qila tidak mau melihat Ibu sedih," gumam Aqila.
Saking lelahnya menangis, Aqila pun tertidur. Sementara itu di restoran..
"Aqila kemana kok lama banget sih ke toiletnya?" seru Zahra.
"Aqila sudah pulang barusan, katanya dia ga enak badan," sahut Fathir yang baru saja kembali.
"Apa? kok bisa tiba-tiba ga enak badan? perasaan tadi dia baik-baik saja deh," seru Ranti.
Tidak ada pembicaraan lagi, semuanya memesan makanan yang mereka mau dengan penuh semangat.
***
Eyang Puteri sedang menyesap tehnya di teras rumahnya ditemani oleh Bi Ria. Tiba-tiba sebuah mobil memasuki pekarangan rumah mewah nan megah itu.
"Lho, Aqila mana Burhan?" tanya Eyang Puteri.
"Maaf Eyang, tadi Nyonya Aqila ada acara makan-makan disebuah restoran bersama teman-teman gurunya, tapi tidak lama kemudian Nyonya Aqila keluar dari restoran itu dengan menangis Eyang," jelas Pak Burhan.
"Apa? menangis?"
"Iya Eyang, dan Nyonya Aqila pulang naik taxi tapi saya sempat melihat ada Tuan Raffa dan seorang wanita disana," seru Pak Burhan.
"Raffa kamu benar-benar keterlaluan," gumam Eyang.
Tidak terasa waktu sudah sore, Aqila terbangun karena mencium aroma masakan yang sangat harum membuat cacing-cacing diperutnya berontok minta diisi, secara Aqila melewatkan sarapan dan makan siang.
Aqila melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan setelah selesai Aqila menghampiri Ibunya yang sedang memasak.
"Ibu, Qila rindu sekali sama Ibu," ucap Aqila dengan memeluk Ibunya dari belakang.
"Astaga Qila, Ibu kaget sudah punya suami juga masih saja manja," ledek Ibu Ami.
"Ibu sedang masak apa?" tanya Aqila.
"Sedang masak sayur lodeh dan Ayam serundeng kesukaan kamu."
"Cepetan ya Bu, Aqila sudah sangat lapar," seru Aqila dengan menopang wajahnya diatas meja makan.
"Dasar kamu ini, sebentar lagi selesai kok."
Dan benar saja, Ibu Ami menyiapkan masakannya di atas meja makan tanpa menunggu lagi, Aqila langsung mengambil nasi dan lauk pauknya dengan cepat Aqila melahap makanannya.
"Pelan-pelan Sayang, kamu seperti tidak makan berhari-hari saja," seru Ibu Ami.
Aqila tidak menjawab, dia fokus saja dengan makanannya...
"Kamu sudah minta izin sama suamimu Nak?" tanya Ibu Ami.
"Sudah."
"Apa kamu mau pulang?"
"Tidak Bu, Qila sudah minta izin mau nginap disini."
"Jangan lupa, sekarang kamu sudah punya suami jadi kalau mau pergi kemanapun harus minta izin dulu sama suami kamu, jangan membuat suami kamu marah," ucap Ibu Ami.
"Iya Bu."
"Ibu berharap pernikahan kalian akan langgeng sampai maut memisahkan, seperti Ibu dan Ayah yang harus terpisahkan oleh maut, Ibu sangat bahagia saat kamu ada yang mengajak menikah, Ibu jadi tenang kalau suatu saat nanti Ibu harus pergi dari dunia ini, karena sekarang kamu sudah mempunyai orang yang bisa menjaga kamu dan melindungi kamu," ucap Ibu Ami.
Seketika Aqila menghentikan makannya dan tiba-tiba meneteskan air matanya, dengan cepat Aqila beranjak dari duduknya dan memeluk Ibunya itu.
"Maafkan Aqila Bu, maaf."
"Mengapa kamu meminta maaf Nak?" tanya Ibu Ami dengan bingungnya.
"Maaf karena Aqila belum bisa membahagiakan Ibu."
"Tidak Nak, kamu adalah satu-satunya kebahagiaan Ibu di dunia ini, Ibu sangat menyayangimu Nak, jadi Ibu harap meskipun kamu dan Nak Raffa belum bisa saling mencintai, tapi Ibu tidak mau melihat kamu sampai berpisah dengan Raffa, sebesar apapun masalah kalian tolong selesaikan dengan kepala dingin jangan sampai kalian mengambil keputusan yang akan membuat kalian menyesal," sahut Ibu Ami.
Aqila tidak bisa menjawab lidahnya begitu kelu, Aqila semakin mengeratkan pelukkannya. Kata-kata Ibunya justru membuatnya semakin sakit.
"Aqila harus bagaimana Bu? Mas Raffa terang-terangan berselingkuh di depan mata kepala Aqila sendiri, apa Aqila harus bertahan dengan semua ini? sementara Aqila sudah mulai menyukai Mas Raffa," batin Aqila dengan deraian air mata.
"Sudah-sudah, kok Puteri Ibu jadi cengeng seperti ini sih malu ah masa sudah nikah masih cengeng seperti ini, bukannya Puteri Ibu ini seorang anak yang kuat ya," seru Ibu Ami.
Aqila langsung menghapus airmatanya dan duduk kembali untuk melanjutkan makannya. Sebenarnya Aqila sudah tidak selera lagi untuk makan, tapi Aqila tidak mau membuat Ibunya sedih.
Setelah selesai makan, Aqila kembali ke kamarnya. Aqila tampak termenung di tempat tidurnya dengan bantal di atas pangkuannya. Otaknya kembali ingat dengan kejadian tadi siang disaat wanita itu menyuapi makan suaminya dengan manjanya.
Seketika dada Aqila terasa sesak dan sakit, dengan deraian air mata Aqila memukul-mukul dadanya.
"Kenapa rasanya sesakit ini, kenapa aku harus mencintai Mas Raffa? kenapa?" gumam Aqila dengan tangisannya pecah seketika.
Aqila memang tidak tahu kapan awal dia mencintai Raffa yang jelas disaat Raffa membicarakan wanita lain ataupun bersama wanita lain, Aqila merasa sangat cemburu.
***
Keesokan harinya....
Aqila tampak tidak bersemangat pagi ini, dia begitu malas pergi ke sekolah. Dengan langkah gontai Aqila keluar dari kamarnya dan menghampiri Ibunya yang sedang menata makanan di meja makan.
"Selamat pagi Bu!!"
"Pagi juga Sayang, ayo kita sarapan dulu."
Disaat mereka mulai menyantap sarapannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah.
"Siapa pagi-pagi sudah bertamu?" ucap Ibu Ami.
"Biar Qila yang buka pintunya Bu."
Aqila segera bangkit dari duduknya dan hendak membuka pintu.
"Eyang..."
"Ternyata kamu pulang kesini."
"Mari silakan masuk Eyang," seru Aqila.
"Siapa Sayang?" teriak Ibu Ami.
"Ini ada Eyang Puteri, Bu."
Ibu Ami pun menyusul ke ruang tamu dan ikut duduk disana.
"Eyang, apa Eyang mau ikut sarapan dulu?" tawar Ibu Ami.
"Tidak usah Ibu Ami, saya datang kesini hanya ingin memastikan kalau Aqila ada disini soalnya kemarin Aqila tidak pulang bersama Pak Burhan," sahut Eyang.
"Iya maafkan Aqila Eyang, kemarin Aqila ga enak badan dan langsung pulang kesini, lagipula Aqila rindu sama Ibu jadi Aqila memutuskan untuk pulang ke rumah Ibu tapi Aqila sudah minta izin kok sama Mas Raffa," sahut Aqila.
"Iya tidak apa-apa Aqila, Eyang cuma merasa khawatir saja karena kamu tidak menghubungi Eyang."
"Maafkan Aqila Eyang."
"Tidak apa-apa Nak, kalau begitu Eyang pamit dulu soalnya Eyang mau ke Kantor Raffa, Pak Burhan ada diluar kamu berangkat barena Pak Burhan lagi ya," seru Eyang.
"Lho, terus Eyang kesana diantar sama siapa? ga apa-apa Aqila pakai motor saja."
"Eyang bilang, kamu jangan pakai motor lagi bahaya. Sudah jangan mikirin Eyang, Eyang bisa naik taxi, kalau begitu Eyang pamit dulu, Ibu Ami saya pamit dulu."
"Iya Eyang, hati-hati di jalan," seru Ibu Ami.
Eyang Puteripun pergi meninggalkan rumah Aqila.
"Eyang Puteri sepertinya sangat menyayangi kamu Nak, sampai-sampai beliau datang kesini untuk memastikan keberadaan kamu. Puteri Ibu memang beruntung bisa mendapatkan suami dari keluarga orang terpandang dan juga sangat menyayangimu," ucap Ibu Ami dan melangkah meninggalkan Aqila.
Aqila hanya menghela nafasnya, Ibunya tidak tahu siapa sosok Raffa sebenarnya. Biarlah Aqila merasakan semua ini yang penting Ibunya bahagia, selama Raffa tidak bermain fisik, Aqila akan bertahan.
Setelah selesai sarapan, Aqila pun pamit berangkat ke sekolah dan karena sekolah tempat mengajar Aqila dan Ibu Ami berlainan arah, Aqila harus merelakan Ibunya berangkat menggunakan taxi. Kebetulan juga, Aqila hari ini dapat tugas mengajar di jam pertama.
Di Perusahaan Abraham Corp...
Clarissa yang saat ini berada diruangan Raffa, sudah mulai berani dekat-dekat. Saat ini juga, Clarissa sedang berdiri di samping Raffa karena ada pekerjaan yang tidak dia mengerti.
Lancang memang Clarissa, padahal Clarissa bisa saja meminta bantuan dan bertanya kepada Rei tapi dia lebih memilih meminta bantuan langsung kepada Raffa.
"Maaf Pak, aku sama sekali ga ngerti sama yang ini," tunjuk Clarissa membuat wajah Clarissa dan Raffa sangat dekat.
Seketika Clarissa dan Raffa saling tatap satu sama lain, Raffa yang merasa kalau itu Claudia perlahan mendekati wajah Clarissa bahkan dengan percaya dirinya Clarissa memejamkan matanya.
Bruuuuukkkk.....
Suara pintu dibuka dengan sangat kasarnya mengagetkan mereka berdua. Seketikan Clarissa membetulkan posisi berdirinya.
"Sedang apa kalian?" bentak Eyang Puteri.
"E--eyang," sahut Raffa gugup.
"Syukurin kamu Bos, berani-beraninya bermain api di belakang Eyang," batin Rei.
"Ada apa Eyang kesini? ayo Eyang duduk dulu," ucap Raffa sembari ingin memapah Eyangbke sofa.
"Lepaskan...kamu siapa berani-beraninya selancang itu kepada atasan kamu," bentak Eyang kepada Clarissa.
"Ma--maaf Nyonya," sahut Clarissa dengan menundukkan kepalanya.
"Eyang sudahlah, Clarissa tadi hanya menanyakan pekerjaan yang tidak dia mengerti," bela Raffa.
"Memangnya Eyang bodoh Raffa, dan kamu, kalau ada sesuatu yang kamu tidak mengerti kenapa kamu tidak tanyakan kepada Rei? kenapa harus dekat-dekat seperti itu kepada Raffa?" bentak Eyang.
"Eyang..."
"Kenapa kamu bela terus wanita itu, wajah dia memang mirip sama Claudia tapi dia bukan Claudia sadar Raffa Claudia sudah meninggal, meskipun mereka saudara kembar belum tentu sifatnya sama," bentak Eyang.
"Eyang, Raffa mohon Clarissa wanita baik dia sama seperti Claudia," seru Raffa.
"Darimana kamu tahu kalau sifat dia sama? kamu baru bertemu dia beberapa hari ini, jangan tertipu dengan wajahnya yang mirip Claudia, jelas-jelas dia bukan wanita baik-baik," seru Eyang dengan tegasnya.
"Eyang stop...."
"Maaf Nyonya, anda tahu apa soal hidup saya sehingga anda bisa mengatakan kalau saya bukan wanita baik-baik?" sergah Clarissa.
"Lihatlah Raffa, wanita yang kamu bela ini berani sekali berbicara tidak sopan seperti itu kepada Eyang, masih mau kamu bela?" sentak Eyang.
Perlahan Eyang menghampiri Clarissa...
"Dan kamu, kamu tahu kenapa saya sebut kamu bukan wanita baik-baik? karena wanita baik-baik tidak akan mendekati dan menggoda pria yang sudah beristri, dan saya ingatkan lagi sam kamu jangan coba-coba mempengaruhi Raffa untuk meninggalkan istrinya karena saya tidak akan tinggal diam," seru Eyang dengan tatapannya yang tajam.
Eyang Puteripun pergi meninggalkan ruangan Raffa dan diikuti oleh Rei. Sementara itu Clarissa tampak menundukkan kepalanya dan meneteskan airmatanya.
"Clarissa maafkan Eyang," ucap Raffa denga mendekati Clarissa.
"Sudahlah Pak, sampai kapanpun Eyang kamu tidak akan merestui hubungan kita apalagi kamu masih berstatus suami orang, aku sakit hati dihina seperti ini Pak," sahut Clarissa dengan deraian airmatanya.
Dengan cepat Raffa langsung membawa Clarissa kedalam pelukkannya.
"Kamu harus sabar Clarissa, maaf untuk saat ini kita jalani dulu hubungan kita secara diam-diam, aku juga harus membuat pergitungan dulu sama Aqila nanti setelah aku puas melampiaskan dendamku, aku akan segera menceraikannya dan menikahimu Clarissa," ucap Raffa.
"Benarkah itu Pak?" tanya Clarissa.
"Iya, aku janji."
Clarissa tampak tersenyum licik di dalam pelukkan Raffa.
"Dasar Nenek-nenek tua bangka, berani sekali dia menghinaku, cepat atau lambat aku akan mendapatkan Raffa dan menyingkirkan istrinya itu," batin Clarissa dengan senyuman liciknya.
***
Aqila baru saja selesai mengajar, dia duduk di mejanya kebetulan semua guru sedang berada di kelas masing-masing jadi Aqila hanya sendirian.
"Apa yang harus aku lakukan," gumam Aqila.
Tiba-tiba Fathir masuk ke dalam ruangan guru itu..
"Qila, kamu tidak apa-apa?" tanya Fathir.
"Iya, Fathir aku tidak apa-apa kok," jawab Aqila dengan mencoba memberikan senyuman terbaiknya.
"Qila, apa boleh aku bertanya?"
"Kamu mau tanya apa Fathir?" sahut Aqila sembari memeriksa hasil tugas murid-muridnya.
"Apa kamu bahagia dengan pernikahanmu?"
Seketika Aqila terdiam dan menghentikan kegiatannya.
"Maksud kamu apa Fathir?"
"Aku tahu kemarin kamu melihat suami kamu dengan wanita lain kan? makannya kamu cepat-cepat pulang."
Aqila terdiam seketika, dia membeku dengan ucapan Fathir bahkan lidahnya pun kelu ternyata Fathir sudah mengetahuinya.
"Aku tahu kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu, kenapa kamu mengorbankan kebahagiaanmu demi pria brengsek seperti Raffael Abraham itu, berhetilah menyiksa diri kamu sendiri dan akhiri pernikahan kalian," seru Fathir sedikit meninggikan suaranya.
Aqila langsung berdiri dari duduknya...
"Apa peduli kamu dengan hidupku Fathir? jangan ikut campur urusanku," sahut Aqila dan dengan emosi Aqila hendak meninggalkan ruangan guru itu.
"Karena aku mencintaimu Qila," ucap Fathir dengan lantangnya.
Aqila menghentikan langkahnya, dia terkejut dengan ucapan Fathir, Aqila tidak menyangka kalau selama ini Fathir mencintainya. Airmata Aqila kembali menetes tapi dengan cepat Aqila menghapusnya.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Aqila meninggalkan ruangan guru itu. Sedangkan Fathir tampak memukul mejanya dengan tangannya.
📚
📚
📚
📚
📚
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓔𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓲𝓷𝓭𝓾𝓷𝓰𝓲𝓵𝓪𝓱 𝓐𝓺𝓲𝓵𝓪
2022-10-01
0
。.。:∞♡*♥
dasar kuman 🦠🦠🦠🦠🦠🦠🦠
2022-04-16
0
。.。:∞♡*♥
good eyang
2022-04-16
0