Suasana hening, dua pria dewasa saling tatap di dalam mobil yang sedang mengintai. Altha masih memikirkan soal memori yang Aliya temukan di gudang, pasti ada sesuatu di dalam memori.
"Apa yang kamu pikirkan Al?"
"Tidak ada, aku hanya heran saja kenapa Aliya sangat nakal?" tangan Al menutup lehernya, dua pria yang sedang tidur di belakang Altha melihat ke arah leher.
"Dia memangsa kamu Al?" Yandi tertawa melihat wajah Altha yang tidak bersahabat.
"Sungguh wanita unik, pagi-pagi sudah bisa membuat Altha marah-marah dengan tanda merah di lehernya." Suara tawa Alip sangat besar, langsung berhenti saat merasakan makanan masuk mulutnya.
"Kalian bisa diam tidak." Tatapan tajam terlihat, meminta Alip dan Yandi diam.
"Dimas, kamu tahu tidak jika Aliya tahu identitas kamu yang sebenarnya?"
Tatapan Dimas semakin tajam, tidak mengerti pertanyaan Altha tidak ada yang tahu siapa dirinya termasuk Aliya.
Lebih dari tiga tahun Dimas bisa menyembunyikan identitasnya seorang aparat kepolisian dari divisi kejahatan, Dimas juga seorang detektif yang selalu menyamar.
Sudah tiga tahun dirinya menyamar, bahkan bergabung dengan bandar obat terbesar sampai sejauh ini mereka masih terus melakukan pengejaran belum ada yang mengetahui siapa Dimas.
"Bagaimana Aliya bisa tahu?"
"Mana aku tahu? kamu lebih dulu mengenal dia. Lagian Al masih kecil, kenapa kamu biarkan dia minum sampai mabuk, merokok dan banyak hal lain?" Altha memukul kepala Dimas, aksi saling pukul di dalam mobil terjadi.
"Aku sudah berusaha menghentikan dia, apapun ancaman yang aku berikan tidak bisa menghentikannya, tidak mungkin aku memaksa. Dia tahunya aku hanya seorang bandar, bukan detektif." Dimas menendang Altha kuat sampai menempel di mobil.
"Sekarang dia tahu bodoh." Altha tertawa melihat tingkah Dimas yang bersusah payah menyembunyikan identitas, tapi bisa diketahui oleh Aliya.
"Kalian berdua kekanakan, kenapa bertengkar?"
"Sudah lama tidak bertengkar, ini akan menjadi pengejaran terakhir. Aku pastikan mereka semua tertangkap, meskipun akan ada hati yang tersakiti." Tatapan mata Dimas kosong, melihat ke arah Altha yang memijit pelipisnya.
"Kalian berdua menjadi duda karena pekerjaan ini? syukurnya aku masih jomblo." Alip langsung berlari keluar melihat tatapan mata dua pimpinannya yang sangat tajam.
"Kita berkumpul lagi jam satu malam, ini akan menjadi pengerebekan terakhir. Kegagalan tiga tahun yang lalu jangan sampai gagal lagi, kita sudah mengejar mereka cukup lama." Al menatap Dimas, Yandi dan Alip yang menganggukkan kepalanya.
"Sampai bertemu nanti." Yandi langsung keluar.
"Kenapa bawahan kamu tidak ada yang sopan Al?"
"Bawahan kamu juga, sebaiknya kamu keluar aku harus pulang menemui anak-anak."
"Ada baiknya kamu bercerai dengan Citra, bisa ingat untuk bertemu anak-anak biasanya jarang pulang."
"Aku tidak pulang karena kamu yang selalu membuat masalah, sudahlah aku tidak ingin berdebat. Di rumah juga ada satu pengacau bernama Aliya, dia jauh lebih bermasalah dari Tika." Al meminta Dimas keluar.
"Aku harus bertemu Aliya, memori yang dia temukan mungkin sebuah petunjuk besar untuk kita mendapatkan jalan pintas jika rencana gagal lagi." Dimas menjalankan mobilnya ke arah rumah Altha.
"Kamu tidak begitu yakin jika malam ini rencana kita sukses?"
"Lima puluh lima puluh, ada rasa ragu juga. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, aku harus menyamar sampai selama ini menjadi orang jahat, pemimpin kejahatan yang sebenarnya orang yang akan menangkap mereka. Melihat Avi dan Pras juga cukup menyakitkan." Dimas menarik nafas panjang.
***
Di dalam rumah Aliya tertawa terbahak-bahak melihat kelucuan Mora, membantu si kecil untuk belajar berjalan.
Baby sister hanya duduk diam melihat Aliya yang sangat dekat dengan Mora, bahkan bisa tertidur secara bersamaan karena lelah bermain.
Saat Tika pulang sekolah langsung mencari Maminya, makan minta disuap bahkan tidur siang juga harus ditemani.
Aliya bahagia bisa dekat dengan dua gadis kecil yang sangat lucu, bagi Al mereka malaikat tidak bersayap yang sempurna.
Suara mobil Altha tiba terdengar, Aliya melihat wajah Tika yang terkejut melihat Papinya pulang tepat waktu.
"Papi, sudah pulang biasanya pulang malam?" Tika menatap Dimas yang tersenyum menyapanya.
"Papi pulang." Aliya menggendong Mora mendekati Papinya.
Altha langsung melangkah mundur, bersembunyi di belakang Dimas karena tidak ingin dicium.
"Kenapa kamu?" Dimas mengerutkan keningnya.
Senyuman Dimas terlihat, meminta Aliya mengikutinya. Altha membiarkan keduanya berbicara di taman belakang.
"Ada apa kak?"
"Kamu tahu dari siapa jika kak Dimas sebenarnya seorang detektif?"
Senyuman Aliya terlihat, dia sudah lama tahu dan menyimpan rasa curiga. Selama mengenal Dimas tidak pernah melihat menggunakan sesuatu yang salah, meskipun cara kerja Dimas mirip penjahat.
Beberapa kali Aliya memergoki Dimas membantu orang lemah, tanpa ada yang mengetahuinya.
Bocornya informasi soal Pras di tempat club, sudah direncanakan. Banyak pengedar di sana, tapi anehnya hanya Pras yang bisa melarikan diri sedangkan Kenan dan Dika bisa tertangkap sedangkan keduanya hanya bersenang-senang, tidak menyentuh apapun.
"Kak Dimas sengaja menangkap mereka berdua, juga menahannya selama seminggu agar tidak terlibat atas pengejaran Pras."
"Kamu benar, lalu kamu juga tahu soal di hotel?"
"Iya, aku melihat kak Dimas menyamar, sudah pasti ada sesuatu. Kak Dimas juga berbicara dengan Altha. Bahkan Altha tidak pernah tertarik untuk menjelekkan kak Dimas."
"Kamu pintar, kak Dimas boleh meminta bantuan?"
"Soal memori?"
"Iya, kamu cukup ikut campur sampai di sini, Kak Dimas akan mengakhiri semuanya."
"Kalian akan gagal kak, mereka akan melakukan pertemuan di hotel King. Sebelum kalian datang cari tahu terlebih dahulu siapa keluarga purba." Al tersenyum melihat Dimas dan Altha yang terlihat kaget.
"King ada sangkut pautnya dengan perusahan kamu Al, ada apa ini?"
"Aku tidak tahu, mereka hanya pemegang saham?" Altha menarik tangan Aliya, tidak mungkin jika gudang persembunyian mereka sebenarnya gudang perusahan Altha.
Dimas kaget melihat wajah Altha, langsung meminta memori yang Aliya temukan.
Aliya menyerahkan memori, langsung menahan tangan Dimas yang mengikuti Altha. Aliya meminta Dimas menemukan bukti terlebih dahulu, karena jika benar kasihan dengan Altha dan anak-anaknya.
"Kak Dim, Al tidak ingin ikut campur, tolong jaga Altha. Anak-anak sudah kehilangan sosok ibu, jangan sampai kehilangan sosok ayah." Aliya memohon agar Dimas menjaga Altha jika sampai bukti benar.
Dimas berjanji akan menjaga Altha, mencari kebenaran soal keluarga purba, juga sangkut pautnya perusahaan Altha dan hotel King.
"Kak Dimas harus meminta bantuan kak Anggun."
"Tidak bisa Aliya, karena hanya kamu yang tahu siapa aku." Dimas melangkah pergi, langsung mengejar Altha yang sudah mengecek isi memori.
"Altha." Dimas terkejut melihat video Citra bersama seseorang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
timbuljaya
bagus ceritanya...keren
2023-05-31
0
Lisa Sasmiati
gila .... semakin keren Thor 👍👌
2022-04-04
0
lidia
bs jd citra jga s org bandarkn....
aku jd ingat presenter roby purba
2022-02-13
0